Pelajaran 6 Sekolah Sabat Triwulan III 2015

Download materi ini dalam bentuk epub untuk Apple dan Android di sini

Pelajaran 6
*/-7 Agustus

Ester dan Mordekhai
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Ester 1-10; 1 Kor. 9:19-23; Yoh. 4:1-26; Kis. 17:26; Mat. 22:21; Rm. 1:18-20.
AYAT HAFALAN: "Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kele- pasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan bi­nasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu" (Ester 4:14).
Ester sudah biasa menjalankan misi khusus dan posisi tinggi dalam inti politik berbahaya kekaisaran Persia. Misinya melibatkan dia dalam satu rangkaian perbedaan mencolok. Seorang perempuan yatim, anggota suatu etnis dan agama minoritas, hidup di negara adikuasa pada zamannya, menjadi istri raja Persia. Ini bukanlah kisah peri yang dipoles. Ia diangkat dari yang tidak dikenal, disiapkan untuk mengemban misi yang sangat khusus. Misi yang meminta dia suatu siasat kerja yang berisiko, yang pada awalnya tersamar. Kemudian dia harus mengadakan suatu pengakuan berbahaya ten­tang etnik dan agamanya.
Didukung oleh sepupunya yang juga ayah angkatnya, Mordekhai. kesaksi­annya yang berani di istana kekaisaran Persia telah menyelamatkan bangsa­nya, membalikkan status sosial mereka yang rendah, dan menjadikan mereka suatu obyek kekaguman seluruh kekaisaran.
Tidak diragukan, sebagai hasil kesetiaannya, pengetahuan mengenai Al­lah yang benar menjadi lebih meluas di antara orang kafir, penakluk mereka. Meskipun bukan kisah misionaris Anda yang "khas," tuturan cerita Ester dan Mordekhai mengemukakan prinsip menarik yang dapat membantu kita me­ngerti apa maksudnya bersaksi dalam situasi khusus.
*PeIajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 8 Agustus.

