SSD Pelajaran 13 dalam bentuk ebook download di sini
Info :
Kebaktian Rabu Malam (26/9/2012) jam 19.00 wita dan Kebaktian Sabat (29/9/2012) jam 08.45 wita GMAHK Paal Dua
akan disiarkan langsung melalui www.justin.tv/lannymanaroinsong
atau di www.youtube.com/lannymanaroinsong
KKR “PRINCE OF PEACE” tgl 7-13 Oktober di Manado Grand Palace Swimming Pool
Lt.II dengan pembicara tunggal Pdt. J. Bakulu juga akan disiarkan secara langsung melalui website tersebut.
Memelihara Jemaat agar Setia
(2 Tesalonika 2:13-3:18)
(2 Tesalonika 2:13-3:18)
SABAT PETANG
BACA UNTUK PELAJARAN MINGGU INI: 2 Tes. 2:13-3:18; Kis. 17:11; Luk. 10:25-28; Mat.
7:24-27; 18:15-17.
AYAT HAFALAN: "Sebab
itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari
kami, baik secara lisan maupun secara tertulis" (2 Tesalonika 2:15).
Pokok Pikiran: Meskipun
kita memiliki janji yang mulia untuk masa depan, kita harus menghadapi berbagai
tantangan dan pergumulan setiap hari di dalam gereja. Tidak terkecuali jemaat
Tesalonika, mereka mengalami hal yang sama.
Gereja itu bagaikan tanaman. Jika
sebuah tanaman tidak bertumbuh, maka tanaman itu
akan mati. Dengan kata lain, pertumbuhan itu dibuat sesuai dengan rancangan Allah atas tumbuhan itu. Demikian
halnya, gereja yang tidak berubah dan bertumbuh akan mati. Namun tidak semua
perubahan itu baik. Perubahan dapat menjauhkan kita dari identitas kita yang
sesungguhnya. Hal itu dapat menyebabkan kita tidak lagi memperhatikan tujuan
Allah bagi kita. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh harus waspada, karena
kebenaran masa kini hanya diproklamirkan oleh gereja kita! Itu merupakan suatu
tanggung jawab yang berat bagi kita semua, apakah anggota awam maupun pelayan
jemaat, tidak boleh lupa akan hal ini.
Melalui
wahyu dan tuntunan Roh Kudus, Allah telah menuntun gereja menuju terang yang
lebih besar. Terang pada masa lalu telah menolong gereja untuk menemukan
jalannya melewati gelombang perubahan yang sangat berbahaya. Kata-kata
terakhir Paulus kepada jemaat Tesalonika memberikan kepada kita tuntunan yang
penuh inspirasi sehubungan dengan hal ini.
*Pelajari pelajaran pekan ini
sebagai persiapan untuk Sabat, 29 September.
Minggu 23 September
SETIA OLEH PILIHAN ALLAH (2 TES. 2:13-17)
Pernyataan
dalam ayat ini mengingatkan kita pada doa di awal surat 1 Tesalonika. Nampaknya
Paulus hampir kembali lagi pada bagian awal suratnya, membuat kesimpulan untuk
kedua surat ini. Di sini Paulus memberikan perhatiannya agar umat percaya di
Tesalonika jangan menyimpang dari jalan yang dia sudah berikan pada mereka.
Baca 2
Tesalonika 2:13-17. Mengapa Paulus bersyukur kepada Allah atas jemaat
Tesalonika? Apakah yang dia minta untuk mereka lakukan dalam bagian ini? Dalam
hal apakah kata-kata ini sangat relevan bagi kita saat ini, di mana akhir zaman
sudah sangat dekat?
2 Tesalonika
2:13-17
2:13. Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur
kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah
dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan
kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.
2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil
yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus,
Tuhan kita.
2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah
pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari
kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
2:16. Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah,
Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah
menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
2:17 kiranya menghibur dan menguatkan
hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
Kehidupan jemaat Tesalonika memberikan bukti kepada
Paulus bahwa mereka telah dipilih sebagai "buah sulung untuk
diselamatkan. " Beberapa terjemahan menyebut "dari mulanya."
Meskipun keselamatan itu merupakan karunia, umat percaya mengalaminya melalui
pengudusan oleh Roh Kudus dan keyakinan akan kebenaran. Kehidupan umat percaya
lebih daripada pengalaman yang subjektif; hal itu didasarkan pada kebenaran.
