Pelajaran Sekolah Sabat Triwulan IV 2016

Silakan klik pada judul untuk mengunduhnya. File ini dalam bentuk Pdf.
 KITAB AYUB :
1. PENUTUP
1. Pelajaran 1 Lengkap dengan ayat dan gunakan Adobe Reader untuk hasil terbaik.
2. PERTENTANGAN BESAR
3. APAKAH DENGAN TIDAK MENDAPAT APA-APA AYUB TAKUT AKAN ALLAH
 4. ALLAH DAN PENDERITAAN MANUSIA
 5. MENGUTUK HARI
 6. KUTUK TANPA SEBAB
 7.  HUKUMAN PEMBALASAN
 8. DARAH YANG TIDAK BERDOSA
 9. ISYARAT PENGHARAPAN
 10. KEMARAHAN ELIHU
 11. DARI DALAM BADAI dalam bentuk pdf (Adobe Reader atau Pdf Notes)
11. DARi DALAM BADAI dalam bentuk epub untuk Apple (ibook) dan Android (Moonreader)
 12. PENEBUS AYUB dalam bentuk pdf (Gunakan Adobe Reader atau ibook)
12. PENEBUS AYUB dalam bentuk epub
 13. TABIAT AYUB dalam bentuk pdf
13. TABIAT AYUB dalam bentuk epub
 14. BEBERAPA PELAJARAN DARI AYUB dalam bentuk pdf

 RENUNGAN PAGI 1-15 OKTOBER 2016 dalam bentuk Pdf silakan unduh di SINI
RENUNGAN PAGI 16-31 DESEMBER 2016 dalam bentuk Pdf silakan unduh di SINI


Pelajaran 13






TABIAT AYUB



SABAT PETANG



Ayat Hafalan: "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbua­tan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sem­purna" (Yak. 2:22),
Di tengah semua persoalan besar yang disentuh dalam kitab Ayub, janganlah kita kehilangan pandangan tentang satu tema penting yang ­lain.Yaitu Ayub sendiri. Siapakah orang ini yang Tuhan sangat per­caya sehingga Tuhan menantang Iblis mengenai kesetiaan dan integritasnya? Siapakah orang ini yang tidak mengerti mengapa segala sesuatu ini menimpa dirinya, yang tahu bahwa apa yang terjadi padanya tidaklah adil, yang meng­ungkapkan kemarahan dan frustrasinya atas semua itu, dan namun tetap setia sampai akhir?              

Sementara inti sari kitab Ayub adalah mengenai Ayub setelah malapetaka menimpa, dari kisah ini kita dapat memetik informasi tentang kehidupan Ayub sebelumnya. Dan apa yang kita pelajari tentang masa lalu Ayub dan orang ba­gaimanakah dia dulunya, memberi kita suatu pengertian yang lebih besar ten­tang mengapa Ayub tetap setia pada Tuhan, walau di tengah semua penderitaan yang'mengerikan, walau di tengah segala sesuatu yang Setan lakukan untuk berusaha memalingkan dia dari Allah.

Seperti apakah Ayub itu, dan apakah yang dapat kita pelajari tentang bagai­manakah ia hidup sehingga dapat membantu menjadikan kita pengikut Tuhan yang lebih setia ketika menjalani kehidupan kita sendiri?

* Pelajari pelajaran pekan ini untuk Sabat, 24 Desember.



Minggu 18 Desember
Orang Us

Bacalah Ayub 1:1 dan Ayub 1:8. Apakah yang hal ini katakan tentang tabiat Ayub?


1:1. Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  

Walaupun Ayub diberitahu di sepanjang dialog bahwa ia pasti telah mela­kukan sesuatu yang salah sehingga, semua kesusahan ini menimpa dia, tam­paknya kasusnya adalah kebalikannya. Kebaikannya dan kesetiaannya yang menjadikan dia sasaran istimewa Setan.

Berapa baik dan setiakah dia? Pertama, ayat mengatakan bahwa dia "sem­purna." Perkataan ini tidaklah harus berarti "tidak berdosa" seperti Yesus. Kata itu datang, malah, dengan ide seutuhnya, jujur, tulus, tetapi dalam suatu arti yang relatif. Orang yang "sempurna" di pemandangan Allah adalah orang yang telah mencapai tingkat perkembangan yang surga harapkan dari orang itu pada saat diperlukan. Bahasa Ibrani untuk kata "sempurna," tam, "adalah padanan kata dengan bahasa Yunani teleios, yang sering diterjemahkan 'sempurna' da­lam [Perjanjian Baru] tetapi yang lebih baik diterjemahkan 'bertumbuh penuh' atau 'dewasa.'"—The SDA Bible Commentary,JId. 3 hlm. 499. Pengalaman-pengalaman Ayub kemudian menunjukkan bahwa ia belum mencapai kesem­purnaan tabiat mutlak. Walaupun setia dan jujur, ia tetap masih bertumbuh.

Kedua, ayat itu mengatakan ia "jujur." Kata itu artinya "lurus," "rata," "adil," "benar." Ayub hidup dalam cara di mana ia dapat disebut "warga yang baik."

Ketiga, ayat itu mengatakan ia "takut akan Allah." Walaupun Perjanjian Lama menggambarkan ide tentang "takut" akan Allah sebagai bagian dari apa artinya menjadi seorang Israel yang setia, frasa itu digunakan juga dalam Per­janjian Baru untuk orang bukan Yahudi yang dengan setia menyembah Allah Israel (lihat Kis. 10:2, 22).

. Akhirnya, Ayub "menjauhkan diri" atau menghindari diri dari kejahatan. Ciri-ciri Ayub ini diteguhkan oleh Tuhan sendiri, ketika Ia berkata kepada Se­tan, "Apakah engkau perhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:8).

Pada akhirnya Ayub adalah seorang saleh yang imannya ditunjukkan oleh jenis kehidupan yang ia jalani; dan dengan d,emikian ia benar-benar bersaksi "bagi malaikat-malaikatdan bagi manusia" (1 Kor. 4:9) tentang dapat menjadi apakah seseorang di dalam Kristus.

Seandainya kitab Ayub adalah tentang Anda, bagaimanakah bunyinya kali­mat pembukaan ini? " Ada seorang ______ di tanah Us orang itu _______ dan ia _________ Allah dan ________ kejahatan."



Senin 19 Desember

Langkah-langkah Bermandikan Dadih

Sementara Ayub berjuang untuk menerima malapetaka yang menimpa di­rinya, ia memikirkan tentang kehidupan masa lalunya, betapa itu sangat baik baginya dan bagaimana ia menjalaninya. Berbicara tentang.hari-hari terdahu­lunya, Ayub berkata bahwa di waktu itu "langkah-langkahku bermandikan dadih" (Ayub 29:6).

Misalnya, dalam Ayub, 29:2, Ayub berbicara tentang waktu itu "Allah me­lindungi aku." Bahasa Ibrani untuk kata "melindungi" datang dari suatu kata yang umum dipakai di seluruh Perjanjian Lama bila berbicara tentang penjaga­an Allah bagi umat-Nya (lihat Mzm. 91:11; Bil. 6:24), Tidak diragukan, Ayub mempunyai kehidupan yang baik. Hal, yang penting, juga, adalah bahwa ia tahu bahwa ia mempunyai kehidupan yang baik.



Bacalah Ayub 29:8-17. Apakah yang ayat-ayat ini katakan tentang ba­gaimana orang lain memandang Ayub dan bagaimana ia memperlakukan mereka yang sedang bergumul?

Ayub 29:8-17

29:8 maka ketika aku kelihatan, mundurlah orang-orang muda dan bangkitlah orang-orang yang sudah lanjut umurnya, lalu tinggal berdiri;

29:9 para pembesar berhenti bicara, dan menutup mulut mereka dengan tangan;

29:10 suara para pemuka membisu, dan lidah mereka melekat pada langit-langitnya;

29:11 apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia; dan apabila mata melihat, maka aku dipuji.

29:12 Karena aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu yang tidak ada penolongnya;

29:13 aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria;

29:14 aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban;

29:15 aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh;

29:16 aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.

29:17 Geraham orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya dari giginya.



Di sini kita dapat melihat betapa Ayub itu dihormati. Frasa tentang ia meng­ambil "tempat dudukku di tengah-tengah lapangan" (Ayub 29:7) memberi ide tentang sejenis pemerintahan lokal, di mana Ayub jelas adalah bagian daripa­danya. Kursi-kursi seperti itu biasanya diberikan kepada anggota masyarakat yang senior dan dih'6rmati, dan di antara mereka Ayub sangat dihormati!

