PELAJARAN 1/TRIWULAN III/2011


 DOWNLOAD MP3 KLIK LINK BERIKUT:

PELAJARAN SABAT PETANG : 
http://www.4shared.com/audio/kSGddVhN/SSJSabat.html
PELAJARAN HARI MINGGU:
http://www.4shared.com/audio/AEYw50Qe/SSJMinggu.html
PELAJARAN HARI SENIN:

PENYEMBAHAN DALAM KITAB KEJADIAN:
DUA GOLONGAN PENYEMBAH

SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: 
Kejadian 3:1-13; 4:1-4; 6:1-8; 12:1-8; 22:1-18; 28:10-22; Titus 1:2.
AYAT HAFALAN: 
"'Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.' la takut dan berkata: 'Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga'"
(Kejadian 28:16, 17, NKJV).
Kita mengetahui bahwa, selaku manusia, kita perlu menyembah sesuatu.
Apa yang kita sembah... itu adalah masalah lain, meskipun hal ini penuh   dengan konsekuensi yang sangat penting, teristimewa di akhir zaman ini, manakala dua kelompok penyembah ditampilkan: mereka yang menyembah Sang Pencipta dan mereka yang menyembah binatang dan tandanya.
Tetapi, benih-benih perbedaan itu terlihat jelas dari sejak permulaan Alkitab. Dalam kisah Kain dan Habel, dua penyembah tersebut ditampilkan, yang .satu menyembah Allah yang benar yang memang layak untuk disembah dan yang lainnya terlibat dalam jenis penyembahan yang salah. Yang satu diterima, dan yang lainnya ditolak, itu dikarenakan penyembahan yang satu didasarkan pada keselamatan oleh iman, dan yang lainnya, sama seperti semua bentuk pe­nyembahan yang salah, didasarkan pada usaha manusia. Inilah motif yang akan selalu muncul berulang-ulang di dalam Alkitab. Jenis penyembahan yang satu difokuskan semata-mata hanya kepada Allah, kuasa-Nya, kemuliaan-Nya dan anugerah-Nya, sedangkan yang lain berfokus pada manusia dan diri sendiri.
*Pelajarllah pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 2Juli.
MINGGU,  26 JUNI
PENYEMBAHAN Dl TAMAN EDEN


Kejadian 1 mencatat kisah Adam dan Hawa di rumah mereka yang baru. Sang Pencipta alam semesta, baru saja membentuk dan mendesain sebuah pla­net baru yang indah, memahkotai pekerjaan-Nya dengan menciptakan keluarga pertama. Dunia ini berasal dari Dia secara sempurna; melihat keunikannya, bumi ini pastilah merupakan perluasan dari surga.
Kejadian 2:1-3 kemudian menambahkan elemen yang lain: pemisahan hari ketujuh untuk dikuduskan, satu tindakan yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi, tindakan yang membentuk dasar dari hukum ke empat—satu hari yang diasingkan untuk penyembahan dalam cara yang istimewa. Meskipun Alkitab tidak mengungkapkan, seseorang dapat membayangkan jenis penyembahan seperti apa yang diberikan oleh makhluk yang tak berdosa ini kepada Pencipta mereka, yang telah berbuat begitu banyak kepada mereka, dalam kesempurnaan. (Pada waktu itu, sedikit sekali mereka ketahui, seberapa besar yang Dia akan lakukan dengan mati bagi mereka!).
Bacalah kisah tragis kejatuhan dalam Kejadian 3:1-13. Perubahan apakah yang terjadi dalam hubungan Adam dengan Penciptanya? (ay. 8-10). Bagaimanakah respons Adam terhadap pertanyaan Allah kepadanya? (ay. 11-13). Apakah yang dinyatakan responsnya tentang apa yang telah ter­jadi dalam dirinya?
Kejadian 3:1-13
3:1. Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
3:9. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
3:10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
3:11. Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
Setelah kejatuhan mereka, seluruh elemen yang belum pernah ada tiba-tiba muncul. Begitulah, dalam ketidaktaatan sekejap, seluruh struktur moral dari segala yang hidup ini seketika berubah. Gantinya kasih, kepercayaan, dan pujian, hati mereka sekarang dipenuhi oleh ketakutan, rasa bersalah, dan malu. Gantinya merindukan kehadiran-Nya yang kudus, mereka bersembunyi dari hadapan-Nya. Bagi Adam dan Hawa, hubungan mereka dengan Allah, yang sebenarnya mempengaruhi cara mereka menyembah-Nya, telah dihancurkan. Persekutuan yang begitu dekat dan intim bersama Allah yang pernah mereka nikmati (Kej. 3:8) kini berubah bentuk. Jelas sekali, ketika Allah datang mencari mereka, mereka 'menyembunyikan diri mereka' dari hadirat-Nya. Dipenuhi dengan rasa malu, rasa bersalah dan bahkan ketakutan, mereka melarikan diri dari Seseorang yang justru telah menciptakan mereka. Ini merupakan gambaran yang luar biasa dari apa yang telah disebabkan oleh dosa—yang tetap berlaku sampai saat ini kepada kita.
Renungkanlah dalam hidup Anda ketika beberapa pengalaman, mungkin beberapa dosa yang dilakukan, membuat Anda merasa bersalah, malu dan ingin menyembunyikan diri dari Allah. Bagaimanakah pengalaman tersebut mempengaruhi kehidupan doa Anda? Apakah itu mempengaruhi kemampuan Anda un­tuk menyembah-Nya dengan sepenuh hati? Perasaan tidak nyaman, bukan?