Itulah sebabnya mengapa Paulus sangat memberikan
perhatian agar jemaat Tesalonika berpegang teguh pada doktrin yang telah
diajarkan pada mereka, baik melalui surat dan kata-kata yang diucapkan. Orang
yang telah menerima kebenaran dengan berlalunya waktu sangat mudah beralih dari
standar yang pernah mereka terima, itulah sebabnya mengapa kita harus selalu
diingatkan kembali oleh mereka yang berkhotbah dan mengajar kita.
Pada masa-masa permulaan gereja, tradisi yang
disampaikan lewat perkataan lebih diutamakan daripada tradisi yang tertulis.
Pengajaran yang disampaikan lewat pembicaraan sering tidak terganggu oleh
berbagai hal yang terjadi secara tidak disengaja. Nada suara dan gerak tubuh
mengungkapkan arti dengan lebih akurat daripada kata-kata yang ditulis di atas
kertas. Itulah sebabnya khotbah sebagai salah satu metode komunikasi tidak
pernah ketinggalan zaman.
Namun
tradisi yang ditulis, seperti yang ditulis oleh Paulus, sulit untuk disalahgunakan
oleh orang yang secara sengaja ingin mengubah isi pekabaran Injil untuk
kepentingan mereka sendiri. Kata-kata yang tertulis memberikan aturan yang aman
dan tidak dapat diubah seperti yang orang dapat lakukan pada isi khotbah. Dalam
buku Kisah, orang Berea dipuji karena mereka memperhatikan pekabaran yang
disampaikan secara lisan dan kemudian memeriksa kembali dengan teliti akan
ajaran tersebut dalam Kitab Suci (Kis. 17:11).
Baca lagi
ayat-ayat untuk hari ini. Ada banyak kuasa yang selalu berusaha untuk
menjauhkan kita dari kebenaran. Perhatikanlah bagaimana Anda berubah dari waktu
ke waktu. Apakah perubahan ini merupakan suatu perubahan menuju kepada
kebenaran ataukah sebuah perubahan yang secara lambat laun menuntun kita,
menjauhi kebenaran? Dengan kata lain, ke arah manakah Anda sedang bergerak?
Senin 24 September
KETEGUHAN HATI MENGHADAPI KEJAHATAN (2 TES. 3:1-5)
Di dunia zaman sekarang ini banyak orang yang
menertawakan pendapat yang menyatakan bahwa Setan itu benar-benar ada. Menurut
mereka, dia hanyalah mitos, peninggalan dari zaman takhyul sebelum ilmu
pengetahuan ada. Mereka merasa bahwa kebaikan dan keburukan hanya merupakan
konsekuensi acak dari sebab dan akibat; atau, dalam pikiran beberapa orang,
baik dan buruk hanyalah konsep budaya setempat yang berhubungan dengan waktu
dan tempat tertentu.
Namun
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Setan itu nyata. Seringkah dia mendapat
keuntungan oleh sebab di beberapa belahan dunia dia membiarkan dirinya
tersembunyi atau bahkan membiarkan dirinya dipermainkan dalam bentuk Setan
merah dengan tanduk. Karikatur tersebut membuat orang berpikir bahwa Setan itu
tidak nyata, inilah yang dia harapkan. (Setan yang membuat saya melakukannya!
Demikianlah seorang pelawak mengolok-olok Iblis).
Baca 2
Tesalonika 3:1-5. Meskipun di luar sana ada berbagai tantangan terhadap iman kita,
Paulus memberikan ekspresi pengharapan. Di atas apakah pengharapan itu
didasarkan, dan apakah kondisi di mana kita dapat merasa pasti untuk
mendapatkannya? Lihat juga
Luk. 10:25-28; UI. 8:1.
2 Tesalonika
3:1-5
3:1. Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk
kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang
telah terjadi di antara kamu,
3:2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan
orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.
3:3 Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan
hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
3:4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang
kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.
3:5 Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada
kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
Luk. 10:25-28;
10:25. Pada suatu kali berdirilah seorang ahli
Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?"
10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis
dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"
10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri."