Tetapi kita dapiat melihat bahwa walaupun anggota masyarakat yang "ter- rendah" mencintai dan menghormati dia. Orang miskin, yang hendak mati, orang buta, jahda-janda, yatim piatu, dan yang lumpuh—mereka yang belum diberkati sebagaimana Ayub diberkati, adalah mereka yang ia berikan perto­longan dari penghiburan.

"Allah telah berikan dalam firman-Nya suatu gambaran orang yang mak­mur—orang yang kehidupannya      orang yang baik surga maupun bumi senang menghormatinya.'^Ellen G. White, Education, hlm. 142.

Ayat-ayat seperti ini dan yang lain (akan kita lihat) menunjukkan mengapa Ayub telah menjadi orang yang sangat berhasil dalam semua hal, baik di ha­dapan manusia maupun di hadapan Allah.

Mudah untuk berbaik hati dan menghormati orang kaya dan berkuasa dan terkenal tetapi bagaimanakah Anda memperlakukan mereka yang sama sekali tidak punya sesuatu untuk ditawarkan padamu?



Selasa 20 Desember

Hati dan Mata


Pada pandangan pertama, dalam ayat-ayat di bawah ini, hal itu dapat kede­ngaran seolah-olah Ayub sedang membual, seakan-akan Ayub sedang mema­merkan kesucian, kebajikan dan perilaku baiknya di hadapan orang lain. Sikap ini, tentu, tepat seperti yang Alkitab kutuk(lihat Matius 23). Tetapi bukan itu yang sedang terjadi di sini dengan Ayub. Sekali lagi, penting untuk mengingat konteksnya: Kepadanya sedang dikatakan bahwa kehidupan masa lalunya, di­duga agak jahat, merupakan penyebab penderitaannya. Ayub, sementara itu, tahu bahwa hal ini tidaklah benar dan bahwa tidak ada yang ia lakukan yang membuat ia pantas dengan apa yang menimpa dirinya. Maka, ia menggunakan waktu ini menghitung jenis kehidupan yang ia jalani dan orang yang bagaima­nakah dia.



Bacalah Ayub 31:1-23. Apa lagikah yang Ayub katakan tentang bagai­mana kehidupannya sebelum malapetaka?

Ayub 31:1-23

31:1. "Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?

31:2 Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas, milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi?

31:3 Bukankah kebinasaan bagi orang yang curang dan kemalangan bagi yang melakukan kejahatan?

31:4 Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala langkahku?

31:5 Jikalau aku bergaul dengan dusta, atau kakiku cepat melangkah ke tipu daya,

31:6 biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.

31:7 Jikalau langkahku menyimpang dari jalan, dan hatiku menuruti pandangan mataku, dan noda melekat pada tanganku,

31:8 maka biarlah apa yang kutabur, dimakan orang lain, dan biarlah tercabut apa yang tumbuh bagiku.

31:9. Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku,

31:10 maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia.

31:11 Karena hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim.

31:12 Sesungguhnya, itulah api yang memakan habis, dan menghanguskan seluruh hasilku.

31:13 Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku,

31:14 apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?

31:15 Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?



31:16. Jikalau aku pernah menolak keinginan orang-orang kecil, menyebabkan mata seorang janda menjadi pudar,

31:17 atau memakan makananku seorang diri, sedang anak yatim tidak turut memakannya

31:18 --malah sejak mudanya aku membesarkan dia seperti seorang ayah, dan sejak kandungan ibunya aku membimbing dia--;

31:19 jikalau aku melihat orang mati karena tidak ada pakaian, atau orang miskin yang tidak mempunyai selimut,

31:20 dan pinggangnya tidak meminta berkat bagiku, dan tidak dipanaskannya tubuhnya dengan kulit bulu dombaku;

31:21 jikalau aku mengangkat tanganku melawan anak yatim, karena di pintu gerbang aku melihat ada yang membantu aku,

31:22 maka biarlah tulang belikatku lepas dari bahuku, dan lenganku dipatahkan dari persendiannya.

31:23 Karena celaka yang dari pada Allah menakutkan aku, dan aku tidak berdaya terhadap keluhuran-Nya.



Perhatikan juga, bahwa Ayub bukan hanya berbicara tentang tindakan-tindakan luarnya.Ayat "hatiku menuruti pandangan mataku" (Ayub 31:7) menun­jukkan bahwa Ayub mengerti makna yang lebih dalam dari kesucian, makna y#ng lebih dalam tentang benar dan salah, dan tentang hukum Allah. Nampak­nya Ayub tahu bahwa Allah peduli dengan hati, dengan pikiran-pikiran kita, juga dengan tindakan-tindakan kita (lihat 1 Sam. 16:7; Kel. 20:17; Mat. 5:28), Ayub tahu bahwa aalah salah berahi terhadap seorang perempuan, dan bukan hanya jika berzina dengan dia. (Sekali lagi, betapa kuatnya bukti untuk kenya­taan bahwa pengetahuan tentang Allah yang benar telah ada bahkan sebelum Tuhan memanggil bangsa Israel menjadj umat perjanjian-Nya dan menjadi saksi bagi-Nya).

Bacalah apa kata Ayub dalam Ayub 31:13—15. Mengapakah pekabaran ini sangat penting?

Ayub 31:13—15

31:13 Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku,

31:14 apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?

31:15 Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?



Di sini Ayub menunjukkan suatu pengertian yang menakjubkan, khususnya untuk zamannya (kapan saja) tentang kesetaraan dasar seluruh umat manusia. Dunia purba bukanlah tempat di mana konsep kesamaati hak dan kesamaan hukum dimengerti atau dipatuhi. Sekelompok orang menganggap diri mereka lebih besar daripada, dan superior atas orang lain, dan ada .kalanya tidak peduli dengan martabat dan hak asasi orang lain tetapi di sini, Ayub menunjukkan be­tapa ia mengerti tentang hak asasi manusia dan bahwa hak-hak ini berasal dari Allah yang menjadikan kita. Dalam beberapa hal, Ayub lebih maju, bukan saja pada zamannya tetapi juga zaman kita.



RABU 21 Desember

Rumah di Atas Batu



Bacalah Ayub 31:24-34. Apa lagi yang dapat kita pelajari tentang Ayub?



31:24. Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku;

31:25 jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah;

31:26 jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya,

31:27 sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya,

31:28 maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.

31:29 Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka

31:30 --aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! --

31:31 Jikalau orang-orang di kemahku mengatakan: Siapa yang tidak kenyang dengan lauknya?

31:32 --malah orang asingpun tidak pernah bermalam di luar, pintuku kubuka bagi musafir!



31:33. Jikalau aku menutupi pelanggaranku seperti manusia dengan menyembunyikan kesalahanku dalam hatiku,

31:34 karena aku takuti khalayak ramai dan penghinaan kaum keluarga mengagetkan aku, sehingga aku berdiam diri dan tidak keluar dari pintu!



Tidak heran Tuhan mengatakan apa yang Ia lakukan tentang kehidupan dan tabiat Ayub. lililah orang yang benar-benar menghidupkan imannya, orang yang pekerjaannya menyatakan kenyataan hubungannya dengan Allah, Hal ini, tentu, menjadikan keluhannya semakin pahit: Mengapakah hal. ini terjadi padaku? Dan, tentu, -menjadikan argumentasi sahabat-sahabatnya sebegitu le­mah dan tidak berarti.

Tetapi di sini ada suatu pekabaran yang lebih penting dan dalam yang dapat kita petik dari kenyataan kesetiaan dan ketaatan hidup Ayub, Perhatikan bagai­mana erat hubungan kehidupan yang ia jalani di masa lampau dengan bagai­mana ia merespons tragedi yang"menimpa dia kemudian. Bukanlah kebetul­an atau kemauan keras belaka sehingga Ayub menolak "mengutuk Allah, dan mati" (Ayub 2:9). Bukan, tetapi karena seluruh masa kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah memberikan padanya iman dan tabiat yang menyanggupkan dia berharap pada Tuhan, tanpa menghiraukan apa yang terjadi padanya.



Bacalah Matius 7:22-27. Apakah yang terdapat dalam ayat-ayat ini yang menyatakan alasan Ayub tetap setia?

7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?

7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."