Minggu

2 Agustus - Ester di Persia
Bacalah Ester 1:2-20. Apakah yang sedang terjadi di sini? Hal apakah tentang cerita ini yang sulit dimengerti dari sudut pandang kita seka­rang? (Sementara Anda membaca, ingat bahwa banyak rincian yang ti­dak disampaikan.)
Ester 1:2-20
1:2 pada zaman itu, ketika raja Ahasyweros bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam benteng Susan,
1:3 pada tahun yang ketiga dalam pemerintahannya, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya; tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di hadapan baginda.
1:4 Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai seratus delapan puluh hari.
1:5 Setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi tujuh hari lamanya bagi seluruh rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan.
1:6 Di situ tirai-mirai dari pada kain lenan, mori halus dan kain ungu tua, yang terikat dengan tali lenan halus dan ungu muda bergantung pada tombol-tombol perak di tiang-tiang marmar putih, sedang katil emas dan perak ditempatkan di atas lantai pualam, marmar putih, gewang dan pelinggam.
1:7 Minuman dihidangkan dalam piala emas yang beraneka warna, dan anggurnya ialah anggur minuman raja yang berlimpah-limpah, sebagaimana layak bagi raja.
1:8 Adapun aturan minum ialah: tiada dengan paksa; karena beginilah disyaratkan raja kepada semua bentara dalam, supaya mereka berbuat menurut keinginan tiap-tiap orang.
1:9 Juga Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros.
1:10 Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda kepada Mehuman, Bizta, Harbona, Bigta, Abagta, Zetar dan Karkas, yakni ketujuh sida-sida yang bertugas di hadapan raja Ahasyweros,
1:11 supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya.
1:12 Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.
1:13 Maka bertanyalah raja kepada orang-orang arif bijaksana, orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman -- karena demikianlah biasanya masalah-masalah raja dikemukakan kepada para ahli undang-undang dan hukum;
1:14 adapun yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan --, tanya raja:
1:15 "Apakah yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak dilakukannya titah raja Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida?"
1:16 Maka sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros.
1:17 Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang: Raja Ahasyweros menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya, tetapi ia tidak mau datang.
1:18 Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.
1:19 Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya.
1:20 Bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya -- alangkah besarnya kerajaan itu! --, maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil."
Pesta selama seminggu yang diadakan raja Ahasyweros untuk para pembe- sar-pembesar dan pegawai-pegawainya sepertinya sangat hebat, bahkan untuk seseorang pada puncak kekuatan politik, jauh daripada apa yang dapat diteri­ma oleh kebanyakan orang Kristen. Mengonsumsi alkohol yang tidak terbatas (Ester 1:7, 8) tidaklah biasa, karena meminum alkohol selama perayaan formal purba itu biasanya dikendalikan oleh adat-adat kebiasaan dan upacara agama. Dalam kasus ini, alkohol mengaburkan pertimbangan raja, sampai ia meme­rintahkan istrinya Wasti, menyediakan hiburan bagi pesta raja mabuk yang se­muanya adalah laki-laki. Hal ini jauh di bawah martabat seorang perempuan menikah, dan seorang anggota keluarga istana. Apa pun sambutannya, Wasti menghadapi suatu dilema kehilangan status. Dan pilihannya yang berani un­tuk mempertahankan harga dirinya di depan nafsu rendah seorang penguasa otoriter, menyiapkan pembaca untuk mengerti kuasa kebaikan yang digunakan seorang wanita berprinsip, bahkan di dalam istana satu kerajaan yang didomi­nasi laki-laki.
Tetapi, sementara itu juga, kita harus menghadapi tindakan-tindakan Ester. Ester 2:3 memberi kesan bahwa wanita-wanita ini bukanlah rela- wan. Raja mengeluarkan perintah, dan Ester harus datang. Seandainya ia menolak, siapakah yang tahu apa yang akan terjadi?
Bacalah 1 Korintus 9:19-23. Di dalam cara apakah kita dapat mene­rapkan prinsip-prinsip yang terlihat dalam ayat-ayat ini kepada apa yang terjadi kepada Ester? Atau, apakah prinsip-prinsip itu dapat diterapkan?
1 Korintus 9:19-23
9:19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
9:20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
9:21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
9:22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
9:23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.
Sejauh ini, pahlawan sejati dalam kisah ini adalah Wasti, yang lalu menghilang dari sejarah. Kesopanannya dan keteguhannya pada prin­sip, membuka jalan bagi Ester. Dalam beberapa kasus, memang, berteg­uh pada prinsip tidaklah selalu membawa kebaikan yang nyata. Pada akhirnya mengapakah kita harus berteguh pada prinsip, sekalipun kita tidak tahu hasil akhir dari tindakan kita itu?