10:28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar;
perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
UI. 8:1
8:1. "Segenap perintah, yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini, haruslah kamu lakukan dengan setia, supaya kamu hidup
dan bertambah banyak dan kamu memasuki serta menduduki negeri yang dijanjikan
TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu.
Paulus memulai bagian ini dengan permohonan doa
(seperti dalam 1 Tes. 5:25) agar Injil beroleh kemajuan dan dimuliakan
lewat pekerjaannya. Paulus juga meminta mereka untuk berdoa agar dia dapat
terluput dari orang-orang jahat (2 Tes. 3:2). Ekspresi ini nampaknya
memberi isyarat adanya orang-orang tertentu dalam pemikirannya yang juga
diketahui oleh penerima suratnya.
Paulus melanjutkan kalimat ini dengan permainan
kata f 2 Tes. 3:2, 3). Tidak setiap orang memiliki iman (percaya pada, atau
komitmen pada, Allah), namun Tuhan adalah setia (dapat dipercaya untuk
memberikan inspirasi iman dan komitmen). Tuhan yang setia ini sungguh dapat
dipercaya dan akan memelihara mereka terhadap yang jahat, atau Setan. Kabar
baiknya ialah, meskipun Setan lebih berkuasa daripada kita, namun Tuhan lebih
berkuasa daripada Setan, dan kita dapat menemukan keselamatan dan kekuatan di
dalam Tuhan.
Paulus
mengakhiri bagian ini (2 Tes. 3:4, 5) dengan memuji mereka dan melayangkan
doa untuk mereka. Dia yakin bahwa mereka akan melakukan apa yang dim intakan
dan mereka akan tetap melakukannya meskipun ada banyak tantangan dari Setan dan
orang-orang yang diilhaminya. Dia berdoa (2 Tes. 3:5) agar Tuhan
mengarahkan perhatian mereka pada kasih Allah dan kesabaran Kristus.
Bahkan di tengah pencobaan dan penderitaan, surat
Paulus selalu dipenuhi oleh iman, pengharapan, dan kepastian. Bagaimanakah
kita belajar untuk memiliki iman, pengharapan, dan kepastian bagi diri kita
sendiri, terlepas dari berbagai situasi sulit yang kita alami?
Selasa 25 September
ALKITAB DAN TRADISI (2 TES. 3:6-8)
Saat Yesus
berjalan di atas dunia ini belum ada kitab Perjanjian Baru. Alkitab yang Yesus
gunakan adalah kitab Perjanjian Lama. Tetapi, dari sejak awal, ketaatan pada
kata-kata yang diucapkan Yesus adalah kebijakan yang dilakukan oleh para
pengikut-Nya (Mat. 7:24-27). Kata-kata dan tindakan Yesus menjadi
sangat berkuasa bagi gereja pada tahun-tahun berikutnya (1 Tes. 4:15; Kis.
20:35; 1 Kor. 11:23-26). Kemudian, melalui inspirasi Roh Kudus, rasul-rasul
dituntun untuk menafsirkan kata-kata Yesus dan tindakan-Nya (Yoh. 15:26, 27;
16:13-15). Dan sebelum generasi Kristen yang pertama berlalu, tulisan para
rasul telah sepenuhnya dianggap sama dengan tulisan nabi-nabi di Perjanjian
Lama dan dapat disebut sebagai Kitab Suci (2 Ptr. 3:2, 16).
Baca 2
Tesalonika 3:6-8,14. Menurut ayat-ayat ini, apakah yang Paulus akan masukkan
dalam konsepnya tentang kebenaran?
2 Tesalonika
3:6-8,14.
3:6. Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara,
dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara
yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu
terima dari kami.
3:7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus
mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
3:8 dan tidak makan roti orang dengan
percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan
menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
Pada saat Paulus tiba di Tesalonika, gereja yang
mula-mula menganggap perkataan Yesus dan ajaran para rasul sangat otoritatif.
"Tradisi," pada zaman Perjanjian Baru, tidak selalu merupakan satu
kata kotor; hal itu juga dapat merujuk pada segala sesuatu yang diingat gereja
dari hal perkataan dan tindakan Yesus termasuk perkataan dan tulisan
rasul-rasul. Tradisi bagi mereka bagaikan Alkitab untuk kita. Tradisi itu
selalu diajarkan dan harus ditaati.
