PELAJARAN 2 TRIWULAN III 2011

Download Sekolah Sabat MP3:
Sabat Petang    http://www.4shared.com/audio/Ip1GsLSk/ssjsabat2juli.html      939 KB
Minggu            http://www.4shared.com/audio/Kf6w-fQv/ssj3juli.html             3404 KB
Senin               http://www.4shared.com/audio/4pZkWbhs/ssj4julisenin.html     4095 KB
Selasa              http://www.4shared.com/audio/ITZpzMwC/ssjselasa5juli.html    1634 KB
Rabu               http://www.4shared.com/audio/DiuNoESz/ssjrabu6juli.html        2037 KB
Kamis              http://www.4shared.com/audio/ZkV2QqGa/ssjkamis7juli.html     3329 KB
Jumat               http://www.4shared.com/audio/evqoziw8/ssjjumat8juli.html         2166 KB

SABAT PETANG MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT        

Penyembahan dan Kitab Keluaran:
Memahami Siapa Allah Sebenarnya

SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Keluaran 3:1-15; 12:1-36; 20:4, 5; 32:1-6; 33:12-23.
AYAT HAFALAN: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari ternpat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Keluaran 20:2, 3, NKJV).
Saat berbicara dengan perempuan di sumur, Yesus berkata, "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (Yohanes 4:22, NKJV). Bayangkan, menyembah apa yang tidak Anda kenal. Singkatnya, itulah yang dilakukan oleh kebanyakan orang di dunia, atau mungkin yang sedang dilakukan—menyembah yang tidak mereka kenal. Ketika Anda melihat seseorang sujud dan menyembah gundukan batu, sambil berpikir doa mereka akan dijawab, Anda sedang melihat sekelompok orang yang menyembah sesuatu yang tidak mereka kenal. Artinya, mereka menyembah sesuatu yang mereka pikir akan dapat memberikan mereka keselamatan tetapi ternyata tidak. Dalam konteks modern sekarang ini, orang-orang telah menjadikan kekuasaan, uang, ketenaran dan diri sendiri sebagai ilah yang mereka sembah tanpa mereka sadari. Mereka menyembah sesuatu yang tidak dapat menyelamatkan mereka.
Dalam konteks Kekristenan sekarang ini, pertanyaannya untuk kita adalah: Apakah kita mengenal apa yang kita sembah? Apakah kita mengenal Tuhan yang kita puji dan hormati dengan mulut kita? Siapakah Dia sebenarnya? Siapakah nama-Nya? Seperti apakah rupa-Nya?
Pekan ini kita akan melihat catatan awal kehidupan anak-anak Israel dan bagaimana hubungan mereka dengan Tuhan menyatakan pada kita tentang sifat dan tabiat Allah yang kita sembah dan layani. Lagipula, apakah artinya jika kita menyembah apa yang tidak kita kenal?
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 9 Juli
Minggu 3 Juli
TEMPAT YANG KUDUS
Tinggal di padang belantara, tentu satu hal yang menarik bagi Musa, melihat belukar yang menyala-nyala. Barangkali itu bukan peristiwa yang luar biasa; karena mungkin dia sudah pernah melihat seperti itu sebelumnya. Apa yang dia tidak pernah lihat sebelumnya adalah belukar yang menyala-nyala tetapi tidak terbakar sama sekali: belukar itu terus menyala, dan menyala. Saat itulah Musa mengetahui bahwa dia sedang melihat 'pemandangan luar biasa' yang sangat menakjubkan dan ajaib.
Bacalah Keluaran3:1-15. Elemen dasar apakah dari penyembahan yang benar yang dapat kita lihat pada ayat-ayat tersebut?
Keluaran3:1-15
3:1. Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
3:2 Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
3:3 Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
3:4 Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."
3:5 Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
3:6 Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
3:7. Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
3:8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
3:9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
3:10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
3:11. Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"
3:12 Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."
3:13 Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
3:14 Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."
3:15 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
Sejak awal, kita lihat di sini sesuatu tentang kekudusan Allah dan sikap yang harus kita tunjukkan saat kita mendekati-Nya. Allah sendirilah yang menyuruh Musa untuk melepaskan kasutnya, karena tempat di mana ia berpijak adalah kudus. Tuhan dengan jelas memberikan perbedaan yang mencolok antara diri-Nya—Tuhan dan Musa seorang yang berdosa yang membutuhkan kasih karunia. Rasa hormat, takjub dan takut—ini adalah sikap yang sangat penting kita miliki dalam setiap penyembahan yang benar.
Pokok penting lainnya adalah 'Allah sebagai pusat' dalam pengalaman ini. Reaksi pertama Musa kepada Allah, "Siapakah aku ini sehingga aku harus pergi?" Fokusnya pada dirinya sendiri—kebutuhannya, kelemahannya dan ketakutannya. Segera setelah itu, dia mulai mengubahnya dengan mengalihkan perhatian dari dirinya kepada Allah dan apa yang Allah dapat lakukan. Begitu pentingnya dalam setiap penyembahan kita, semua dipusatkan pada Tuhan, bukan pada diri kita sendiri.