Kunci bagi kemenangan utama Ayub di sini ditemukan dalam semua ke­menangan-kemenangan "kecil" sebelumnya (lihat juga Luk. 16:10). Itu adalah kesetiaannya untuk selalu benar tanpa mau berkompromi, yang menjadikan Ayub seperti itu. Apa yang kita lihat di dalam Ayub adalah suatu teladan untuk apa yang kitab Yakobus katakan tentang peran perbuatan dalam suatu kehidup­an iman: "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna" (Yakobus 2:22). Betapa suatu prinsip kehidupan Kristen penting yang dinyatakan dalam ayat ini. Di dalam kisah Ayub kita melihat prinsip ini berfungsi dengan kuat. Ayub terbuat dari daging dan tulang yang sama dengan kita semua; namun melalui karunia Allah dan usaha tekunnya sendiri ia menjalani kehidupan setia dan taat kepada Allah.

Pilihan-pilihan apakah yang perlu Anda lakukan supaya hidup sama setianya dengan Ayub?

Kamis 22 Desember

Berjenis-jenis Hikmat Allah



Di awal kitab Ayub, di tengah-tengah tokoh yang saling berganti, Elifas orang-Temari berkata kepada Ayub:-"Apakah ada manfaatnya bagi Yang Ma­hakuasa, kalau engkau .benar, atau keuntungannya, kalau engkau hidup saleh?" (Ayub 22:3). Suatu pertanyaan yang ironis, dengan apa yang kita tahu tentang apa yang sedang terjadi di belakang layar, di surga. Benar, ada manfaatnya bagi Allah kalau Ayub benar, dan keuntungan bagi-Kya kalau Ayub hidup sa­leh. Dan hal ini juga benar bukan hanya bagi Ayub, hal yang sama juga berlaku bagi semua yang mengaku pengikut Tuhan.



Bacalah Matius 5:16. Bagaimanakah kata-kata itu membantu menja­wab pertanyaan yang Elifas lontarkan kepada Ayub?

Matius 5:16

5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."



Persoalan dalam kitab Ayub adalah, akankah Ayub setia? Setan mengata­kan ia tidak akan setia; Allah mengatakan ia akan setia. Kesetiaan Ayub kalau begitu adalah pasti bermanfaat bagi Allah, setidaknya khusus dalam perang dengan Setan ini.

Walaupun, kisah ini, hanyalah suatu miniatur dari persoalan yang lebih besar. Pesan malaikat pertama pada kita, sebagianriya, "muliakanlah" Allah (Why. 14:7), dan Yesus jelaskan dalam Matius 5:16 bahwa dengan perbuatan baik, kita dapat memuliakan Allah. Inilah yang dibuat Ayub; inilah juga yang dapat kita buat.



Bacalah Efesus 3:10. Bagaimanakah prinsip yang diungkapkan drsini, dinyatakan dalam kitab Ayub, walaupun dalam skala yang lebih kecil?

Efesus 3:10

3:10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga,

Apa yang kita lihat dalam ayat ini, dan dalam kitab Ayub, adalah ungkapan fakta bahwa Allah bekerja dalam kehidupan pengikut-Nya supaya mengubah mereka, untitk kemulian-Nya, ke dalam gambar-Nya sendiri. "Peta Allah harus ditunjukkan kembali dalam manusia. Kehormatan Allah, kehormatan Kristus, termasuk dalam kesempurnaan tabiat umat-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 314. Kehidupan Ayub merupakan contoh bagaimana ma­nusia. menyatakan prinsip ini, walaupun Ayub hidup ribuan tahun lalu. Umat Allah di setiap zaman berkesempatan nienjalani hidup mereka dalam cara yang sama juga.                 .

Apakah ada dalam hidupmu yang membawa kemuliaan bagi Allah? Apakah, yang jawabanmu katakan tentang dirimu dan bagaimanakah engkau hidup dan apakah yang mungkin engkau perlukan untuk beru­bah?     

JUMAT 23 Desember

Pendalaman: Reformasi Protestan mendapatkan kembali kebenaran besar keselamatan hanya oleh iman. Kebenaran ini pertama kali telah diperkenalkan di dalam Firman mulai di Eden (lihat Kej. 3:15) dan kemudian diberi ungkapan yang lebih penuh dalam kehidupan Abraham (lihat Kej. 15:6; Rm. 4:3) sebelum secara berurut dinyatakan dalam Alkitab sampai kepada Paulus. Namun, kebe­naran keselamatan hanya oleh inian ini selalu mencakup karya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang percaya, bukan sebagai sarana keselamatan melainkan sebagai ungkapan keselamatan. Dalam kehidupan dan tabiat Ayub kita menemu­kan contoh yang besar seperti apakah perbuatan itu. Para teolog kadang-kadang menyebut perbuatan ini "penyucian," yang pada dasarnya berarti "kekudusan." Begitu pentingnya hal itu dalam Alkitab sehingga kita diminta Untuk mengejar ."sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan" (Ibr. 12:14). Arti dasar dari penyucian adalah "diasingkan untuk penggunaan yang kudus," suatu ide yang tampak, misalnya, ketika Tuhan berkata kepada umat perjanjian? Nya, "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus." (Im. 19:2). Wa­laupun kata dan konsep ini muncul dalam berbagai cara dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, itu berhubungan dengan apa yang Allah lakukan di dalam kita. Itu dapat dilihat sebagai suatu pertumbuhan moral di dalam kebaikan dan menuju kebaikan. Itu adalah "suatu proses yajtig berangsur maju dari perubahan moral oleh kuasa Roh Suci bekerja sama dengan kehendak manusia."—Handbook of SDA Theology, hlm. 296. Walaupun pekerjaan.ini adalah sesuatu yang hanya bisa dicapai oleh Allah di dalam kita, kita tidak dipaksa ke dalam penyu­cian lagi, dibandingkan bahwa kita pernah dipaksa ke dalam pembenaran. Kita serahkan diri kita kepada Tuhan, dan Tuhan yang sama yang membenarkan kita oleh iman, juga akan menguduskan kita, membentuk kita, seperti yang dibuat­nya kepada Ayub, ke dalam rupa Allah, setidaknya pada tingkat apa pun yang mungkin pada sisi kekekalan. Jadi Paulus menulis: "Hai anak-anakku; karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu" (Gal. 4:19). dan Ellen G. White menulis: "Kristuslah pola kita, teladan yang sempurna dan suci yang telah diberikan pada kita untuk dituruti. Kita tidak akan pernah sama dengan Pola, tetapi kita dapat meniru dan menyerupainya menurut kesanggupan kita."—That I May Know Him, hlm. 265.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1.   Pilihan apakah yang dapat kita buat yang akan memengaruhi ting­kat di mana Tuhan dapat bekerja di dalam kita? Kita tahu bahwa hanya Allah dapat mcnjiuhuli liati, tetapi kita harus bekerja sama. Seperti apa­kah kerja sama itu tampak? Bagaimanakah hal itu ditunjukkan?

2.   Kolosc 2:6 kita baca: "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Bagaimanakah kata-kata ini membantu kita mengerti apa artinya hidup dalam iman dan ketaatan?

3.   Bagaimanakah kita dapat sebagai Jemaat, bukan hanya sebagai pri­badi, membawa kemuliaan bagi Tuhan di hadapan manusia dan di ha­dapan malaikat-malaikat?










PELAJARAN 12 : PENEBUS AYUB
SABAT PETANG
Ayat Hafalan: "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditang­gungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita me­ngira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah" (Yesaya 53:4).
D
engan munculnya Tuhan sendiri secara tiba-tiba, mulai dalam pasal 38, kitab Ayub mencapai puncaknya. Allah menyatakan diri-Nya sendiri kepada Ayub dalam cara yang ajaib, dan hal ini mengakibatkan penga­kuan dan rasa sedih Ayub. Tuhan kemudian menegur tiga sahabat Ayub karena kata-kata mereka yang salah, dan Ayub mendoakan mereka. "Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaanya dahulu" (Ayub 42:10), dan Ayub hidup lama dan hidup bersukacita sesudah itu.
Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganggu, tidak memuaskan tentang kisah itu dan bagaimana berakhirnya. Allah dan Setan, berdebat di surga, pertarung­annya di sini di atas bumi dalam kehidupan dan daging Ayub yang malang? Sepertinya tidaklah adil, dan tidaklah benar, bahwa Ayub harus menanggung bagian yang terberat dan mengerikan dari pertikaian antara Allah dan Setan ini, sementara Tuhan tetap berada di surga dan hanya menontonnya.
Kisah ini pasti ada tambahannya. Dan memang ada. Tambahannya dinyata­kan berabad-abad kemudian, dalam Yesus dan kematian-Nya di salib. Di da­lam Yesus sendiri kita mendapatkan jawaban yang menakjubkan dan menghi­burkan atas pertanyaan yang tidak sepenuhnya dijawab oleh kitab Ayub.