Senin


3 Agustus - Ester di Istana Raja
Bacalah Ester 2:10, 20. Situasi-situasi apakah yang dapat muncul di mana ikatan agama atau kebangsaan harus disembunyikan, setidaknya untuk satu waktu tertentu?
2:10 Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai.
2:20 Adapun Ester tidak memberitahukan asal usul dan kebangsaannya seperti diperintahkan kepadanya oleh Mordekhai, sebab Ester tetap berbuat menurut perkataan Mordekhai seperti pada waktu ia masih dalam asuhannya.
Bacalah Yohanes 4:1-26, kisah Yesus dan perempuan Samaria di su­mur. Mengapakah Yesus mengatakan kepadanya secara berterus terang bahwa Dirinyalah Mesias itu, ketika di antara kaum-Nya sendiri Ia tidak terbuka seperti itu? Bagaimanakah cerita ini dapat membantu kita me­ngerti kata-kata Mordekhai kepada Ester?
Yohanes 4:1-26
4:1 Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes
4:2 -- meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, --
4:3 Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.
4:4 Ia harus melintasi daerah Samaria.
4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.
4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."
4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
4:16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."
4:17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."
4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Dua kali Mordekhai meminta Ester supaya jangan menyatakan kebangsaan- nya dan latar belakang keluarganya. Hal ini menyulitkan beberapa juru tafsir yang mempertanyakan perlunya sikap menutup-nutupi, khususnya ketika kaum Yahudi sedang tidak terancam. Tidakkah ia dapat menjadi saksi tentang Aliahnya kepada orang-orang kafir ini kalau ia terbuka tentang dirinya dan tentang Allah yang ia sembah? Atau, mungkinkah juga seorang Yahudi kurang dipercaya di istana Persia sehingga menyatakan kebangsaannya akan meng­halangi dia untuk diperkenankan menghadap raja ketika ia hendak memper­juangkan nasib bangsanya? Namun, tampaknya bahkan sebelum ada ancaman, Mordekhai telah mengamarkan Ester supaya tidak menyatakan identitasnya. Faktanya ialah bahwa Alkitab tidak memberikan alasan kata-kata Mordekhai kepada Ester; namun seperti yang terlihat dalam contoh Yesus, seseorang tidak harus menyatakan segala sesuatu sekaligus pada setiap kesempatan. Kebijak­sanaan adalah suatu kebajikan.
Sementara itu, mengapakah Yesus berkata begitu berterus terang ke­pada perempuan di sumur, tetapi tidak demikian kepada kaum-Nya sen­diri?
"Kristus lebih menahan diri apabila Ia berbicara kepada mereka itu. Apa yang tidak diberikan kepada orang Yahudi, dan yang kemudian hari dianjurkan supaya dirahasiakan oieh murid-murid, dinyatakan kepada wanita itu. Yesus melihat bahwa ia akan menggunakan pengetahuannya itu untuk membawa orang lain pula guna mengambil bagian dari rahmat-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 192.
Pernahkah Anda berada pada suatu keadaan di mana Anda mengang­gap bijak untuk tidak bicara terlalu banyak tentang iman Anda atau ke­percayaan Anda? Apakah alasan Anda? Sekarang, jika Anda mengenang ke masa lampau, perbedaan apakah yang mestinya Anda telah lakukan, jika ada?

Selasa

4 Agustus - "Untuk Saat yang Seperti Ini" (Ester 2:19-S:8)
Dalam Ester 3:1-5, isi cerita mulai terurai. Mordekhai, seorang Yahudi— menaati perintah yang melarang penyembahan berhala—menolak menyembah Haman, yang hanya seorang manusia. Sangat geram, Haman mengusahakan caranya sendiri untuk membalaskan dendamnya kepada apa yang dianggapnya penghinaan. Mordekhai, oleh tindakan-tindakannya, dalam satu cara, sedang bersaksi di antara orang-orang kafir ini tentang Allah yang benar.
Alasan apakah yang Haman gunakan untuk membersihkan kerajaan Persia dari orang Yahudi? Apakah yang dikatakan hal ini kepada kita tentang betapa mudahnya membiarkan perbedaan-perbedaan kebudaya­an membutakan kita terhadap peri kemanusiaan semua orang? Ester 3:8-13; lihat juga Kisah 17:26.
Ester 3:8-13
3:8 Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa.
3:9 Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja."
3:10 Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu,
3:11 kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik."
3:12 Maka dalam bulan yang pertama pada hari yang ketiga belas dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja.
3:13 Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas -- yakni bulan Adar --, dan supaya dirampas harta milik mereka.