Bagi jemaat Tesalonika, tradisi itu memiliki arti
lebih dari sekadar surat Paulus. Namun hal itu termasuk segala sesuatu yang
Paulus sudah katakan pada mereka saat dia berada di Tesalonika, dan termasuk
juga tindakannya, yang mereka teladani. Kenyataan bahwa Paulus bekerja keras
untuk mendukung dirinya sendiri di Tesalonika tidak hanya menyatakan bahwa dia
peduli pada mereka (1 Tes. 2:9); itu adalah sebuah tradisi yang dia
harapkan untuk mereka terapkan dalam kehidupan mereka secara pribadi.
Paulus tidak
menganggur sementara dia berada di tengah-tengah mereka; dia tidak memakan
makanan orang lain tanpa pembayaran. Dia bekerja siang dan malam agar tidak
menjadi beban bagi siapa pun juga. Dan setiap orang di Tesalonika yang hidup
berbeda dari cara itu telah mengganggu ketertiban. Demikianlah, penjelasan
Paulus akan orang yang hidup tidak tertib tidak dibatasi pada mereka yang
mengganggu dalam komunitas gereja; dia memperluas hal itu di sini sehingga
mencakup setiap orang yang tidak mengikuti ajaran atau praktik kehidupan para
rasul.
Ayat-ayat ini mengungkapkan betapa pentingnya
tindakan-tindakan Paulus bagi jemaat Tesalonika. Meskipun dia mendapatkan
kebenaran secara langsung dari Tuhan (Gal. 1:1), dia memberikan banyak kesaksian lewat kehidupan dan
tindakannya sama seperti yang diberikan lewat kata-katanya. Seberapa baikkah
kehidupan kita memantulkan kebenaran yang kita telah ajarkan?
Rabu 26 September
BEKERJA DAN MAKAN (2 TES. 3:9-12)
Apakah
masalah unik yang Paulus hadapi di gereja Tesafonika? 2 Tes. 3:9-12.
2 Tes. 3:9-12.
3:9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu,
melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu
ikuti.
3:10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu,
kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah
ia makan.
3:11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada
orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan
hal-hal yang tidak berguna.
3:12 Orang-orang yang demikian kami peringati dan
nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan
pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.
Dalam ayat-ayat ini Paulus menerapkan tradisi dari apa
yang dia telah lakukan dan katakan pada saat-saat tertentu. Ada sekelompok
anggota jemaat yang hidup tidak tertib (2 Tes. 3:6, 11). Paulus telah
menyebutkan masalah ini dalam suratnya yang terdahulu, dengan menggunakan
bahasa yang lembut (1 Tes. 4:11, 12; 5:14). Namun dia menggunakan bahasa
yang lebih keras di sini.
Sebagai seorang rasul, Paulus dapat saja meminta
jemaat itu untuk memberikan gaji, perumahan, dan makanan. Namun dalam 1
Tesalonika dia memberikan teladan di antara mereka dengan bekerja siang dan
malam agar tidak menjadi beban bagi mereka (1 Tes. 2:9). Ini adalah
teladan kasih. Namun menurut 2 Tesalonika 3:8, dia juga bekerja siang dan
malam agar dapat menjadi contoh bagaimana setiap orang sedapat mungkin harus
memenuhi kebutuhannya sendiri.
Jika Paulus hanya memberi contoh, maka beberapa orang
dapat memberi tanggapan bahwa tradisi itu tidak begitu jelas. Namun Paulus
telah membahas masalah ini dengan kata-kata. Saat dia tinggal bersama dengan
mereka, dia sering mengatakan (seperti yang dinyatakan dalam kalimat sempurna
bahasa Yunani) sebutan yang sangat popular telah menjadi perintah, "jika
seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2 Tes. 3:10).
Pada bagian ini Paulus tidak mengkritisi upaya-upaya
yang dilakukan untuk memelihara orang yang butuh bantuan, mereka yang tidak
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Lagi pula, Yesus sendiri telah memberikan
teladan belas kasihan yang Dia tunjukkan pada mereka yang miskin dan tidak
berdaya.