Minggu  11 Desember  Penebusku Hidup
Ketika Allah muncul pada Ayub dalam pasal 38, Ia menyatakan diri-Nya kepada Ayub sebagai Pencipta, yang "membagi saluran karena air yang melu­ap," Dia yang menjadikan "jalan bagi kilat guruh, untuk memberi hujan ke atas tanah di mana... tidak didiami manusia" (Ayub 38:25, 26). Tuhan kita, bukan hanya Pencipta. Ia juga mempunyai gelar dan peran penting yang lain.
Bacalah Ayub 19:25-27. Apakah yang perkataan-perkataan ini nyata­kan tentang pengharapan keselamatan Ayub?

19:25 Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
19:26 Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,
19:27 yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.

Dengan ayat yang terkenal ini, Ayub menunjukkan bahwa ia mempunyai pe­ngetahuan tentang Penebus, pengetahuan yang, walaupun manusia mati, terda­pat pengharapan di seberang kubur, dan pengharapan ini terdapat dalam sang Penebus, yang harus datang ke bumi ini suatu hari kelak.
Kata-kata Ayub ini menunjuk kepada kebenaran yang paling penting dan menentukan di dalam Alkitab: Allah sebagai penebus kita. Ya, Allah sebagai Pencipta kita tetapi dalam dunia berdosa, dalam dunia di mana orang berdo­sa terhukum mati secara kekal dalam dosa-dosa mereka, kita perlu lebih dari Pencipta. Kita perlu Penebus juga. Dan tepat seperti itulah Allah kita: Dialah Pencipta dan Penebus kita juga (lihat Yes. 48:13-17), dan dari Dialah, dengan dua peran itu maka kita mempunyai harapan besar untuk hidup kekal.
Bacalah Yoh. 1:1-14. Dalam rangkaian ayat ini bagaimanakah Yohanes menyatukan Yesus sebagai Pencipta dengan Yesus sebagai Penebus kita?

1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
1:5. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Perkaitan dengan Kejadian 1:1, Allah sebagai Pencipta, adalah jelas di da­lam Yoh. 1:1. Dan jika itu masih kurang cukup, kata-kata ini—"la telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya.... Tetapi semua orang yang mene- rima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yoh. 1:10-12)—menjadikan hubungan antara Ye­sus sebagai Pencipta dan sebagai Penebus tak terpisahkan. Tentu saja, hanya karena Ia adalah Pencipta sehingga Ia dapat menjadi Penebus kita juga.
Jika kita punyai hanya Pencipta tetapi bukan Penebus, harapan apa­kah yang kita miliki? Apakah yang jawabanmu katakan tentang menga­pakah Yesus sebagai Penebus sangat penting bagi kita?

SENIN 12 Desember  Anak Manusia
Dalam pasal-pasal terdahulu kitab Ayub, kita diberi sekilas pandang ke da­lam realitas pertentangan besar antara Kristus dan Setan. Seperti yang kita ke­tahui, itulah peperangan yang dimulai di surga tetapi akhirnya datang ke bumi (lihat Why. 12:7-12). Dalam kitab Ayub kita melihat dinamika yang sama: Suatu pertentangan di surga yang datang ke bumi. Malang bagi Ayub, perten­tangan istimewa di atas bumi itu terpusat padanya.
Bacalah Ayub 10:4, 5, Apakah keluhan Ayub, dan tidakkah ia mempu­nyai suatu maksud?
10:4 Apakah Engkau mempunyai mata badani? Samakah penglihatan-Mu dengan penglihatan manusia?
10:5 Apakah hari-hari-Mu seperti hari-hari manusia, tahun-tahun-Mu seperti hari-hari orang laki-laki,

Maksud Ayub sederhana. Engkau adalah Allah, berdaulat atas alam semesta, Sang Pencipta. Bagaimanakah Engkau tahu seperti apa rupanya menjadi ma­nusia, menderita apa yang kami derita?

Bagaimanakah ayat-ayat yang menyusul ini menjawab keluhan Ayub?
Luk. 2:11;
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Yoh. 1:14;
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Luk. 19:10;
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Mat. 4:2;
4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

1 Tim. 2:5;
2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,

Ibr. 4:15.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Keluhan Ayub, bahwa Allah bukanlah manusia dan karena itu tak dapat me­ngerti penderitaan manusia, telah dijawab penuh dan sempurna oleh kedatang­an Yesus ke dalam kemanusiaan. Walaupun tak pernah kehilangan Keilahian- Nya, Yesus adalah juga sesungguhnya manusia, dan dalam kemanusiaan-Nya itu Ia mengetahui apa rupanya menderita dan bergumul, sama seperti yang dialami Ayub dan semua manusia. Sebenarnya di seluruh Injil, kita melihat kenyataan kemanusiaan Kristus dan penderitaan yang Ia alami dalam kemanu­siaan kita. Yesus menjawab keluhan Ayub.
"Bukanlah kemanusiaan khayalan yang diambil Kristus bagi diri-Nya. Ia mengambil sifat manusia dan hidupkan sifat manusia.... Ia bukan hanya dija­dikan daging, tetapi Ia dijadikan di dalam rupa manusia berdosa." —Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary, j Id. 5, him. 1124.


SELASA 13 Desember  Kematian Kristus
Apakah yang ayat-ayat berikut ini katakan tentang Yesus dan bagai­mana kita memandang Dia?
1 Yoh. 2:6
2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Gal. 4:19
4:19. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.

Tanpa ragu, Yesus adalah manusia teladan. Kehidupan-Nya, yaitu tabiat- Nya adalah contoh yang semua pengikut-Nya harus berusaha, dengan anu­gerah Allah, menyamainya. Yesus adalah satu-satunya contoh sempurna yang kita miliki berkenaan dengan bagaimana menghidupkan jenis kehidupan yang menjadi tujuan mengapa Allah memanggil kita.
Namun, Yesus tidak datang ke dunia ini hanya sekadar memberikan kita suatu contoh. Situasi kita sebagai orang berdosa, memerlukan lebih dari ha­nya pengembangan tabiat, seakan-akan pembentukan ulang tabiat kita dan membentuk kita ke dalam gambar-Nya adalah keseluruhan pekerjaan yang di­tuntut dari pada-Nya sebagai Penebus. Kita perlu lebih dari itu; kita perlukan Pengganti, Seseorang yang membayar hukuman atas dosa-dosa kita. Ia datang bukan hanya untuk menghidupkan suatu kehidupan sempurna sebagai contoh bagi kita semua; Ia juga datang untuk mati dengan kematian yang pantas untuk kita supaya kehidupan sempurna-Nya dapat dikreditkan kepada kita sebagai milik kita.

Apakah yang ayat-ayat berikut ini ajarkan tentang perlunya kematian Kristus bagi kita?
Mrk. 8:31;
8:31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

Luk. 9:22;
9:22 Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."

Luk. 24:7;
24:7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."

Gal. 2:21.
2:21 Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.

Yesus harus mati bagi kita karena taat pada hukum, walaupun hal itu me­rupakan inti kehidupan Kristen, itu bukanlah yang menyelamatkan orang ber­dosa.
"Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Tau­rat" (Gal. 3:21). Jika ada hukum yang hendak menyelamatkan seorang berdo­sa, mestilah itu hukum Allah, tetapi hukum itu sekalipun, tidak dapat menye­lamatkan kita. Hanya kehidupan sempurna dari Teladan sempurna kita, Yesus, yang dapat selamatkan kita, maka Kristus datang menyerahkan diri-Nya seba­gai "hanya satu korban saja karena dosa" selama-lamanya. (Ibr. 10:12).
Bagaimanakah catatan kepatuhanmu sendiri pada hukum menunjuk­kan kebutuhanmu akan seorang Pengganti?