Kisah 17:26
17:26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,


Setelah rencana jahat Haman terkuak, Mordekhai mengungkapkan kesulit­annya secara terbuka, menggunakan satu-satunya ritual agama Yahudi yang di­sebutkan dalam kitab Ester: "Ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu,... sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih" (Ester 4:1). Sementara itu, Ester bersedia berbuat sesuai dengan tuduhan Haman. Ia akan menjadi seorang Yahudi pelanggar hukum kerajaan Persia, dengan berani menghadap raja tanpa diundang, sebagai bagian dari rencana menggagalkan rencana jahat Haman. Raja mengizinkan Ester, dan berkenan menerima un­dangan makannya. Sekarang Ester memimpin di dalam drama yang dihadapi orang-orang Yahudi dalam pembuangan di seluruh Persia. Dalam kisah ini, Ester menunjukkan penyangkalan diri dan kepahlawanan (Ester 4:16), siasat (Ester 5:8), dan keberanian (Ester 7:6). "Melalui Ester, sang ratu, Tuhan me­lakukan suatu kelepasan yang hebat bagi umat-Nya. Di saat ketika seolah-olah tidak ada kekuatan untuk meluputkan, Ester dan perempuan-perempuan yang menyertainya, dengan puasa dan doa, dan tindakan cepat, menghadapi masa­lah itu dan memberikan kelepasan kepada kaum mereka."
"Suatu studi tentang upaya perempuan-perempuan sehubungan dengan pekerjaan Tuhan di zaman Perjanjian Lama akan mengajarkan kita suatu pe­lajaran yang dapat menyanggupkan kita menghadapi keadaan darurat dalam pekerjaan sekarang. Mungkin kita tidak akan dibawa ke tempat yang kritis dan menonjol seperti umat Allah di zaman Ester, tetapi sering perempuan-perem- puan yang telah bertobat dapat melakukan suatu bagian penting dalam posisi yang lebih rendah."—Ellen G. White Cominents, in The SDA Bible Commen- tary, jld. 3, hlm. 1140.
Bacalah Esther 4:14, kata-kata terkenal Mordekhai kepada Ester: "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Di dalam cara apakah prinsip-prinsip di bela­kang kata-kata ini dapat diterapkan kepada Anda, sekarang ini?

Esther 4:14

4:14 Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."

Rabu

5 Agustus - Mordekhai dan Haman

Menurut Ester 5-8, bagaimanakah Ester telah sanggup menyelamat­kan bangsanya?
Catatan tentang dua jamuan makan Ester mengantarkan cerita ini ke titik kritisnya. Juga mencatat kebalikan besar dari suatu rencana jahat pemusnahan etnis. Dalam perjalanannya, kisah itu membuka perbedaan antara kehormat­an yang benar dan kehormatan diri, dan juga mencatat tentang hukuman bagi tokoh jahatnya. Persekongkolan-persekongkolan jahat istana ini berdampak luas. Memberi kita sekilas pandang kegiatan-kegiatan di balik layar seorang raja absolut dan istananya. Ester dan Mordekhai menggunakan jabatan mere­ka, pengetahuan kebudayaan tempat mereka hidup, dan iman mereka kepada janji Allah bagi umat-Nya untuk memberi mereka kelepasan.
Sementara itu, meski pelayanan hidupnya tenang, Mordekhai membiarkan imannya dikenal orang, selain melalui penolakannya untuk bersujud di hadap­an Haman. Orang telah memerhatikan dan menasihati dia, tetapi ia menolak tawar-menawar dengan imannya (Ester 3:3-5). Tentu, hal ini merupakan suatu kesaksian kepada orang lain.

Bacalah Ester 6:1-3. Apakah yang dikatakan oleh ayat ini tentang Mordekhai? Pelajaran apakah yang dapat kita tarik mengenai bagaima­na umat Allah dapat berfungsi, bahkan bersaksi, di negeri asing?

Walaupun jelas Mordekhai adalah pengikut Tuhan, namun ia juga menun­jukkan kesetiaan dan pengabdian terhadap penguasa bangsa di mana ia hidup. Sementara menolak menyembah seorang manusia, ia tetap seorang warga yang baik, dalam hal ia membeberkan suatu persekongkolan jahat terhadap raja. Walaupun kita tidak punya cukup informasi mengapa ia tidak segera di­beri penghargaan atas perbuatannya, mungkin sekali ia melakukannya dan me­lupakannya, tanpa mengharapkan imbalan. Namun pada waktunya, perbuatan baiknya itu dihargai lebih daripada sekadar imbalan. Teladannya di sini mung­kin paling baik diungkapkan dengan kata-kata ini: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mat. 22:21).

Ester 6:1-3
6:1 Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja.
6:2 Dan di situ didapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan bahwa Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros.
6:3 Maka bertanyalah raja: "Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apa pun."