SENIN, 27 JUNI
PENYEMBAHAN DI LUAR EDEN


Setelah mereka diusir, Adam dan Hawa memulai hidup mereka di luar Ta­man Eden. Meskipun janji Injil pertama diberikan kepada mereka di sana, di Eden (Kej. 3:15), Alkitab tidak menunjukkan kepada kita tentang korban yang dipersembahkan sampai mereka keluar dari Eden (meskipun seseorang bisa saja meramalkan dari Kejadian 3:21 sesuatu hal tentang itu, ayat itu sendiri tidak mengungkapkan apa pun tentang pengorbanan ataupun penyembahan). Meski­pun demikian, di Kejadian pasal 4, dalam kisah Kain dan Habel, untuk pertama kalinya dinyatakan secara tegas sistem upacara pengorbanan.
Bacalah dengan saksama catatan pertama kisah mengenai pelayanan penyembahan (Kej. 4:1-7). Mengapa persembahan Kain tidak diterima oleh Allah sedangkan persembahan Habel diterima?
Kej. 4:1-7
4:1. Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN."
4:2 Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
4:3. Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
4:4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
4:5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
4:6. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
Kain dan Habel mewakili dua golongan para penyembah yang ada sejak kejatuhan. Keduanya membangun mezbah. Keduanya datang menyembah Allah dengan membawa persembahan korban. Tetapi satu persembahan korban dite­rima dan yang lainnya ditolak.
Di manakah letak perbedaannya? Jawabannya harus dimengerti dalam konteks keselamatan oleh iman saja, Injil itulah yang pertama diberikan kepada Adam dan Hawa di Taman Eden, meskipun rencana keselamatan itu sendiri telah dirumuskan sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4; Titus 1:2).
Persembahan Kain melambangkan usaha manusia untuk mendapatkan ke­selamatan, yang merupakan dasar dari semua agama dan penyembahan yang palsu. Kenyataannya adalah, jurang pemisah antara surga dan bumi begitu besar, dan sangat dalam, sehingga tak seorang pun dari manusia berdosa yang dapat menjembataninya dan menghubungkannya kembali. Inti dari legalisme atau keselamatan melalui usaha adalah upaya manusia untuk mencoba men­jembataninya sedemikian rupa.
Sebaliknya, persembahan Habel dengan mengorbankan seekor domba menyatakan (meskipun sedikit) kebenaran yang besar bahwa hanya dengan kematian Kristus, Dia yang setara dengan Allah (Flp. 2:6) yang dapat menjadikan manusia berdosa itu benar di hadapan Allah.
Sebab itu, kita diberi pelajaran luar biasa tentang penyembahan: semua pe­nyembahan yang benar harus berpusat pada kenyataan bahwa kita tidak berdaya untuk menyelamatkan diri kita sendiri, dan seluruh upaya kita dalam mempero-leh keselamatan dengan usaha sendiri telah digambarkan pada tindakan Kain. Penyembahan yang benar harus didasarkan pada realisasi bahwa hanya melalui anugerah Allah kita dapat memiliki pengharapan hidup kekal.
Periksalah pikiran-pikiran, motif dan perasaan-perasaan terdalam yang Anda miliki tentang penyembahan. Apakah penyembahan Anda 'berpusat pada Kristus' atau mungkin terlalu fokus pada diri Anda sendiri?