Hal ini menuntun kita pada satu elemen penting lainnya dalam penyembahan: yaitu keselamatan dan kelepasan. Kelepasan Bangsa Israel dari tanah Mesir telah ditegaskan secara simbolik sehubungan dengan keselamatan yang kita semua mili­ki dalam Kristus (7 Kor. 10:1-4). Allah menunjukkan diri-Nya kepada Musa bukan hanya untuk membuat diri-Nyadikenal; tetapi untuk memberitahukan kepada Musa pekerjaan besar yaitu kelepasan yang akan dia lakukan terhadap anak-anak Israel. Dengan cara yang sama, Yesus tidak datang ke dunia ini hanya untuk menyatakan Allah dan menolong kita untuk mengenal-Nya lebih dalam. Tidak, Yesus datang untuk mati bagi dosa-dosa kita, dan menyerahkan hidup-Nya sebagai tebusan, mati di kayu salib, kematian yang seharusnya kita alami. Melalui kematian-Nya, tentu saja, kita jadi lebih mengenal karakter Allah, tetapi pada akhirnya Kristus datang membayar tebusan bagi dosa-dosa kita dan memberikan kita kelepasan yang sejati, kelepasan yang dilambangkan sebagai bagian dari apa yang Tuhan lakukan bagi Bangsa Israel dengan  membebaskan  mereka dari bangsa Mesir.
Berapa banyakkah waktu yang kita gunakan untuk merenungkan salib dan kelepasan yang telah diberikan melalui Kristus? Atau berapa banyak­kah waktu yang kita gunakan untuk memikirkan hal-hal lain, hal-hal yang tidak bisa menyelamatkan kita? Apakah maksud jawaban Anda?
Senin 4 Juli
KEMATIAN ANAK SULUNG: PASKAH DAN PENYEMBAHAN
"Maka haruslah kamu berkata: 'Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika la menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita.' Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah" (Keluaran 12:27).
Kata Ibrani yang diterjemahkan "menyembah" dalam ayat tersebut di atas berasal dari akar kata yang berarti "turun membungkuk/sujud ke bawah" atau "lemah tak berdaya." Kata itu sendiri selalu muncul berulang-ulang dalam bentuk kata kerja yang memperkuat artinya. Dapat dibayangkan seseorang yang sujud menyembah lalu berdiri dan sujud lagi dengan rasa hormat dan takjub serta bersyukur. Jelas sekali, sesuai dengan konteksnya, hal ini tidak sulit dimengerti.
Bacalah kisah Paskah pertama malam itu, dalam Keluaran 12:1-36. Bagaimanakah seharusnya Injil menjadi pusat dari segala penyembahan kita dinyatakan dalam ayat-ayat tersebut?
Keluaran 12:1-36
12:1. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir:
12:2 "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.
12:3 Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga.
12:4 Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk mengambil seekor anak domba, maka ia bersama-sama dengan tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang.
12:5 Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.
12:6 Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.
12:7 Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.
12:8 Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit.
12:9 Janganlah kamu memakannya mentah atau direbus dalam air; hanya dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya.
12:10 Janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi; apa yang tinggal sampai pagi kamu bakarlah habis dengan api.
12:11 Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN.
12:12 Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.
12:13 Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir.
12:14 Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya.
12:15 Kamu makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertamapun kamu buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara Israel.
12:16 Kamu adakanlah pertemuan yang kudus, baik pada hari yang pertama maupun pada hari yang ketujuh; pada hari-hari itu tidak boleh dilakukan pekerjaan apapun; hanya apa yang perlu dimakan setiap orang, itu sajalah yang boleh kamu sediakan.
12:17 Jadi kamu harus tetap merayakan hari raya makan roti yang tidak beragi, sebab tepat pada hari ini juga Aku membawa pasukan-pasukanmu keluar dari tanah Mesir. Maka haruslah kamu rayakan hari ini turun-temurun; itulah suatu ketetapan untuk selamanya.
12:18 Dalam bulan pertama, pada hari yang keempat belas bulan itu pada waktu petang, kamu makanlah roti yang tidak beragi, sampai kepada hari yang kedua puluh satu bulan itu, pada waktu petang.
12:19 Tujuh hari lamanya tidak boleh ada ragi dalam rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, orang itu harus dilenyapkan dari antara jemaah Israel, baik ia orang asing, baik ia orang asli.
12:20 Sesuatu apapun yang beragi tidak boleh kamu makan; kamu makanlah roti yang tidak beragi di segala tempat kediamanmu."