RABU 14 Desember Penderitaan Anak Manusia
Bacalah Yesaya 53:1-6. Apakah yang hal ini katakan tentang penderi­taan Tuhan di salib?
53:1. Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?
53:2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.
53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
53:4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Yesaya 53:4 mengatakan bahwa Yesus menanggung dukacita dan penderita­an kita. Itu harus mencakup dukacita dan penderitaan Ayub, juga. Dan bukan hanya penderitaan Ayub, tetapi juga penderitaan seluruh dunia. Adalah untuk dosa semua manusia yang pernah hidup sehingga Yesus mati di salib.
Jadi, hanya pada saliblah kitab Ayub dapat diletakkan pada sudut pandang yang pantas. Di sini kita miliki Allah yang sama yang menyatakan diri-Nya kepada Ayub, yaitu Allah yang mengajarkan burung nazar terbang, Allah yang mengikat quark, Dialah Allah yang menderita lebih daripada manusia mana pun, termasuk Ayub, pernah atau akan diderita. Nestapa dan derita yang kita kenal secara pribadi, ditanggung-Nya secara badaniah; maka, tak seorang pun dapat mengajari Allah menderita, tidak ketika la dalam kemanusiaan, menang­gungkan pada diri-Nya sendiri berat sepenuhnya dari semua penderitaan yang disebarkan dosa di seluruh dunia. Kita kenal hanya penderitaan kita sendiri, hanya dukacita kita sendiri; di salib Yesus alami semuanya itu.
Allah yang menanyai Ayub, "Apakah engkau mengetahui hukum-hukum bagi langit? Atau menetapkan pemerintahannya di atas bumi?" (Ayub 38:33) Allah itu menjadi semakin luar biasa ketika kita menyadari bahwa walaupun la menciptakan "hukum-hukum bagi langit," Ia juga mengambil bagi diri-Nya tubuh duniawi dan dalam tubuh itu Ia mati, supaya Ia "memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut." (Ibr. 2:14).
Memandang melalui salib, dalam kitab Ayub lebih masuk akal dibanding memandang tanpa salib,'karena salib menjawab banyak pertanyaan yang kitab Ayub biarkan tak terjawab. Dan pertanyaan terbesar dari semua berkaitan de­ngan berapa adilkah itu bagi Allah yang tetap berada di surga sementara Ayub di bumi dipaksa menderita semuanya demi membantu membuktikan bahwa semua tuduhan Setan itu salah. Salib menunjukkan bahwa tidak peduli berapa buruk Ayub, atau manusia mana pun menderita dalam dunia ini, Tuhan kita rela menderita jauh lebih buruk dari siapa pun kita, semuanya demi memberi­kan kita pengharapan dan janji keselamatan.
Ayub melihat Allah sebagai Pencipta; sesudah salib kita melihat Dia seba­gai Pencipta dan Penebus, atau lebih tepat lagi, Pencipta yang menjadi Pene­bus kita (Flp. 2:6-8). Dan melakukan hal itu Ia harus menderita karena dosa dalam cara yang tak seorang pun, termasuk Ayub, pernah mau rasakan atau dapat rasakan. Jadi seperti Ayub, hanya lebih dari itu, apakah yang dapat kita buat di hadapan pemandangan seperti itu kecuali berseru: "Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu?" (Ayub 42:6).

KAMIS 15 Desember  Setan Terbuka Kedoknya
Bacalah Yoh. 12:30-32. Apakah yang Yesus sedang katakan tentang Se­tan dalam konteks Salib dan pertentangan besar?
12:30 Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.
12:31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;
12:32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
12:33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
                                                                                                                     *
Setelah membicarakan tentang kematian Yesus di salib, Ellen G. White menulis tentang dampaknya yang kuat di surga dan bagi alam semesta yang menonton. "Tuduhan-tuduhan bohong Setan terhadap tabiat dan pemerintah­an Ilahi tampak dalam terangnya yang sebenarnya. Ia telah menuduh Allah berusaha hanya meninggikan diri-Nya sendiri, dalam mewajibkan makhluk ciptaan-Nya tunduk dan taat kepada-Nya, dan telah menyatakan bahwa se­mentara Pencipta menuntut penyangkalan diri dari semua yang lain, Ia sendiri tidak mempraktekkan penyangkalan diri dan tidak berkorban. Sekarang tam­pak jelas bahwa bagi keselamatan bangsa yang jatuh dan manusia berdosa, Penguasa alam semesta telah membuat pengorbanan yang paling besar yang dapat dilakukan oleh kasih; karena 'Allah mendamaikan dunia dengan diri- Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka' (2 Ko- rintus 5:19). Tampak juga, bahwa pada waktu Lucifer telah membuka pintu masuknya dosa, oleh keinginannya untuk kemuliaan dan keunggulan, Kristus telah merendahkan diri-Nya untuk membinasakan dosa menjadi penurut sam­pai mati." —Alfa dan Omega, jld. 8, him. 256, 257.

Bacalah 2 Korintus 5:19. Bagaimanakah kematian Kristus mendamai­kan dunia berdosa dengan Allah?
5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Dunia telah jatuh ke dalam dosa, ke dalam pemberontakan; ia telah membi­arkan dirinya terbuka bagi maksud jahat Setan seperti yang sangat jelas terli­hat, misalnya, dalam kitab Ayub. Yesus, dengan diambilnya kemanusiaan bagi diri-Nya sementara tidak pernah melepaskan keilahian-Nya, membentuk suatu ikatan yang tak terputuskan antara surga dan bumi, dan dengan kematian-Nya, Ia memastikan kematian terakhir dosa dan Setan. Di salib, Yesus membayar hukuman sah untuk dosa, dengan demikian mendamaikan dunia berdosa kepa­da Allah. Walaupun kita adalah orang berdosa yang dihukum mati, oleh iman kita dapat miliki janji kehidupan kekal dalam Yesus.
Apa pun dosa-dosa yang Anda perbuat, Yesus membayar penuh hu­kuman bagi dosa-dosa itu di salib. Mengapakah kebenaran menakjubkan ini harus mengubah kehidupanmu dan membuat engkau ingin untuk hi­dup taat pada-Nya?

Jumat 16 Desember
Pendalaman: '"Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini,' Kristus meneruskan, 'sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang da­tang kepada-Ku. Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.' Inilah krisis dunia. Jika Aku menjadi perdamaian bagi dosa-dosa manusia, dunia akan diterangi. Pegangan Setan pada jiwa manusia akan dipu­tuskan. Peta Allah yang sudah rusak akan dikembalikan kepada manusia, dan suatu keluarga orang saleh yang percaya akhirnya akan mewarisi rumah di sur­ga. Inilah hasil kematian Kristus. Juruselamat asyik merenungkan tentang pe­ristiwa kemenangan yang diingatkan kepada-Nya. Ia melihat salib, salib yang kejam dan hina, dengan segala kengerian yang diakibatkannya, bersinar-sinar dengan kemuliaan.
"Tetapi bukannya pekerjaan penebusan manusia saja yang dilaksanakan oleh salib. Kasih Allah ditunjukkan kepada semesta alam. Penghulu dunia ini akan dibuang ke luar. Tuduhan yang ditunjukan oleh Setan kepada Allah terbukti tidak benar. Celaan yang dilemparkannya kepada surga dihapuskan selama-lamanya. Baik malaikat maupun manusia ditarik kepada Penebus.'"— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, him. 258, 259.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.   Apakah cara-cara lain yang dapat Anda pikirkan mengenai bagai­manakah kehidupan dan kematian Yesus menjawab pertanyaan-perta- nyaan yang kitab Ayub biarkan tanpa jawaban?
2.   Pikirkan ulang apa yang salib nyatakan tentang tabiat Allah, khu­susnya ketika kita menyadari bahwa Dia yang menciptakan kita adalah Dia yang mati bagi kita di salib. Mengapakah kenyataan ini harus mem­beri kita banyak harapan dan penghiburan, tanpa menghiraukan apa pun cobaan yang kita hadapi? Bagaimanakah kebenaran menakjubkan ini mengajari kita untuk bersandar pada Allah dan pada kebaikan-Nya? (Lihat Rm. 8:32.)
3.   Seperti yang kita lihat, kitab Ayub menunjukkan, antara lain bah­wa pertentangan besar adalah suatu persoalan kosmik dan bahwa per­tentangan antara Kristus dan Setan mempunyai satu dimensi yang me­lampaui bumi itu sendiri. Bayangkanlah seperti apa rupanya hal itu bagi makhluk-makhluk surgawi, yang mengenai Yesus hanya dalam kemulia­an surgawi-Nya, menyaksikan Dia melalui apa yang Ia lalui di salib. Ba­gaimanakah dengan merenungkan ide yang menakjubkan ini memban­tu kita memberi penghargaan besar pada apa yang telah diberikan pada kita di dalam Yesus?