SELASA, 28 JUNI
DUA GOLONGAN PENYEMBAH
Dalam Kejadian pasal 4, kita mulai mendapatkan petunjuk tentang kemero-sotan moral yang terjadi setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Lamekh menja­di seorang pria yang memiliki istri lebih dari satu, dan kemudian terlibat dalam beberapa tindakan kekerasan yang mengakibatkan ketakutan muncul dalam ha-tinya. Sebaliknya, Kejadian 4:25,26 mgnunjukkan bahwa beberapa orang ber-usaha untuk tetap setia, karena sejak saat itulah 'orang mulai memanggil nama Tuhan" (NKJV).
Baca Kejadian 6:1-8. Proses apakah yang terjadi di sini dan mengapa hal itu sangat berbahaya? Apakah akibat yang ditimbulkan hal ini?
Kejadian 6:1-8
6:1. Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
6:3. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
6:4. Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.
6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6:6. maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
6:7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
6:8. Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
Sedikit demi sedikit, dua golongan penyembah ini mulai bergabung (Kej. 6:1-4). Namun, terlepas dari begitu besarnya kejahatan di dunia ini, masih ba-nyak orang-orang kudus yang memiliki intelektual terbaik yang tetap memper-tahankan pengetahuan tentang Allah. Meskipun hanya sebagian kecil dari me-reka yang disebutkan di dalam Alkitab, "sepanjang zaman Allah mempunyai saksi-saksi yang setiawan, penyembah-penyembah yang sejati."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 88. Namun, kejahatan hati manusia yang menjadi sangat besarmengharuskan Tuhan membinasakan manusia itu dan memulai sesuatu yang baru.
Itulah sebabnya, Tuhan mendatangkan air bah.
Dalam catatan Alkitab, apakah yang pertama kali dilakukan Nuh setelah ia keluar dari bahtera, dan mengapa hal itu begitu penting? Kej. 8:20.
Kej. 8:20
8:20. Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.

Sangat mengagumkan bahwa hal yang pertama dilakukan oleh Nuh adalah melakukan penyembahan. Dan pusat penyembahan tersebut adalah pengorbanan. Inilah catatan pertama tentang para bapa mendirikan sebuah tempat untuk penyembahan, dengan sebuah mezbah di mana korban dapat dipersembahkan di atasnya. Jadi, sebelum melakukan sesuatu yang lain, Nuh mengakui ketergantungannya yang mutlak kepada Tuhan dan pada kedatang'an Mesias, yang akan memberikan hidup-Nya untuk menebus umat manusia. Nuh mengetahui bahwa dia diselamatkan hanya oleh kasih karunia Allah; tanpa itu, dia pasti binasa bersama dengan yang lainnya.
Bagaimanakah cara Anda setiap hari menunjukkan pernyataan kasih karunia Allah dalam hidup Anda? Atau yang lebih penting lagi, bagaimanakah seharusnya Anda menunjukkannya?

RABU, 29 JUNI
IMAN ABRAHAM
Baca Kejadian 12:1-8. Apakah yang ayat-ayat ini nyatakan tentang Abram (kemudian menjadi Abraham) dan panggilannya oleh Allah?
Kejadian 12:1-8
12:1. Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
12:4. Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
12:5 Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.
12:6. Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu.
12:7 Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.
12:8 Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN.
Abraham, keturunan Set, adalah seorang yang setia kepada Allah, meskipun beberapa dari sanak saudaranya kemudian mulai menyesuaikan diri dalam pe­nyembahan berhala, hal itu menjadi sangat lumrah dalam kebudayaan mereka. Tetapi Allah memanggilnya untuk terpisah dari keluarganya dan lingkungan yang mempengaruhinya agar ia dapat menjadi bapa bagi satu bangsa penyem-bah yang akan mempertahankan dan menyatakan Allah yang benar.
Tidak diragukan lagi dia dan Sarah mempengaruhi banyak orang untuk menerima penyembahan kepada Allah yang benar. Tetapi ada alasan yang lain, mengapa Allah memanggil Abraham menjadi bapa satu bangsa yang baru. "Karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku" (Kej. 26:5, NKJV). Dan yang lainnya: "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Kej. 15:6).
Pada saat yang sama, Abraham juga mengalami hal-hal yang kritis dan pengalaman yang menyakitkan sebagai pelajaran baginya.
Bacalah Kejadian 22:1-18. Mengapa ujian buruk ini terjadi pada Abra­ham? Apakah sebenarnya pekabaran yang Allah ingin berikan bagi Abra­ham untuk dia mengerti? Ayat 8, 13, 14.
Kejadian 22:1-18
22:1. Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
22:3. Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
22:4 Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.
22:5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."
22:6 Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
22:7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"
22:8 Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
22:9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
22:10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
22:11. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:12 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
22:13 Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
22:14 Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."
22:15. Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,
22:16 kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
22:17 maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
22:18 Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."

