Pelajaran 3 Triwulan II 2015

Siapakah Yesus Kristus?

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: LUK. 4:16-30; 6:5; EF. 1:3-5; LUK. 9:18-27; 2 PTR. 1:16-18.

AYAT HAFALAN: “Yesus bertanya kepada mereka: 'Menurut kamu, siapakah Aku ini?' Jawab Petrus: 'Mesias dari Allah'” (Lukas 9:20).

Siapakah Yesus Kristus? Pertanyaan ini bukanlah sebuah siasat filosofis atau sosiologis. Pertanyaan ini kena pada intisari dari siapakah manusia itu dan, bahkan lebih penting lagi, apakah yang masa kekekalan akan lakukan bagi mereka.

Manusia dapat mengagumi karya-karya Yesus, menghormati kata-kata-Nya, memuji kesabaran-Nya, mendukung anti kekerasan-Nya, mengelu-elukan ketegasan-Nya, memuji ketidak-mementingkan diri-Nya, dan berdiri terdiam di ujung kehidupan-Nya yang kejam. Banyak orang bahkan bersedia menerima Yesus sebagai orang baik yang telah berusaha untuk mengatur banyak hal dengan benar untuk meletakkan keadilan di mana terjadi ketidakadilan, untuk menawarkan kesembuhan di mana ada penyakit, dan memberikan penghiburan di mana hanya ada penderitaan.

Ya, Yesus juga bisa mendapat gelar guru terbaik, revolusioner, seorang pemimpin yang luar biasa, dan seorang psikolog yang dapat menyelidiki ke kedalaman jiwa seseorang. Dia adalah semua sebutan ini dan banyak lagi.

Namun, tak satu pun dari hal-hal ini, yang hampir menjawab pertanyaan yang sangat penting yang Yesus sendiri tanyakan: “Menurut katamu, siapakah Aku ini?” (Lukas 9:20).

Ini adalah pertanyaan yang menuntut sebuah jawaban, dan pada jawaban itu tergantung nasib umat manusia.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 18 April.

Reaksi Terhadap Yesus, Minggu 12 April

Bacalah Injil, bacalah Perjanjian Baru. Seluruhnya buku-buku ini mengklaim bukan saja tentang apa yang Yesus lakukan, lebih penting lagi, tentang siapa Yesus itu. (Tentunya, apa yang Yesus lakukan dengan penuh kuasa membuktikan siapa Dia.) Klaim-klaim ini bahwa Dia adalah Tuhan, bahwa Dia adalah Penebus kita. bahwa Dia sendiri adalah jalan kepada hidup kekal -menuntut perhatian kita karena semua ini penuh dengan implikasi yang konsekuensinya kekal bagi setiap umat manusia.

Bacalah Lukas 4:16-30. Apakah yang menyebabkan orang banyak bereaksi seperti itu? Lihat juga Yohanes 3:l9.
Lukas 4:16-30
(16) Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
(17) Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:

(18) "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
(19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
(20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
(21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
(22) Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
(23) Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
(24) Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
(25) Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
(26) Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
(27) Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
(28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.

(29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
(30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Yohanes 3:l9.
(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Pendengar yang satu asal dengan-Nya pada awalnya senang melihat Yesus, yang setelah melakukan banyak mukjizat dan keajaiban, kembali ke Nazaret, dan mereka “heran akan kata-kata yang indah” yang diucapkan-Nya (Lukas 4:22). Tetapi reaksi mereka terhadap teguran-Nya menunjukkan roh apa yang benar-benar telah menggerakkan mereka.

Bacalah Lukas 7:17-22. Apakah pertanyaan Yohanes tentang Yesus, dan mengapa dia menanyakan itu?
Lukas 7:17-22
(11) Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
(12) Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
(13) Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
(14) Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
(15) Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
(16) Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."
(17) Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Yesus dan Yohanes Pembaptis
(18) Ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya,
(19) ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
(20) Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
(21) Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta.
(22) Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.

Bahkan Yohanes Pembaptis, pendahulu Yesus dan seorang yang mengumumkan Yesus sebagai "Anak Domba Allah," memiliki keraguan yang merambat ke dalam jiwanya. Dia ingin tahu: “Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan seorang lain?” (Lukas 7:19).

Perhatikan juga, bahwa Yesus tidak menjawab pertanyaan Yohanes secara langsung; melainkan, Ia menunjuk kepada perbuatan-perbuatan yang berseru sebagai saksi “orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (ayat. 22). Ada yang berpendapat bahwa Yesus tidak perlu menjawab pertanyaan Yohanes secara langsung; perbuatan dan tindakan-Nya memberikan cukup kesaksian mengenai siapa diri-Nya.