Pelajaran 13
17-23 Desember

TABIAT AYUB
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Ayub 1:1,8; Ayub 29:8- 17; Ayub 31:1-23; Kel. 20:17; Mat. 7:22-27; Mat. 5:16; Ef. 3:10.
Ayat Hafalan: "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbua- tan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sem­purna" (Yak. 2:22).
Di tengah semua persoalan besar yang disentuh dalam kitab Ayub, ja nganlah kita kehilangan pandangan tentang satu tema penting yang lain: Yaitu Ayub sendiri. Siapakah orang ini yang Tuhan sangat per­caya sehingga Tuhan menantang Iblis mengenai kesetiaan dan integritasnya? Siapakah orang ini yang tidak mengerti mengapa segala sesuatu ini menimpa dirinya, yang tahu bahwa apa yang terjadi padanya tidaklah adil, yang meng­ungkapkan kemarahan dan frustrasinya atas semua itu, dan namun tetap setia sampai akhir?
Sementara inti sari kitab Ayub adalah mengenai Ayub setelah malapetaka menimpa, dari kisah ini kita dapat memetik informasi tentang kehidupan Ayub sebelumnya. Dan apa yang kita pelajari tentang masa lalu Ayub dan orang ba­gaimanakah dia dulunya, memberi kita suatu pengertian yang lebih besar ten­tang mengapa Ayub tetap setia pada Tuhan, walau di tengah semua penderitaan yang mengerikan, walau di tengah segala sesuatu yang Setan lakukan untuk berusaha memalingkan dia dari Allah.
Seperti apakah Ayub itu, dan apakah yang dapat kita pelajari tentang bagai­manakah ia hidup sehingga dapat membantu menjadikan kita pengikut Tuhan yang lebih setia ketika menjalani kehidupan kita sendiri?
* Pelajari pelajaran pekan ini untuk Sabat, 24 Desember.
Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan IV, 2016 89



Pelajaran 11*3-9 Desember


DARI DALAM BADAI

SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Ayub 38-39; Yon. 1:29; Mat. 16:13; 1 Kor. 1:18-27; Ayub40:1-4; 42:1-6; Luk. 5:1-8.
Ayat Hafalan: "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!" (Ayub 38:4).
Apa pun perbedaan-perbedaan mereka, tokoh-tokoh dalam kitab Ayub mempunyai suatu kesamaan: Masing-masing mempunyai banyak hal untuk dikatakan tentang Allah, atau sekurang-kurangnya tentang pengertiannya akan Allah. Dan seperti yang kita lihat, banyak dari yang mereka katakan, dapat kita setujui. Bagaimanapun, siapakah yang akan membantah ini: "Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu. Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan napas setiap manusia?" (Ayub 12:7-10). Atau ini: "Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?" (Ayub 8:3).
Dan, sementara konteksnya adalah penderitaan Ayub, pokok utama diskusinya adalah Allah. Dengan mengecualikan dua pasal pertama, Tuhan tetap tersembunyi, dalam latar belakang, ketika kitab itu berkembang maju.
Namun, semua itu, sudah akan berubah. Allah sendiri—pokok yang banyak didiskusikan dan diperdebatkan dalam kitab Ayub—sekarang akan berbicara bagi diri-Nya sendiri.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat 10 Desember.

Minggu 4 DesemberDari dalam Badai


Bacalah Ayub 38:1. Apa yang terjadi di sini berbeda dari segala sesuatu yang lain dalam seluruh dialog lainnya?
38:1. Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:

Tiba-tiba dan tidak diharapkan, Tuhan sekarang tampil dalam kitab Ayub pertama kali setelah Ayub 2:6—"Maka firman TUHAN kepada Iblis: 'Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.'"
Tidak ada yang sungguh menyiapkan pembaca untuk pemunculan Allah secara tiba-tiba. Ayub 37 berakhir dengan pembicaraan Elihu, dan hal berikutnya kita tahu, "dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub" (Ayb. 38:1). Secara tiba-tiba, hanya ada Allah dan Ayub, seakan-akan orang-orang lainnya tidak relevan, paling kurang pada saat ini.
Kata badai datang dari bahasa Ibrani yang berarti "topan" at'au "angin kencang," dan telah digunakan dalam kaitan dengan penampakan Allah kepada manusia (lihat Yes. 29:6; Za. 9:14). Itu juga kata yang digunakan dalam konteks Elia diangkat ke surga: "Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal." (2 Raj. 2:1).
Walaupun kepada kita tidak diberikan rincian fisik tentang "theophany" (su- atu perwujudan Allah yang terlihat pada manusia), jelas bahwa Allah tidaklah berbicara kepada Ayub dalam "angin sepoi-sepoi" (1 Raj. 19:12). Namun, Allah mewujudkan diri-Nya di dalam cara yang sangat berkuasa, yang pasti menarik perhatian Ayub.
Tentu, ini bukanlah kejadian satu-satunya Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia berdosa. Berulang kali, Alkitab menunjukkan dekatnya Allah dengan manusia.

Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan tentang sampai berapa dekatkah Allah itu dengan kita? 
Kej. 15:1-6; 
15:1. Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." 
15:2. Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." 
15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." 
15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." 
15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." 
15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. 

Kej. 32:24-32; 
32:24. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. 
32:25 Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. 
32:26 Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." 
32:27 Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." 
32:28 Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." 
32:29 Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. 
32:30 Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" 
32:31 Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. 
32:32 Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.

Yoh. 1:29.
1:29. Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. 

Alkitab mengajarkan kita suatu kebenaran besar dan penting bahwa Allah kita bukanlah Allah yang jauh, yang menciptakan dunia kita, kemudian meninggalkan kita pada diri kita sendiri. Malah sebaliknya, Ia adalah Allah yang berinteraksi dengan kita secara dekat. Apa pun kesusahan kita, dukacita kita, atau apa pun yang kita hadapi dalam hidup ini, dijamin bahwa Allah kita dekat dan bahwa kita dapat bersandar pada-Nya.
Satu hal untuk dipercayai secara intelektual dalam kedekatan Allah dengan kita; adalah hal yang berbeda untuk mengalami kedekatan itu. Bagaimanakah kita dapat belajar datang mendekat kepada Allah dan memperoleh harapan dan penghiburan dari hubungan ini?

Senin 5 DesemberPertanyaan Allah

Setelah yang tampaknya bagi Ayub satu keheningan yang sangat lama, Allah pada akhirnya berbicara padanya, walaupun yang pertama Ia katakan bukanlah yang Ayub ingin dengar.

Apakah pertanyaan pertama yang Allah tanyakan kepada Ayub, dan apakah yang tersirat dalam pertanyaan itu? Ayub 38:2.
38:2 "Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?

Di seluruh Alkitab kita menemukan Allah menanyakan pertanyaan kepada manusia. Hal ini bukan karena Ia tidak tahu jawabannya. Malah, sebaliknya, seperti yang biasa dilakukan seorang guru yang baik, Allah memberi pertanyaan karena pertanyaan adalah cara yang efektif untuk membuat kita berpikir tentang keadaan kita, membuat kita berhadapan dengan diri kita sendiri, membantu kita menyelesaikan isu dan mendapatkan kesimpulan yang tepat. Maka, pertanyaan-pertanyaan yang Allah tanyakan bukanlah untuk mengajari Tuhan sesuatu yang belum Ia mengerti. Malah, pertanyaan-pertanyaan itu sering ditanyakan agar membantu orang mempelajari hal-hal yang mungkin harus mereka mengerti lebih baik. Pertanyaan-pertanyaan Allah merupakan sarana retorika untuk membantu menjangkau orang dengan kebenaran.

Bacalah pertanyaan dari Allah di bawah ini. Menurut Anda apakah maksud Allah dalam menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu? Poin apakah yang sedang Ia buat?

Kej. 3:11
3:11. Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" 
3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." 
3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
Kej. 4:9
4:9. Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" 

1 Raj. 19:9
19:9. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" 
Kis. 9:4
9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" 

Mat. 16:13
16:13. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 

Banyak yang Ayub katakan tentang Allah, dan jelas Tuhan ingin Ayub mengerti bahwa sebenarnya, banyak hal yang Ayub tidak tahu atau mengerti tentang Penciptartya. Dalam banyak cara, pertanyaan-pertanyaan pembukaan Allah kepada Ayub sejajar dengan sebagian kata-kata yang orang-orang ini telah katakan padanya juga (lihat Ayub 8:1, 2; 11:1-3; 15:1-3).
Seandainya Allah menanyakan Anda suatu pertanyaan tentang keadaan hidup Anda sekarang ini, apakah yang Ia akan tanyakan, dan apakah jawabanmu? Apakah yang diajarkan oleh pertanyaan dan jawaban itu padamu tentang dirimu sendiri?