Sebaliknya,
yang menjadi sasaran Paulus adalah sekelompok orang di dalam gereja yang
sengaja menganggur. Mereka sibuk, mencampuri urusan orang lain dan tidak
mengabaikan kewajibannya (2 Tes. 3:11). Seperti kehidupan para filsuf
populer pada zaman dulu, orang-orang percaya ini lebih mengutamakan sebuah
kehidupan yang mudah daripada bekeija keras. Mungkin mereka menghabiskan waktu
mereka mendiskusikan teologi atau mengritik perilaku orang lain gantinya
melakukan tugas-tugas mereka. Paulus memerintahkan mereka "dalam nama Tuhan
Yesus Kristus" untuk mengikuti teladan hidupnya dan mendapatkan hak untuk
berbicara dengan cara memenuhi kebutuhan mereka sendiri terlebih dulu
(3:12).
Betapa menakjubkan bahwa, pada awal sejarah gereja,
Paulus harus berurusan dengan begitu banyak masalah yang ada di antara anggota
jemaat. Bagaimanakah seharusnya hal ini melindungi kita (dan anggota baru) dari
harapan bahwa gereja kita akan diisi oleh orang-orang kudus? Lebih penting
lagi, bagaimanakah kita dapat menjadi kekuatan positif dalam gereja setempat
meskipun kita memiliki banyak kesalahan dan kelemahan?
Kamis 27 September
KASIH YANG KUAT (2 TES. 3:13-15)
Menurut
Matius 18:15-17, bagaimanakah seharusnya gereja memperlakukan seorang anggota
yang telah dipecat?
Matius
18:15-17
18:15. "Apabila saudaramu berbuat dosa,
tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah
mendapatnya kembali.
18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi,
perkara itu tidak disangsikan.
18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka,
sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan
jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang
pemungut cukai.
Masalah disiplin gereja merupakan salah satu isu yang
sangat sulit dihadapi oleh gereja setempat. Seringkali anggota yang bersalah
itu adalah saudara, ibu, anak, sepupu, atau sahabat karib dari anggota lain.
Beberapa anggota tidak pernah mau memberikan disiplin; yang lain ingin
memberikan sanksi yang berat. Bagaimanakah gereja menemukan kehendak Allah di
antara begitu banyak kepentingan yang bersaing?
Matius 18 memberikan sebuah proses yang sederhana dan
jelas. Pertama, percakapan empat mata dilakukan antara pelaku dan orang yang
merasa tersinggung. Konteks ini menunjukkan bahwa sedapat mungkin pengampunan
adalah tujuan dari pembicaraan itu (Mat. 18:21-35). Kedua, anggota yang
tersinggung membawa satu atau dua saksi menyertainya dalam pertemuan
selanjutnya untuk menghindari kebingungan atas apa yang dikatakan oleh salah
satu pihak. Hanya setelah dua tahap pertama ini dilakukan dengan sangat
hati-hati barulah proses itu dibawa di hadapan jemaat. Kemudian, jika pelaku
itu tidak memberikan tanggapan kepada jemaat secara keseluruhan, maka dia akan
diperlakukan sebagai orang kafir atau pemungut cukai (Mat. 18:17).
Di sinilah
letak permasalahannya. Apakah artinya memperlakukan seseorang seperti orang
kafir dan pemungut cukai? Paling sedikit ada dua kemungkinan yang berbeda. Pada
satu sisi, Yesus dapat saja mengimbau jemaat untuk menjauhi pelaku seperti
mereka menjauhi orang kafir dan pemungut cukai dalam lingkungan tempat mereka
dibesarkan. Di sisi lain, hal itu dapat berupa ajakan untuk memperlakukan
mereka yang terbuang seperti Yesus memperlakukan orang Kafir dan pemungut cukai
(dengan penuh belas kasihan dan pengampunan).
Apakah yang
Paulus katakan tentang disiplin gereja? 2 Tes. 3:13-15.
2 Tes. 3:13-15.
3:13 Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu
berbuat apa yang baik.
3:14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa
yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia,
supaya ia menjadi malu,
3:15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh,
tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.
Merupakan sebuah tantangan besar untuk menerapkan
dengan benar Matius 18 dan 2 Tesalonika 3 pada saat sekarang ini. Tidak ada dua
orang yang sama. Tidak ada dua situasi yang sama. Dalam beberapa hal
pengampunan melembutkan hati pelaku dan membawa perdamaian ke dalam gereja.