Kamis

6 Agustus - Ketika Banyak Orang Bukan Yahudi, Masuk Yahudi
Bacalah Ester 8. Pusatkan perhatian pada ayat 17. Bagaimanakah kita dapat mengerti hal ini sehubungan dengan jangkauan keluar dan ber­saksi?
Ester 8
8:1 Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia.
8:2 Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.
8:3 Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi.
8:4 Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja,
8:5 serta sembahnya: "Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja, dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba, maka hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang berisi rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan.
8:6 Karena bagaimana hamba dapat melihat malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat kebinasaan sanak saudara hamba?"
8:7 Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: "Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi.
8:8 Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik kembali."
8:9 Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, dalam bulan yang ketiga -- yakni bulan Siwan -- pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya.
8:10 Maka ditulislah pesan atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan, dikirimkanlah surat-surat
8:11 yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya,
8:12 pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.
8:13 Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan di tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang Yahudi harus bersiap-siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada musuhnya.
8:14 Maka dengan terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan.
8:15 Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susan pun bertempiksoraklah dan bersukaria:
8:16 orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan.
8:17 Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di tiap-tiap kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.


Tidak diragukan, kitab Ester bukanlah suatu cerita yang "khas" tentang jangkauan keluar dan bersaksi. Namun kita dapat melihat sesuatu seperti ske­nario ini yang terjadi di sini menjelang akhir kisah. Sebagai akibat dari pengu­muman resmi raja untuk kepentingan kaum Yahudi, "banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Ya­hudi" (Ester 8:17). Sebagian juru tafsir membantah bahwa pertobatan mereka bukanlah suatu pengalaman yang benar, karena rasa takut dan cemas tidak boleh ada dalam penarikan jiwa. Walau itu benar, tetapi siapakah yang tahu dalam jangka panjang, bagaimana orang-orang ini, apa pun motif awalnya, merespons pekerjaan Roh Suci, apalagi setelah melihat perbedaan-perbedaan besar antara kepercayaan mereka sendiri dengan kepercayaan dan ibadah ke­pada Allah yang benar?
Bacalah Roma 1:18-20. Bagaimanakah konsep yang diajarkan di sini dapat berperan dalam diri orang-orang ini, khususnya dalam konteks cerita ini?

Roma 1:18-20
1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.


Perintah asli terhadap orang Yahudi, bukan saja supaya orang Yahudi ha­rus dibunuh, tetapi juga "dirampas harta milik mereka" (Ester 3:13). Begitu juga, ketika orang Yahudi diizinkan membunuh musuh mereka, mereka juga diperintahkan untuk "merampas harta milik" musuh mereka. (Ester 8:11). Na­mun demikian, tiga kali dalam kitab Ester (9:10, 15, 16) disebutkan secara khusus bahwa orang-orang Yahudi tidak "mengulurkan tangan pada barang rampasan." Walaupun ayat itu tidak mengatakan alasannya, tetapi fakta bahwa hal itu disebutkan sampai tiga kali menunjukkan diberinya penekanan pada tindakan itu. Mungkin sekali mereka menahan diri karena ingin diketahui bah­wa mereka bertindak demi pembelaan diri dan bukannya gelojoh.
Bagaimanakah kita dapat memastikan bahwa dalam jangkauan keluar dan kesaksian kita kepada orang lain, kita tidak melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan orang mempertanyakan motif kita? Mengapakah hal ini begitu penting?