Selasa 6 DesemberTuhan sebagai Pencipta

Bacalah Ayub 38:4-41. Pertanyaan-pertanyaan apakah yang Allah tanyakan pada Ayub, dan apakah tujuan pertanyaan-pertanyaan itu?
38:4. Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian! 
38:5 Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? --Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya? 
38:6 Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya 
38:7 pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai? 
38:8 Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? -- 
38:9 ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya; 
38:10 ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu; 
38:11 ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan! 

38:12. Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya 
38:13 untuk memegang ujung-ujung bumi, sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya? 
38:14 Bumi itu berubah seperti tanah liat yang dimeteraikan, segala sesuatu berwarna seperti kain. 
38:15 Orang-orang fasik dirampas terangnya, dan dipatahkan lengan yang diacungkan. 
38:16 Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan melalui dasar samudera raya? 
38:17 Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat? 
38:18 Apakah engkau mengerti luasnya bumi? Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu. 
38:19 Di manakah jalan ke tempat kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan, 
38:20 sehingga engkau dapat mengantarnya ke daerahnya, dan mengetahui jalan-jalan ke rumahnya? 
38:21 Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir, dan jumlah hari-harimu telah banyak! 
38:22 Apakah engkau telah masuk sampai ke perbendaharaan salju, atau melihat perbendaharaan hujan batu, 
38:23 yang Kusimpan untuk masa kesesakan, untuk waktu pertempuran dan peperangan? 
38:24 Di manakah jalan ke tempat terang berpencar, ke tempat angin timur bertebar ke atas bumi? 

38:25. Siapakah yang menggali saluran bagi hujan deras dan jalan bagi kilat guruh, 
38:26 untuk memberi hujan ke atas tanah di mana tidak ada orang, ke atas padang tandus yang tidak didiami manusia; 
38:27 untuk mengenyangkan gurun dan belantara, dan menumbuhkan pucuk-pucuk rumput muda? 
38:28 Apakah hujan itu berayah? Atau siapakah yang menyebabkan lahirnya titik air embun? 
38:29 Dari dalam kandungan siapakah keluar air beku, dan embun beku di langit, siapakah yang melahirkannya? 
38:30 Air membeku seperti batu, dan permukaan samudera raya mengeras. 
38:31 Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika, dan membuka belenggu bintang Belantik? 
38:32 Dapatkah engkau menerbitkan Mintakulburuj pada waktunya, dan memimpin bintang Biduk dengan pengiring-pengiringnya? 
38:33 Apakah engkau mengetahui hukum-hukum bagi langit? atau menetapkan pemerintahannya di atas bumi? 
38:34 Dapatkah engkau menyaringkan suaramu sampai ke awan-awan, sehingga banjir meliputi engkau? 
38:35 Dapatkah engkau melepaskan kilat, sehingga sabung-menyabung, sambil berkata kepadamu: Ya? 
38:36 Siapa menaruh hikmat dalam awan-awan atau siapa memberikan pengertian kepada gumpalan mendung? 
38:37 Siapa dapat menghitung awan dengan hikmat, dan siapa dapat mencurahkan tempayan-tempayan langit, 
38:38 ketika debu membeku menjadi logam tuangan, dan gumpalan tanah berlekat-lekatan? 
38:39 (38-1) Dapatkah engkau memburu mangsa untuk singa betina, dan memuaskan selera singa-singa muda, 
38:40 (38-2) kalau mereka merangkak di dalam sarangnya, mengendap di bawah semak belukar? 
38:41 (38-3) Siapakah yang menyediakan mangsa bagi burung gagak, apabila anak-anaknya berkaok-kaok kepada Allah, berkeliaran karena tidak ada makanan?
Jika Ayub mengharapkan keterangan-keterangan yang rinci tentang mengapa semua malapetaka ini terjadi padanya, ia tidak mendapatkannya. Malah sebaliknya, apa yang ia dapatkan merupakan suatu aliran pertanyaan-pertanyaan retorika membedakan Tuhan dengan kekuatan mencipta-Nya dengan kefanaan dan kebodohan Ayub yang malang.
"Di manakah engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi?" (Ayub 38:4). Sesudah menggemakan beberapa gambaran paling awal dalam Kejadian—misalnya, asal usul bumi, laut, terang, dan kegelapan—Allah berkata kepada Ayub (intinya) bahwa, tentu engkau tahu semua hal ini "Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir, dan jumlah hari-harimu telah banyak!" (lihat Ayub 38:21).
Kemudian Tuhan menunjuk pada keajaiban dan misteri dalam Penciptaan, lagi-lagi dengan sederetan pertanyaan retorika yang mencakup bukan hanya dasar-dasar bumi tetapi juga misteri cuaca dan hingga kepada bintang. "Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika, dan membuka belenggu bintang Belantik?" (Ayub 38:31). Kemudian Ia arahkan Ayub kembali ke bumi, kepada segala sesuatu dari wawasan manusia (Ayub 38:36) sampai ke kehidupan binatang liar (Ayub 39:1-3), suatu tema yang disorot lebih rinci sepanjang Ayub 39 juga. Seandainya kitab itu ditulis sekarang, Tuhan mungkin telah bertanya, "Siapakah yang mengikat quarks dalam proton dan neutron?" "Di manakah engkau ketika Aku pertama mengukur massa PlanckT "Apakah oleh kearifanmu sehingga gravitasi menekuk ruang dan waktu?"
Jawaban atas pertanyaan ini sama: Tentu saja tidak. Ayub tidak berada di sana untuk satu pun dari peristiwa-peristiwa itu, dan ia tahu hanya sedikit tentang peristiwa-peristiwa yang Allah maksudkan itu. Tujuan Allah adalah menunjukkan pada Ayub bahwa walaupun dengan semua hikmat dan pengetahuannya dan walaupun ia berkata "benar" (Ayub 42:7) tentang Allah berbeda dengan orang-orang lain ini, Ayub tetap hanya mengetahui sedikit sekali. Dan kekurangan pengetahuannya dinyatakan dengan baik sekali oleh betapa bodohnya Ayub tentang dunia ciptaan.
Jika Ayub tahu begitu sedikit tentang penciptaan, berapa banyakkah ia dapat memahami tentang Pencipta? Betapa suatu perbandingan terbalik yang besar antara Pencipta dan ciptaan, antara Allah dan manusia. Walaupun Allah membandingkan diri-Nya dengan Ayub, setiap manusia lainnya (dengan me- ngecualikan Yesus) akan sama seperti itu, juga. Apalah kita jika dibandingkan dengan Allah? Namun, perhatikan apa yang Allah lakukan, untuk selamatkan kita dan menawarkan pada kita pengharapan persekutuan kekal dengan Dia.

Rabu 7 Desember Hikmat Orang Bijak

Dari sudut pandang kita sekarang, mudah melihat pertanyaan yang Allah tanyakan kepada Ayub dan menyadari betapa sedikitnya, orang seperti Ayub yang hidup beribu tahun lalu, dapat mengerti tentang dunia ciptaan. Nanti sesudah tahun 1500-an, misalnya, manusia (setidaknya sebagian mereka) pada akhirnya, mengerti bahwa pergerakan matahari di langit adalah akibat dari rotasi bumi pada sumbunya, dan kebalikan dari peredaran matahari mengelilingi bumi—suatu kebenaran yang kebanyakan kita menerimanya sekarang.
Terima kasih terutama kepada ilmu pengetahuan modern, kita sekarang hidup dengan pengetahuan akan dunia alam yang orang di zaman Alkitab belum pahami. Namun, walaupun dengan semua pengetahuan temuan ini, kita manusia masih sangat terbatas dalam pemahaman akan dunia dan asal-usulnya.

Bacalah kembali pertanyaan-pertanyaan yang Allah tanyakan pada Ayub dalam.pasal 38 dan 39. Lebih baikkah manusia sekarang menjawabnya?