Dalam arti, jawaban yang Yesus berikan mungkin menyebabkan Yohanes bahkan agak tambah bingung. Setidaknya, jika Yesus memiliki kuasa untuk melakukan segala hal yang luar biasa, mengapakah saya mendekam di penjara ini? Siapakah, di tengah tragedi pribadi mereka sendiri, yang tidak akan menanyakan hal yang sama: Bila Tuhan memiliki semua kuasa ini, mengapakah hal ini terjadi padaku? Mengapakah salib, dan semua lambang dan janjinya, adalah satu-satunya jawaban kita?
Anak Allah, Senin 13 April

“Anak Manusia” dan “Anak Allah” adalah dua nama yang digunakan dalam Injil untuk menjelaskan siapa Yesus itu. Yang pertama menunjukkan Allah yang menjelma, yang kedua menunjuk kepada Keilahian-Nya sebagai oknum kedua dari Ketuhanan. Bersama-sama, kedua frasa ini mengajak kita untuk merenungkan keajaiban Yesus Kristus: Allah yang sekaligus adalah Ilahi dan manusia. Ini adalah konsep yang sulit untuk dipahami, tetapi kesulitan itu tidak dengan cara bagaimanapun mengambil kebenaran yang menakjubkan dan harapan yang besar dari apa yang konsep tersebut tawarkan kepada kita.

Bacalah Lukas 1:31, 32, 35; 2:11. Apakah yang ayat-ayat ini katakan kepada kita mengenai siapa Yesus itu sebenarnya?
Lukas 1:31, 32, 35; 2:11
(31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.

(32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
(35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
(11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Dalam Lukas 1:31, 32, malaikat itu menghubungkan nama Yesus dengan “Anak Allah Yang Mahatinggi” kepada siapa “Tuhan Allah akan mengaruniakan” kepada-Nya takhta Daud. Yesus adalah Anak Allah. Dia juga adalah Kristus, Mesias, yang akan mengembalikan takhta Daud, bukan sebagai penyelamat duniawi tetapi dalam makna eskatologis di mana Ia pada akhirnya akan mengalahkan upaya Setan merebut takhta Allah sendiri. Kepada gembala-gembala malaikat memberitakan bahwa bayi yang dalam palungan itu adalah “Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan”(Lukas 2:11).

Pada saat yang sama, gelar “Anak Allah” bukan saja untuk menegaskan posisi Kristus dalam Ketuhanan, tetapi juga mengungkapkan hubungan dekat dan akrab yang Yesus miliki dengan Allah Bapa ketika Yesus berada di bumi.

Namun, hubungan antara Bapa dan Anak tidaklah sama dengan hubungan yang kita miliki dengan Allah. Pada saat hubungan kita adalah hasil Pekerjaan Kristus baik sebagai Pencipta dan Penebus, hubungan-Nya dengan Bapa sebagai Anak adalah satu dari tiga yang setara, mitra yang abadi. Melalui Keilahian-Nya Yesus menjaga ikatan sedekat mungkin dengan sang Bapa.

“Yesus berkata, 'Bapa kami yang di surga,' untuk mengingatkan kepada murid-murid-Nya bahwa meskipun dalam kemanusiaan-Nya, Ia dihubungkan dengan mereka, turut mengambil bagian dalam ujian mereka, dan menaruh simpati dengan mereka dalam penderitaan mereka, namun oleh Keilahian-Nya Ia dihubungkan dengan takhta Allah.” —Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 55.

Apakah artinya bagi kita bahwa Yesus adalah Allah, dalam makna sepenuhnya? Walaupun kebenaran ini penuh dengan banyak implikasi, salah satu yang sangat menakjubkan adalah bahwa, walaupun sebagai Allah, Yesus merendahkan diri bukan hanya sampai pada mengenakan kemanusiaan kita kepada diri-Nya tetapi dalam kemanusiaan itu menyerahkan diri-Nya sebagai korban bagi kita. Kita sedang membicarakan mengenai Allah sekarang! Harapan yang indah apakah yang kebenaran ini miliki buat kita karena apa yang disampaikannya kepada kita mengenai seperti apa Allah itu sebenarnya?
Anak Manusia, Selasa 14 April