Dalam kasus lain hati pelaku yang dikeraskan hanya dapat menanggapi kasih yang
diberikan lewat penerapan berbagai sanksi. Itulah sebabnya mengapa General
Conference tidak memecat seorang pun. Proses yang rumit ini lebih baik
ditangani oleh gereja setempat, di mana pelaku dikenal dengan baik.
Kasih yang
kuat bukan menjadi alasan untuk melakukan penyalahgunaan. Menurut ayat 15,
orang yang didisiplin haruslah diperlakukan seperti keluarga dan saudara.
Gereja harus tetap sadar bahwa pelaku adalah seorang saudara yang untuknya
Yesus telah mati (Rm. 14:15; 1 Kor. 8:11).
Pengalaman
apakah yang Anda miliki sehubungan dengan disiplin gereja? Bagaimanakah gereja
membangun keseimbangan antara konfrontasi dan penerimaan?
Jumat 28
September
PENDALAMAN: "Orang-orang percaya di Tesalonika sangat
terganggu oleh orang-orang yang datang kepada mereka dengan buah pikiran dan
doktrin yang fanatik. 'Ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja,
melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.' Sidang sudah
diorganisasikan dengan baik, dan pegawai-pegawai ditentukan untuk bertindak
sebagai pendeta-pendeta dan diaken- diaken. Tetapi ada beberapa orang yang suka
akan jalan sendiri dan tidak sabar, yang enggan untuk lebih tunduk kepada mereka
yang memegang kedudukan dan kekuasaan dalam sidang."—E.G. White, Alfa
dan Omega, jld. 7, hlm. 220,221.
"Paulus tidak bergantung sepenuhnya pada
pekerjaan tangannya untuk sokongan sementara ia berada di Tesalonika....
Filipi 4:16. Meskipun kenyataan ia telah menerima pertolongan ini, ia
berhati-hati untuk memberikan kepada orang Tesalonika suatu teladan kerajinan,
sehingga tidak ada orang dapat menuduh dia tentang ketamakan, dan juga bahwa
mereka yang memegang pandangan yang fanatik mengenai pekerjaan tangan boleh
diberikan amaran yang praktis."—Hlm. 293.
"Kebiasaan
memberikan bantuan pada pria maupun wanita dalam kemalas- annya dengan
pemberian pribadi atau uang gereja mendorong mereka dalam kebiasaan yang
salah, dan hal ini haruslah dihindari. Setiap pria, wanita, dan anak- anak
harus dididik untuk melakukan pekerjaan praktis dan berguna. Semua harus
belajar berdagang. Mungkin saja membuat tenda, atau bisnis di bidang lain;
namun setiap orang harus dididik untuk menggunakan anggota tubuhnya untuk maksud
tertentu, dan Allah siap dan bersedia untuk meningkatkan kemampuan setiap orang
yang mau mendidik diri mereka sendiri untuk memiliki kebiasaan
rajin."—Ellen G. White, The SDA Bible Commentary, jld. 7, hlm. 912.
PERTANYAAN
UNTUK DISKUSI:
1.
Bagaimanakah gereja dapat menjaga keseimbangan antara berpegang pada
kebenaran pada masa yang lalu dan mengikuti terang baru yang berasal dari
Allah? Bagaimanakah kita mengetahui apakah "terang baru" itu,
benar-benar merupakan "terang" dan bukan penyesatan?
2.
Bagaimanakah kita berurusan dengan anggota gereja yang sulit diatur dan
selalu mengeluh akan berbagai hal dalam gereja? Pada saat yang sama,
bagaimanakah kita menanggapi mereka yang benar-benar menaruh perhatian pada
masalah yang sesungguhnya di dalam gereja?
3.
Rangkumkanlah dalam pikiran Anda pekabaran penting dari Paulus kepada
jemaat Tesalonika dalam kedua suratnya sehingga hal itu menjadi relevan untuk
situasi dalam gereja kita pada saat ini.
RANGKUMAN: Kedua surat Paulus kepada jemaat Tesalonika telah mengajarkan
kita sunlu perlakuan besar tentang bagaimana menjadi satu jemaat di dalam suatu
lingkungan yang sulit. Meskipun konteks yang dia hadapi sungguh berbeda dengan
yang kita hadapi, prinsip-prinsip yang dia kemukakan bersifat abadi dan kekal,
karena hal itu diinspirasikan oleh Tuhan sendiri.
No comments:
Post a Comment