Tidak diragukan lagi bahwa ilmu pengetahuan telah menyatakan pada kita fakta yang dahulu tersembunyi. Namun, masih sangat banyak lagi yang tersisa untuk kita pelajari. Dalam banyak cara, jauh dari mengesampingkan keagungan dan misteri ciptaan Allah, ilmu pengetahuan telah menjadikannya lebih memukau, menyatakan akan dalamnya dan rumitnya alam yang sama sekali tidak diketahui oleh generasi terdahulu
'"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya.' Ulangan 29:29. Bagaimana Allah menyelesaikan pekerjaan penciptaan tidak pernah dinyatakannya kepada manusia, ilmu pengetahuan manusia tidak akan mampu mengungkap rahasia-rahasia Yang Mahatinggi. Kuasa-Nya untuk mencipta tak terpahami sama seperti adanya Dia."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, him. 123.

Amaran apakah, yang harus kita ambil dari ayat-ayat di bawah ini sehubungan dengan sangat terbatasnya pengetahuan manusia? 
1 Kor. 3:19; 
3:19 Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya." 

1 Kor. 1:18-27.
1:18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. 
1:19 Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." 
1:20 Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? 
1:21 Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. 
1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, 
1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, 
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. 
1:25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. 
1:26 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. 
1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, 
Walaupun dengan semua pengetahuan yang manusia kumpulkan dalam beberapa ratus tahun ini, Penciptaan masih tetap penuh dengan keajaiban dan misteri yang kita baru saja mulai mengerti. Semakin kita pelajari dunia ciptaan, semakin mengagumkan dan penuh rahasia kelihatannya itu kepada kita. Di dalam cara apakah dunia ciptaan menyebabkan Anda terkagum-kagum di hadapan kuasa Allah kita?

Kamis 8 DesemberMenyesal dalam Debu dan Abu

Bacalah Ayub 40:1-4 dan Ayub 42:1-6. Apakah respons Ayub terhadap wahyu Allah tentang diri-Nya?

40:1. (39-34) Maka jawab TUHAN kepada Ayub: 
40:2 (39-35) "Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab!" 
40:3 (39-36) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: 
40:4 (39-37) "Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. 

42:1. Maka jawab Ayub kepada TUHAN: 
42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 
42:3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. 
42:4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. 
42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 
42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." 

Jelas Ayub kewalahan dengan apa yang Allah tunjukkan padanya. Sebenarnya, dalam Ayub 42:3, ketika ia berkata, "Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan?" la hanya mengulangi pertanyaan Allah yang pertama kepadanya. Ayub tahu jawabannya sekarang: Ayub sendirilah yang berbicara tentang apa yang sungguh tidak diketahuinya.
Perhatikan juga, apa yang Ayub katakan dalam Ayub 42:5. Walaupun ia tadinya hanya mendengar tentang Allah, sekarang setelah ia melihat Allah—yaitu sekarang ketika ia mendapatkan pemandangan yang lebih baik tentang Allah—ia melihat dirinya, apakah dia sesungguhnya. Itu sebabnya ia bereaksi seperti itu, tidak menyukai dirinya dan menyesal dalam debu dan abu.

Bacalah Yesaya 6:1-5 dan Lukas 5:1-8. Bagaimanakah reaksi-reaksi yang terlukis di situ sejajar dengan reaksi Ayub?
6:1. Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. 
6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. 
6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" 
6:4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. 
6:5. Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." 

5:1. Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 
5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 
5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 
5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 
5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." 
5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 
5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 
5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 

Apa yang kita lihat dalam semua kasus ini adalah manifestasi dari suatu kebenaran kunci Alkitab, yaitu keberdosaan umat manusia. Ayub "saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan " (Ayub 1:1). Dan walaupun adanya upaya terbaik Setan agar Ayub membelot melawan Allah, ia tetap setia melewati semua itu. Di sini kita berhadapan dengan seorang umat yang percaya teguh dan setia pada Tuhan.
Lalu—apa? Sama seperti Yesaya dan Petrus, seberkas kesucian dan kuasa Allah sudah cukup menjadikan Ayub merasa ngeri dengan menyadari akan dosanya yang besar dan pikiran piciknya. Itu karena kita semua adalah orang berdosa yang dirusak dosa, dan yang sifat alami kita sendiri membuat kita bertentangan dengan Allah. Itu sebabnya, pada akhirnya, tidak seorang pun dapat menyelamatkan diri sendiri; tidak seorang pun dapat melakukan pekerjaan yang cukup baik untuk pantas berkenan di hadapan Allah. Itu sebabnya kita semua—-walaupun yang "terbaik" di antara kita, seperti Ayub yang jujur, saleh, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan—perlu anugerah, perlu Juruselamat, perlu Seseorang yang melakukan untuk kita apa yang kita tak pernah dapat lakukan bagi diri kita sendiri. Untungnya kita memiliki semua itu, bahkan lebih, di dalam Yesus.

Bayangkanlah bahwa dirimu, sekarang sedang berdiri bertatap muka dengan Allah. Apakah yang Anda pikir akan menjadi reaksimu?

Jumat 9 Desember

Pendalaman: "Tuhan telah membiarkan terang dipancarkan ke atas dunia ini baik dalam ilmu pengetahuan maupun juga dalam seni; tetapi bilamana orang- orang yang mengaku berilmu itu mempelajari pokok-pokok pelajaran itu semata-mata dari sudut pandang manusia, pasti mereka akan tiba pada kesimpulan- kesimpulan yang salah. Boleh jadi tidak salah mengadakan spekulasi lebih jauh dari pada apa yang dinyatakan oleh firman Allah, jikalau teori-teori kita itu tidak bertentangan dengan kenyataan yang terdapat di dalam Kitab Suci; tetapi mereka yang meninggalkan firman Allah dan mencoba untuk menjadikan prinsip- prinsip ilmiah sebagai penyebab dari pada hasil pekerjaan Allah, sedang hanyut tanpa peta ataupun kompas di tengah-tengah samudera yang tidak diketahui. Pikiran-pikiran yang paling hebat sekalipun, jikalau tidak dituntun oleh firman Tuhan di dalam penyelidikan'mereka, akan tersesat di dalam usahanya untuk mempelajari hubungan antara ilmu pengetahuan dan inspirasi. Oleh karena Khalik dan pekerjaan-Nya itu sangat jauh melebihi pemikiran manusia sehingga mereka tidak sanggup untuk menerangkannya melalui hukum-hukum Alam, maka mereka menganggap bahwa sejarah Alkitab itu tidak dapat dipercaya. Mereka yang meragukan kebenaran catatan-catatan Perjanjian Lama dan Baru, akan melangkah lebih jauh lagi, dan meragukan akan adanya Allah; dan kemudian setelah kehilangan jangkar, mereka pun dibiarkan kandas di atas batu karang sifat tidak percaya. "—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, him. 123, 124.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Perhatikan sebutan Ellen G. White dalam pelajaran hari Jumat. Bukti apakah yang kita lihat bahwa apa yang ia amarkan sebenarnya sedang terjadi, khususnya dalam wilayah ilmu pengetahuan? Beberapa hal apakah yang ilmu pengetahuan ajarkan, yang secara mencolok bertentangan dengan Firman Allah?
2. Alfred North Whitehead, seorang ahli matematika dan penulis yang berpengaruh yang hidup di abad yang lalu mengatakan di bawah ini: "Lima puluh tujuh tahun lalu ketika itu saya adalah seorang pemuda di Universitas Cambridge. Saya diajarkan ilmu pengetahuan dan matematika oleh seorang yang cerdas dan saya bagus di kedua-duanya; sejak pergantian abad saya menyaksikan setiap asumsi dasar dari dua bidang ilmu itu dikesampingkan.... Namun, menghadapi hal itu, para penemu hipotesis baru dalam ilmu pengetahuan mengumumkan, 'Sekarang, setidaknya kita mempunyai kepastian."—A. N. Whitehead, Dialogues of Alfred North Whitehead. Apakah yang harus hal ini katakan tentang betapa perlu kita berhati-hati dalam menerima apa yang diajarkan "orang-orang besar" teristimewa ketika apa yang mereka ajarkan bertentangan secara mencolok dengan Firman Allah?
3. Beberapa keajaiban Penciptaan apakah yang ditunjukkan ilmu pengetahuan modern, yang orang-orang di zaman Ayub (atau bahkan hanya 200 tahun lalu) tidak mungkin mengerti? Bagaimanakah hal-hal ini lebih menunjukkan kuasa penciptaan yang menakjubkan dari Tuhan kita?





No comments:

Post a Comment