Jumat

7 Agustus
Pendalaman: Ellen G. White, "Zaman Ratu Ester," Alfa dan Omegajld. 4, hlm. 197-202.
"Perintah yang pada akhirnya akan disebarkan untuk melawan umat Al­lah yang sisa akan benar-benar sama dengan yang dikeluarkan oleh Ahasywe- ros terhadap orang-orang Yahudi. Pada masa kini musuh-musuh gereja yang benar melihat pada rombongan kecil yang memelihara hukum Allah, seorang Mordekhai di pintu gerbang. Penghormatan umat Allah akan hukum-Nya adalah teguran yang tetap kepada mereka yang tidak takut akan Tuhan yang sedang menginjak-injak hari Sabat-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 201, 202.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.      Perbandingan sejajar apakah yang dapat kita tarik antara perin­tah terhadap orang Yahudi dengan apa yang akan terjadi di zaman akhir ketika masalah "tanda binatang" mengemuka?
2.      Baik orang Yahudi purba maupun orang Kristen mempersoalkan hak kitab Ester mendapatkan tempat dalam kanon Perjanjian Lama. Kitab Ester tidak ada dalam Perjanjian Lama yang digu­nakan oleh komunitas pembuat gulungan naskah Laut Mati, dan juga tidak terdapat dalam Perjanjian Lama jemaat-jemaat purba Turki dan Siria. Nama Allah tidak ada dalam kitab Ester, sementa­ra rujukan kepada raja kalir terdapat sekitar 190 kali. Tidak ada sebutan tentang doa, korban persembahan, Bait Suci, atau ibadah, walaupun ada menyebutkan tentang puasa. Akhirnya, penekan­an pada perjanjian tentang pengampunan dan belas kasihan juga tidak disebutkan. Dan, walaupun demikian, Tuhan memandang pantas untuk memasukkannya ke dalam kanon. Mengapa? Pela­jaran rohani kuat apakah yang dapat kita tarik tentang bagaimana Allah dapat bekerja di dalam hidup kita untuk kebaikan, bahkan di tengah keadaan yang tampaknya sangat sulit?
3.      Renungkanlah pemikiran tentang saat-saat di mana para misiona­ris dan orang lain yang mengadakan jangkauan tanpa menyatakan secara terbuka identitas dan pekerjaan mereka. Apakah alasan- alasan absahnya (jika ada) untuk kita lakukan seperti itu, khusus­nya di dalam konteks misi? Kadang-kadang, misalnya, para misi­onaris sangat berhati-hati, tidak menyebutkan siapa diri mereka, khususnya di negara-negara yang memusuhi kesaksian Kristen. Jika kita dikesankan untuk tidak menyatakan langsung identitas kita, bagaimanakah kita dapat melakukan hal itu dalam cara yang jujur dan tidak menipu?

Pelajaran 7
*8-14 Agustus

Yesus: Pemilik Misi
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan ini: 2 Tim. 1:8,9; Yes. 42:1-9; Dan. 9:24-27; Luk. 2:8-14; Mat. 10:5, 6; Kis. 1:1-14.
AYAT HAFALAN: "Maka kata Yesus sekali lagi: 'Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga seka­rang Aku mengutus kamu'" (Yohanes 20:21).
Menurut Alkitab, kegiatan inti Trinitas adalah misi. Bapa, Putra, dan Roh Kudus semuanya terlibat dalam penyelamatan umat manusia.
Firman Mereka dimulai pada kejatuhan manusia, dan berkesinam­bungan sampai akhir zaman. Bapa, Putra, dan Roh Kudus kemudian akan me­mulihkan dunia yang ditebus ini kembali ke persekutuan penuh dengan ke­hendak Ilahi.
Menurut kitab-kitab Injil, Yesus menjalani perubahan radikal menjadi ma­nusia adalah penting agar misi-Nya berhasil. Dalam Yesus Kristus, makna se­jarah menjadi terpusat, seluruh kegiatan misi Allah menjadi saling bertalian, dan kebutuhan manusia yang terdalam untuk eksistensinya yang penuh makna terpenuhi.
Dalam Perjanjian Baru, kita diperkenalkan tujuan penjelmaan Yesus Kris­tus. Kita dapati di sini bagaimana Ia merencanakan program untuk misi, dan kita mendapat gambaran bagaimana Yesus menemui orang dari bangsa yang lain, orang dari keyakinan yang berbeda. Dalam Firman Allah, kita dapat me­lihat kegiatan penyelamatan yang luar biasa dari Allah demi umat manusia berdosa.
*PeIajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 15 Agustus.



No comments:

Post a Comment