12:21. Lalu Musa memanggil semua tua-tua Israel serta berkata kepada mereka: "Pergilah, ambillah kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah.
12:22 Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorangpun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi.
12:23 Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi.
12:24 Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu.
12:25 Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankan-Nya, maka kamu harus pelihara ibadah ini.
12:26 Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini?
12:27 maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita." Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah.
12:28 Pergilah orang Israel, lalu berbuat demikian; seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa dan Harun, demikianlah diperbuat mereka.
12:29. Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.
12:30 Lalu bangunlah Firaun pada malam itu, bersama semua pegawainya dan semua orang Mesir; dan kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak kematian.
12:31 Lalu pada malam itu dipanggilnyalah Musa dan Harun, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel; pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu.
12:32 Bawalah juga kambing dombamu dan lembu sapimu, seperti katamu itu, tetapi pergilah! Dan pohonkanlah juga berkat bagiku."
12:33 Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka: "Nanti kami mati semuanya."
12:34 Lalu bangsa itu mengangkat adonannya, sebelum diragi, dengan tempat adonan mereka terbungkus dalam kainnya di atas bahunya.
12:35 Orang Israel melakukan juga seperti kata Musa; mereka meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain.
12:36 Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu.

Kecuali dilumuri dengan darah, maka Bangsa Israel akan kehilangan anak-anak sulung mereka. Bagi Bangsa Israel, anak sulung (yang biasanya berarti anak tertua) memiliki kesempatan dan tanggung jawab istimewa, yang kemudian hanya bisa diganti posisinya oleh kaum Lewi (Bil. 3:12). Bangsa Israel sendiri dianggap sebagai 'anak sulung' Tuhan (Kel. 4:22), yang menunjukkan hubungan yang sangat istimewa dengan Pencipta. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus disebutkan juga sebagai yang 'sulung' (Rm. 8:29; Kol. 1:15, 18).
Meskipun anak sulung seharusnya diselamatkan dalam pengertian sebelumnya, pada kenyataannya Kristus yang juga merupakan 'anak sulung' justru mati, kematian yang dilambangkan dengan darah yang dioleskan pada tiang-tiang pintu rumah Bangsa Israel. Tindakan ini merupakan dasar dari pernyataan yang penuh kuasa dari kematian Yesus sebagai penggantinya. la mati agar 'anak sulung,' dalam hal ini seluruh umat Allah yang diselamatkan (lihat Ibra­ni 12:23), akan diampuni yang selayaknya harus mati.
Di Mesir orang-orang menurut kepada tuannya karena takut; sekarang mereka belajar bahwa penyembahan yang benar harus keluar dari hati yang dipenuhi oleh rasa cinta dan ucapan syukur pada seseorang yang me­miliki kuasa yang sanggup untuk melepaskan dan menyelamatkan mereka. Bagaimanakah Anda bisa belajar untuk lebih menghargai dan mengasihi Tuhan? Bagaimanakah dosa bisa memperkecil perasaan kasih itu?
Selasa, 5 Juli
TIDAK ADA ALLAH LAIN
Bayangkanlah peristiwa ini: Gunung Sinai ditutupi oleh awan tebal, tergoncang karena petir, dan kilat menyambar, terompet pun terdengar. Orang-orang gemetar. Asap memenuhi udara karena Allah Israel turun dalarn api di gunung yang suci itu (Kel. 19:16-19). Di sanalah, di tengah-tengah awan dan asap, la menyatakan diri-Nya dalam kemuliaan yang hebat. Lalu suara Sang Penyelamat itu mengumandangkan empat hukum pertama dari sepuluh hukum itu, di mana keseluruhan empat hukum itu dihubungkan langsung dengan penyembahan.
Pusatkan perhatian Anda pada Keluaran 20:1-6. Pelajaran penting apakah tentang penyembahan yang dapat kita ambil dari ayat tersebut?
Keluaran 20:1-6
20:1. Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.