Walaupun Yesus sadar sepenuhnya bahwa la adalah Anak Manusia dan Anak Allah (Lukas 22:67-70), sebutan “Anak Manusia” adalah yang paling disenangi Juruselamat bagi diri-Nya. Tidak ada orang lain menyapa-Nya dengan sebutan itu; Contoh-contoh lain sebutan itu muncul adalah dalam ucapan Stefanus (Kisah 7:56) dan dalam Wahyu 1:13 dan l4:l4. Sebutan ini muncul lebih dari 80 kali dalam Kitab Injil dan 25 kali dalam Kitab Lukas. Penggunaan Lukas menunjukkan minat penulis yang dalam akan kemanusiaan Yesus sebagai manusia yang universal yang diutus Allah untuk memberitakan kabar baik keselamatan.

“Kemanusiaan Anak Allah adalah segala-galanya bagi kita. Inilah rantai emas yang mengikat jiwa kita kepada Kristus, dan melalui Kristus kepada Allah. Inilah yang menjadi pelajaran kita. Kristus adalah benar-benar manusia; Dia membuktikan kemanusiaan-Nya dengan menjadi seorang manusia. Namun Dia juga adalah Allah di dalam daging.” — Ellen G. White, Selected Messages. buku 1, hlm. 244.

Penggunaan “Anak Manusia” dalam Kitab Lukas memberikan aneka wawasan kepada kodrat, misi, dan nasib Yesus yang menjelma.

Pertama, sebutan itu menunjukkan-Nya sebagai seorang manusia (Lukas 7:34). tanpa alamat atau keamanan duniawi (Lukas 9:58).

Kedua, Lukas menggunakan sebutan itu untuk menegaskan kodrat dan kedudukan Keilahian Kristus: karena “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Lukas 6:5). Dengan demikian, Dia juga adalah Pencipta, dengan kuasa untuk mengampuni dosa (Lukas 5:24).

Ketiga, untuk menyelesaikan misi penebusan yang ditetapkan oleh Allah sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:3-5), Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 9:56, 19:10). Tetapi penebusan itu sendiri tidak dapat diselesaikan sampai “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, dan ditolak... lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Lukas 9:22). Kesadaran diri Anak Manusia ini mengenai jalan yang Dia harus tapaki, dan harga yang harus Dia bayar untuk Penebusan umat manusia dari dosa, mengungkapkan bukan saja asal mula rencana Penebusan dari Allah tetapi juga penyerahan Kristus dalam kemanusiaan-Nya kepada rencana itu.

Keempat, perhatikanlah bagaimana sempurnanya gambaran penderitaan Mesias yang Lukas gambarkan dalam ayat-ayat berikut ini: Ramalan~Nya atas Salib itu (Lukas 18:3l-33), pengkhianatan (Lukas 9:44), kematian-Nya sebagai penggenapan nubuatan (Lukas 22:22), Penyaliban dan Kebangkitannya (Lukas 24:7, bandingkan dengan Lukas 11:30), dan peran-Nya sebagai Pengantara di hadapan Bapa (Lukas l2:8).

Kelima, Lukas melihat Anak Manusia dalam sebutan akhir zaman sebagai Dia yang akan datang kembali ke bumi untuk memberikan upah bagi orang-orang kudus dan menyelesaikan pertentangan besar. (Lukas 9:26; 12:4; 17:24. 26, 30; 21:36; 22:69).

Singkatnya, sebutan “Anak Manusia” menggabungkan beraneka ragam aspek bukan saja mengenai siapa Kristus itu tetapi apa yang Dia sudah buat dan apa yang Dia telah dan akan selesaikan demi kita dalam rencana keselamatan.
"Mesias dari Allah", Rabu 15 April 

Bacalah Lukas 9:18-27. Mengapakah, Yesus bertanya kepada murid-murid pertanyaan yang jawabannya Ia telah ketahui? Pelajaran apakah yang Ia hendak ajarkan kepada mereka bukan saja mengenai diri-Nya tetapi mengenai apa artinya mengikut Dia?
Lukas 9:18-27
(18) Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?"
(19) Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit."
(20) Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah."
(21) Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun.
Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia
(22) Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."

(23) Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
(24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
(25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
(26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.
(27) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah."

“Menurut kamu, siapakah Aku ini?” (Lukas 9:20). Pertanyaan yang Yesus tanyakan 2000 tahun yang lalu masih membayangi sejarah. Manusia telah memberikan begitu banyak jawaban yang berbeda. Seorang Mahaguru. Seorang pakar etika. Perwujudan kebenaran. Sebuah monumen pengorbanan diri. Seorang nabi pemberani. Seorang pembaru sosial. Panutan hebat akan segala-galanya bagaimana umat manusia itu seharusnya. Tetapi tidak ada jawaban selain pengakuan yang keluar dari mulut Petrus terhadap pertanyaan aslinya yang dapat menjawab.