Seperti yang kita lihat, rencana keselamatan dipusatkan pada kematian Yesus, Anak Allah, dan sejak semula kematian-Nya ini dilambangkan dengan sistem korban yang dipersembahkan dalam penyembahan. Ketika Tuhan menginginkan orang untuk menggunakan hanya hewan-hewan untuk dikorbankan, dalam budaya penyembahan berhala, mereka justru mengorbankan anak-anak mereka sendiri, sesuatu yang Allah benci jika mereka melakukannya (Ulangan. 12:31). Meskipun sangat berat pelajaran tentang iman dan kepercayaan yang dipelajari oleh Abraham melalui ujian ini, tindakan ini menjadi patokan sepanjang zaman sebagai suatu lambang yang penuh kuasa yang dipusatkan pada kematian Kristus untuk keselamatan kita. Bisa kita bayangkan, Abraham, merasakan sedikitnya penderitaan yang dialami oleh Bapa akibat kematian Kristus, namun demikian hanya melalui kematian Kristuslah umat manusia dapat diselamatkan.
Cobalah tempatkan diri Anda pada jenis iman yang dihidupkan oleh Abraham disini.Pengalamannya benar-benar luar biasa; seseorang mungkin sulit membayangkannya. Apakah yang diajarkan di sini tentang betapa lemahnya iman yang kita miliki?

KAMIS, 30 JUNI
BETEL, RUMAH ALLAH
Yakub dan Esau, seperti Kain dan Habel, mewakili dua golongan penyembah. Keberanian Esau, dan semangatnya yang suka berpetualang menarik perhatian ayahnya yang tenang, dan sudah tua. Di pihak lain, Yakub nampaknya lebih rohani secara alamiah. Tetapi dia juga memiliki beberapa cacat karakter yang serius. Yakub menginginkan hak kesulungan, yang secara hukum adalah bagian kakaknya. Dan dia rela terlibat bersama ibunya untuk mendapatkan hak kesulungan itu dengan cara penipuan. Sebagai akibatnya, Yakub dengan ketakutan melarikan diri dari kemarahan dan kebencian saudaranya, dan tidak akan pernah lagi dapat melihat ibunya yang dia kasihi.
Bacalah kisah pelarian Yakub (Kej. 28:10-22). Perhatikan pekabaran dorongan dan jaminan yang diberikan Allah kepadanya melalui mimpi. Apakah reaksi Yakub saat itu?
Kej. 28:10-22
28:10. Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran.
28:11 Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu.
28:12 Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.
28:13 Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.
28:14 Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
28:15 Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu."
28:16. Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya."
28:17 Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga."
28:18 Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.
28:19 Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.
28:20 Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai,
28:21 sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku.
28:22 Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu."
Inilah sebutan pertama dalam kitab kejadian tentang 'rumah Allah' (ay. 17). Meskipun bagi Yakub itu hanya sebuah pilar dari batu, Betel menjadi tempat yang begitu penting sepanjang sejarah suci. Di sinilah Yakub menyembah Allah nenek moyangnya. Di sini juga ia bersumpah untuk setia kepada Allah. Dan di sini, seperti Abraham, ia berjanji untuk mengembalikan kepada Allah persepuluhan—seper-sepuluh dari harta miliknya—sebagai bagian dari tindakan penyembahannya.
Perhatikan rasa takut dan takjubnya karenamerasakan kehadiran Allah. Pastilah dia sudah mengerti lebih baik daripada sebelumnya kebesaran Allah dibandingkan dengan dirinya sendiri, oleh sebab itulah Alkitab mencatat sikap-nya yang dipenuhi dengan rasa takut, hormat dan takjub. Langkah berikutnya yang dia lakukan adalah penyembahan. Di sini juga kita dapat melihat sebuah prinsip tentang sikap yang harus kita miliki dalam penyembahan kita, suatu sikap yang telah dinyatakan dalam Wahyu 14:7, dalam ungkapan panggilan "takutlah akan Allah."
Penyembahan bukanlah berbicara tentang mendekati Allah seperti layaknya Anda mendekati seorang sahabat atau teman. Sikap kita haruslah sikap seorang yang berdosa yang membutuhkan kasih karunia, tersungkur di hadapan Sang Pencipta dengan perasaan membutuhkan, takjub dan bersyukur karena Allah Pencipta alam semesta telah mengasihi kita dan melakukan banyak hal untuk menebus kita.
Seberapa hormat, takjub dan takutkah perasaan Anda ketika Anda me­nyembah Tuhan? Atau apakah hati Anda dingin, keras hati dan tidak ber­syukur? Jika demikian perasaan Anda, bisakah Anda mengubahnya?