Sepuluh Perintah itu dimulai dengan peringatan Allah kepada anak-anak Is­rael tentang kelepasan mereka. Hanya Tuhan, Allah yang benar, satu-satunya Allah, yang dapat melakukan hal itu bagi mereka. Ilah lain, seperti dewa-dewa Mesir adalah ilah palsu, ciptaan manusia yang tidak sanggup melepaskan dan menyelamatkan siapa pun. 'Ilah-ilah' ini mementingkan diri, terlalu menuntut, dan sering menunjukkan karakter tak bermoral yang dipantulkan dari diri mere­ka sendiri. Begitu berbeda dengan Tuhan, yang penuh kasih dan Pencipta yang penuh pengorbanan diri dan Penebus manusia. Oleh sebab itu, setelah berabad-abad terbenam dalam kebudayaan kafir dan kekuasaan dewa-dewa yang kejam, anak-anak Israel perlu mengenal Tuhan dan Allah mereka satu-satunya, teristi-mewa sekarang saat mereka memasuki perjanjian erat dengan Dia.
Bagaimanakah latar belakang tersebut menolong kita untuk mengerti lebih baik apa yang dikatakan oleh Tuhan kepada mereka di Keluaran 20:4,5? Lalu, bagaimanakah kita bisa mengambil prinsip yang terlihat di sana dan menerapkannya dalam pengalaman kita sekarang ini?
Ellen G. White menulis, "Apa saja yang kita manjakan yang cenderung untuk mengurangi kasih kita kepada Allah atau menghalangi pelayanan yang harus diberikan kepada Dia, maka kita telah menjadikan hal itu sebagai ilah."Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 357. Tanyakanlah pada diri Anda sendiri: Sekiranya ada, ilah apakah yang ada dalam hidup saya yang merebut perhatian, waktu dan prioritas serta tujuan saya? Apakah itu dan bagaimana cara menghilangkannya?
Rabu 6 Juli
"INILAH ALLAHMU ..."
Baca Keluaran 32:1-6 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Peristiwa, atau hal apakah yang pertama kali membuka peluang un­tuk penyembahan palsu ini? Pelajaran apakah yang dapat kita ambil sebagai anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh?
2. Dari manakah asalnya allah palsu ini, dan apakah yang dapat diungkapkannya tentang betapa tidak bergunanya penyembahan seperti ini?
3. Bagaimanakah penyembahan berhala ini begitu berbeda dengan pe­nyembahan kepada Tuhan?
Keluaran 32:1-6
32:1. Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
32:2 Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku."
32:3 Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun.
32:4 Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
32:5 Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!"
32:6 Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.