Setelah menunjukkan otoritas-Nya atas alam (Lukas 8:22-25), kuasa-Nya atas roh jahat (ayar 26-35), kekuatan-Nya atas penyakit (Lukas 5:12-15. 8:43-48), kemampuan-Nya memberi makan 5000 orang dari hampir tidak ada apa-apa (Lukas 9:13-17), kuasa-Nya atas kematian itu sendiri (Lukas 8:51-56) —Yesus menantang murid-murid-Nya hanya dengan dua pertanyaan: Pertama, apa kata orang akan diri-Nya. Dia tidak bertanya untuk mengetahui sesuatu yang Dia belum tahu. Melainkan, Dia bertanya untuk menolong mereka mengerti siapa Dia, yang justru, akan menuntut dari mereka komitmen yang akan mengorbankan segala-galanya.

“Pengetahuan kita akan Yesus jangan pernah hanya belajar dari orang lain. Barangkali kita telah mengetahui setiap keputusan yang dijatuhkan kepada Yesus; barangkali kita telah mengetahui segala hal mengenai Kristus yang pikiran manusia dapat pikirkan; kita barangkali dapat memberikan ringkasan yang baik akan ajaran mengenai Yesus dari masing-masing pemikir dan ahli teologi besar dan tetap bukan seorang Kristen. Kekristenan jangan hanya mengetahui tentang Yesus; tetapi mengenal Yesus. Yesus Kristus menuntut keputusan pribadi. Ia tidak bertanya kepada Petrus saja, Ia bertanya kepada masing-masing kita: ‘Menurut kamu, siapakah Aku ini?‘” - William Barclay, The Gospel of Matthew. (Bangalore: Theological Publications in India, 2009), jld. 2, hlm. 161.

Jawaban kita untuk pertanyaan yang Yesus tanyakan tidak boleh kurang dari pengakuan Petrus: Yesus adalah "Mesias dari Allah." (Lukas 9:20). Kristus artinya “Yang Diurapi.” Mesias, yang misinya bukanlah pembebas politis tetapi Juruselamat yang akan membebaskan manusia dari cengkeraman Setan dan dosa dan menahbiskan kerajaan kebenaran.

Tidaklah cukup hanya sekadar mengetahui siapa Yesus itu. Justru, kita perlu mengetahui diri-Nya bagi diri kita. Jika. kemudian, Anda menyatakan mengenai Yesus—apakah, sebenarnya, yang Anda ketahui mengenai Dia? Dengan kata lain. apa yang pengetahuan Anda tentang Yesus, mengajarkan kepada Anda mengenai Dia dan mengenai seperti apa Dia itu?
Yesus Dimuliakan, Kamis 16 April

Bacalah kisah di tiga kitab Injil mengenai Yesus dimuliakan (Luk. 9:27—36; Mat. 17:1-9; Mrk. 9:2-8). (Bacalah juga catatan Petrus sendiri mengenai kejadian itu, dan perhatikan kebenaran yang rasul ini tetapkan dari pengalamannya sebagai saksi mata; lihat 2 Petrus 1:16-18). Informasi tambahan apakah yang Lukas berikan, dan mengapakah hal itu penting?
Luk. 9:27—36; Mat. 17:1-9; Mrk. 9:2-8



(27) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah."
Yesus dimuliakan di atas gunung
(28) Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa.
(29) Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.
(30) Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia.
(31) Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.
(32) Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu.
(33) Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.
(34) Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka.
(35) Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."
(36) Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu.

Yesus dimuliakan di atas gunung

(1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
(2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
(3) Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
(4) Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
(5) Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
(6) Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.
(7) Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!"
(8) Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.
(9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."
Yesus dimuliakan di atas gunung
(2) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
(3) dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
(4) Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.

(5) Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
(6) Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
(7) Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
(8) Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.