JUMAT, 1 JULI
PENDALAMAN:
Bacalah buku Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, "Penciptaan," hlm. 35-45; "Penggodaan dan Kejatuhan," hlm. 46-61; "Kain dan Habel Diuji," hlm. 73-81; "Setelah Air Bah," hlm. 112-119; "Ujian Iman," hlm. 163-176; "Malam Pergumulan," hlm. 224-233.

"Nazar [Yakub di Betel] ini merupakan satu ungkapan sebuah hati yang dipenuhi oleh rasa syukur atas jaminan kasih serta rahmat Allah. Yakub merasa bahwa Allah mempunyai tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang harus diakuinya, dan bahwa tanda-tanda yang istimewa dari kebajikan Allah yang telah dinyatakan kepadanya menuntut satu pengembalian. Demikian pula setiap berkat yang dianugerahkan kepada kita meminta dari kita suatu jawab kepada Sumber segala rahmat. Orang Kristen harus sering merenungkan kembali kehidupannya di masa yang silam, dan dengan rasa syukur mengingat kelepasan-kelepasan yang telah diadakan Allah baginya.... la harus mengakui semuanya itu sebagai bukti-bukti penjagaan malaikat-malaikat surga. Mengingat berkat-berkat yang tak terhitung ini, ia harus sering bertanya dengan kerendahan hati serta rasa syu­kur, 'Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku?' Mzm. 116:12"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 214, 215.
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1. Renungkanlah topik tentang bagaimana kebenaran oleh iman dalam apa yang Kristus telah lakukan bagi kita harus menjadi pusat dari se-luruh penyembahan kita. Saat Anda melakukannya, renungkan juga pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Mengapa kita harus menyembah Dia? (2) Apakah yang telah dilakukan-Nya sehingga Dia layak untuk disembah? (3) Apakah tujuan dari penyembahan kepada Allah?
2. Bagaimanakah pelayanan penyembahan kita bisa menjadi sebuah alat yang efektif untuk bersaksi kepada dunia tentang siapa Allah itu sebenarnya dan seperti apa Dia itu? Elemen-elemen apakah dalam penyem­bahan yang kita telah pelajari selama pelajaran pekan ini yang dapat menolong kita secara khusus dalam bersaksi?
3. Periksalah kisah kehidupan Abraham dalam memberikan persepuluhannya kepada Melkisedek (Kej. 14:20). Dalam cara apakah persepuluhan bisa menjadi sebuah tindakan penyembahan? Apakah yang kita katakan kepada Allah ketika kita mengembalikan kepada-Nya persepuluhan kita?
4. Renungkanlah kembali ide tentang rasa takut dan hormat dalam pe­nyembahan. Mengapa ini menjadi elemen yang begitu penting? Apakah yang salah dengan sikap kita dalam penyembahan yang kelihatannya menempatkan Allah setaraf dengan kita, di mana kita berhubungan de­ngan Dia dalam penyembahan dengan sikap yang sama yang kita tunjukkan kepada seorang teman yang baik dan tidak lebih dari itu?

No comments:

Post a Comment