Mereka "bangunlah dan bersukaria," mereka "telah rusak lakunya," dan segera mereka"menyimpang" (Kel. 32:6-8). Sulit sekali hal ini memantulkan sikap hormat dan takjub yang menjadi tanda penyembahan yang benar, bukan?
Kelompok orang banyak itu (terdiri dari orang-orang Mesir yang telah memilih untuk bergabung menemani Bangsa Israel ketika keluar dari tanah Mesir atau yang telah menikah dengan orang Ibrani) tidak diragukan lagi telah mempengaruhi bangsa itu dan memerintahkan Harun untuk membentuk model dan jenis pe­nyembahan yang selaras dan cocok dengan selera mereka. Saat  Yosua mendengar suara keributan di bawah, ia pergi kepada Musa dan menduga telah terjadi peperangan di kemah tersebut. Tetapi Musa, yang telah lama hidup di istana di Mesir, tahu betul jenis suara keributan itu. Dia mengenali suara kegaduhan tak bermoral itu—tari-tarian, suara musik yang keras, nyanyian, teriakan, dan kekacauan yang menandai penyembahan berhala yang mereka lakukan (Kel. 32:17-22).
Ketika mereka menyembah Allah yang benar, mereka melakukannya dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat. Sekarang, menyembah patung anak lembu yang terbuat dari emas, mereka bersikap layaknya binatang-binatang. Me­reka telah "menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan" (Mzm. 106:19, 20, NKJV). Kelihatannya inilah prinsip alamiah manusia yaitu kita berkembang tidak lebih tinggi dari apa yang kita sembah atau hormati.
Coba perhatikan betapa cepat mereka mengkhianati kebenaran dalam penyembahan mereka. Lihatlah betapa cepat kebudayaan lokal masuk dan menarik mereka jauh dari Allah yang benar. Bagaimanakah kita bisa memastikan, bahwa kita tidak jatuh dalam jebakan yang sama, dalam penyembahan kita?
Kamis 7 Juli
"TUNJUKKANLAH KEMULIAAN-MU"
Dalam peristiwa anak lembu emas ini, Bangsa Israel  telah merusak hubungan perjanjian mereka dengan Allah; mereka  telah  menggunakan nama Allah dengan sia-sia dan berdosa dalam penyembahan palsu. Musa memohon pada Allah mewakili bangsa itu (Kel. 32:30-33). Karena dosa mereka begitu jahat, Allah memerintahkan bangsa-Nya yang 'keras tengkuk'  itu untuk melepaskan seluruh perhiasan mereka sehingga Dia bisa"tahu apa yang akan dilakukan" pada mereka (Kel. 33:4, 5). Bagi mereka, yang bertobat dengan rendah hati, pelepasan perhiasan tersebut merupakan lambang dari pendamaian mereka dengan Allah (Kel. 33:4-6).
Bacalah Keluaran 33:12-23. Mengapa Musa menanyakan apa yang di­lakukan Tuhan? Apakah yang Musa ingin pelajari di sini? Mengapa dia percaya bahwa dia perlu mengetahui hal-hal tersebut?
Keluaran 33:12-23
33:12. Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku.
33:13 Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu."
33:14 Lalu Ia berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu."
33:15 Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.
33:16 Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"
33:17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau."
33:18 Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."
33:19 Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
33:20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup."
33:21 Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu;
33:22 apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat.
33:23 Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."

Kerinduan Musa untuk melihat kemuliaan Allah bukanlah keingin tahuan biasa atau kelancangan tetapi keinginan yang berasal dari hati yang dalam yang lapar akan kehadiran Allah setelah peristiwa kemurtadan yang terang-terangan tersebut. Meskipun Musa tidak turut terlibat dengan dosa-dosa mereka, dia terpengaruh olehnya. Kita tidak hidup terasing dari anggota-anggota gerejakita. Seseorang akan mempengaruhi yang lain, satu hal yang seharusnya tidak bisa kita lupakan.
Perhatikan dengan saksama di Keluaran 33:13. Musa berkata kepada Allah bahwa dia, ingin sekali 'mengenal  Dia.' Terlepas dari segala hal yang Tuhan telah lakukan, Musa masih perlu merasakan kebutuhannya, kelemahannya, dan ketidakberdayaannya, itulah sebabnya dia membutuhkan hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Dia ingin mengenal lebih dekat Allahnya, seseorang di mana dia sangat bergantung sepenuhnya. Sangat menarik bahwa, berabad-abad kemudian, Yesus berkata, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." (Yoh. 17:3). Dia ingin sekali melihat kemuliaan Allah, sesuatu yang akan membuatnya menyadari lebih dalam keberdosaannya dan ketidak-berdayaannya dan ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan. Lagipula, lihatlah apa yang Tuhan perintahkan untuk Musa lakukan; lihatlah tantangan yang harus dia hadapi. Pantaslah dia sangat ingin mengenal Allah.
Di sini jugalah, kita datang pada pokok terpenting yaitu penyembahan. Pe­nyembahan seharusnya adalah mengenai Allah; itu juga seharusnya mengenai kita dalam kerendahan hati dan iman serta penyerahan, berusaha untuk menge­nal lebih jauh tentang Dia dan 'jalan-Nya' (Kel. 33:13).
Seberapa baikkah Anda mengenal Tuhan? Lebih penting lagi, pilihan-pilihan apakah yang Anda bisa lakukan untuk menyanggupkan Anda untuk me­ngenal Dia lebih baik dari apa yang Anda lakukan? Bagaimanakah Anda bisa belajar untuk menyembah dalam cara yang akan memampukan Anda memberikan penghargaan yang lebih baik kepada Allah dan kemuliaan-Nya?
Jumat 8 Juli
PENDALAMAN: Bacalah, Alfa dan Omega, jld. 1, "Hukum Diberikan kepada Israel," hlm. 354-370; "Penyembahan Berhala di Sinai," hlm. 371-389; "Perlawanan Setan terhadap Hukum," hlm. 390-405; Mazmur 105:26-45; 106:8-23.
"Kerendahan  hati dan sikap hormat harus menandai pembawaan semua orang yang datang ke hadirat Allah. Di dalam nama Yesus kita bisa datang kepada-Nya dengan satu keyakinan, tetapi janganlah datang menghampiri-Nya dengan keberanian yang sembrono, seolah-olah Dia itu sama tarafnya dengan diri kita. Ada orang-orang yang memanggil Allah Yang Agung, Suci dan Mahakuasa, yang bersemayam di tengah-tengah terang yang tidak terhampiri itu, seperti mereka me­manggil orang-orang yang setaraf dengan diri mereka, bahkan seperti kepada seorang  yang lebih rendah daripada mereka. Ada orang-orang yang membawakan dirinya di dalam rumah-Nya dengan satu cara yang ia tidak akan berani melakukannya bilamana ia sedang berada di ruang pertemuan bersama dengan seorang pemimpin dunia. Mereka ini harus mengingat bahwa mereka sedang berada di dalam hadirat Dia yang diagungkan oleh malaikat, yang di hadapan-Nya malaikat-malaikat menutupi mukanya. Allah harus dihormati; semua orang yang sungguh-sungguh menyadari kehadiran-Nya akan bersembah sujud dengan rendah hati di hadapan-Nya."— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 294.
"Penghormatan sejati kepada Allah diilhami oleh suatu perasaan akan kebesaran-Nya yang tak terbatas dan suatu kesadaran akan hadirat-Nya.... Apabila malaikat-malaikat, menyebutkan nama tersebut, mereka menudungi wajah mere­ka. Lalu, betapa bibir kita harus penuh dengan pujian kebesaran, kita yang sudah jatuh dan penuh dosa!"Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 37, 38.
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.     Diskusikan aspek mengenai karakter Allah ini: Kedekatan-Nya dengan ki­ta—dan kebesaran-Nya,kemahakuasaan-Nya,dan kekudusan-Nya. Para teolog mengungkapkan kedua konsep ini sebagai keberadaan-Nya yang kekal. Pikirkanlah  cara-cara  di mana kedua kebenaran yang penting tentang Allah ini dapat ditekankan dan diseimbangkan dalam penyembahan kita.
2.     Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari kisah tragis Bangsa Israel dalam penyembahan anak lembu emas dan konsekuensi yang serius dari penyembahan ilah-ilah palsu (apakah itu yang kelihatan maupun yang ti­dak)! Apakah ilah-ilah yang biasanya disembah oleh masyarakat di lingkungan Anda? Pelajaran apakah yang dapat Anda liha dalam kisah ini untuk jemaat kita sekarang ini, dan kepada kita yang telah lama menunggu waktu kedatangan Tuhan?
3.     Bagaimanakah dengan pelayanan penyembahan kita? Bagaimanakah pe­nyembahan kita menolong kita untuk lebih baik dalam merasakan kema-hakuasaan, kemuliaan dan kuasa Allah? Atau pelayanan tersebut malah membawa Allah untuk turun pada level kita?
4.     Apakah artinya mengenal Tuhan? Jika seseorang bertanya pada Anda, "Bagai­manakah cara Anda mengenal Tuhan?" Apakah respons Anda? Dengan kata lain, bagaimanakah seorang manusia fana dapat mengenal Allah secara pribadi?








No comments:

Post a Comment