Lukas memulai kisahnya dengan rincian yang Matius dan Markus tidak sebutkan: Yesus membawa Petrus, Yohanes, dan Yakobus ke atas bukit untuk berdoa. Yesus menetapkan pandangan dan pikirannya ke Yerusalem dan menubuatkan jalan penderitaan yang terbentang di hadapan-Nya. Yesus ingin memastikan bahwa apa yang Ia sedang lakukan adalah apa yang dikehendaki Allah bagi-Nya untuk dilakukan. Pada saat seperti itu, doa adalah satu-satunya jalan untuk menemukan kepastian dan jaminan. Proses doa secara langsung mencurahkan kemuliaan Ilahi kepada pribadi Yesus: “Rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan" (Lukas 9:29).

Yesus yang dimuliakan berbincang-bincang dengan Musa dan Elia mengenai “tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem” (ayat 31). Kata kepergian dapat dimengerti dalam dua cara: Kematian yang akan terjadi kepada-Nya di Yerusalem, walaupun bahasa Yunani yang digunakan di sini, keluaran tidaklah sering digunakan untuk kematian; karena, “kepergian” dapat juga berarti “keluaran” besar yang Yesus akan capai di Yerusalem. keluaran penebusan yang besar yang akan membawa kelepasan dari dosa.

Pertemuan ketiga mereka, berakhir dengan suatu suara persetujuan dari surga, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia” (ayat 35). Pemuliaan mengurapi Yesus dengan kemuliaan, sekali lagi menjamin hubungan-Nya sebagai Anak, dan mengumumkan bahwa Penebusan akan mengorbankan kehidupan Anak itu. Itulah sebabnya, mandat surgawi kepada murid-murid itu: dengarkanlah Dia. Tanpa penurutan dan kesetiaan khusus kepada-Nya, tidak pemuridan.

Ellen G. White menulis bahwa mereka, maksudnya Musa dan Elia, yang telah “dipilih lebih dari setiap malaikat di sekeliling takhta, telah datang bercakap-cakap dengan Yesus mengenai peristiwa penderitaan-Nya, dan menguburkan Dia dengan jaminan simpati surga. Harapan dunia, keselamatan setiap manusia, merupakan beban wawancara mereka.” -Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 33. Dengan demikian, Yesus sendiri pun, yang telah menghibur begitu banyak orang, mencari ketenangan dan penghiburan untuk diri-Nya sendiri. Apakah yang hal ini katakan kepada kita mengenai walaupun yang paling kuat kerohaniannya di antara kita bahkan pemimpin-pemimpin, guru-guru, dan pembimbing kita, pada waktu tertentu dapat membutuhkan ketenangan, dorongan dan bantuan dari orang lain? Sebenarnya, siapakah yang Anda kenal sekarang ini yang membutuhkan ketenangan, penghiburan, dan dorongan semangat?
Pendalaman, Jumat 17 April

PENDALAMAN: “Hindarilah setiap pertanyaan yang berhubungan dengan kemanusiaan Kristus yang cenderung menjadi salah pengertian. Kebenaran terletak dekat dengan jalur prasangka. Dalam menangani soal kemanusiaan Kristus, Anda perlu menjaga setiap pernyataan dengan gigih, janganlah kata-katamu diartikan lebih jauh daripada yang dikatakan, dan akhirnya Anda menurunkan atau meredupkan persepsi yang jelas tentang kemanusiaan yang tergabung dengan KeilahianNya. Kelahiran-Nya adalah mukjizat Allah.... Jangan pernah, dengan cara apa pun, meninggalkan kesan sedikit pun pada pikiran manusia bahwa noda atau keinginan untuk menyeleweng ada pada Kristus, atau bahwa Dia dalam cara apa pun menyerah pada penyelewengan. Dia dicobai dalam segala hal seperti halnya manusia dicobai, namun demikian Ia disebut 'yang suci.' Ini adalah misteri yang ditinggalkan tanpa penjelasan bagi yang fana di mana Kristus dapat dicobai dalam segala hal seperti kita, namun tanpa dosa. Penjelmaan Kristus yang pernah terjadi akan tetap menjadi sebuah misteri.” Ellen G. White Comments. The SDA Bible Commentary, jld. 5, hlm. 1128, 1129.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1. Bacalah pernyataan Ellen G. White di atas mengenai kemanusiaan Kristus. Kita harus hadapi kenyataan bahwa kemanusiaan Yesus, sebagaimana dengan Keilahian-Nya, adalah kebenaran besar yang untuk sekarang kita tidak akan pernah pahami sepenuhnya. Sebagaimana tulisannya: “Penjelmaan Kristus telah terjadi, dan akan tetap menjadi, sebuah misteri.” Jadi, mengapa kita harus sangat berhati-hati mengenai membuat penilaian keras bagi mereka yang tidak memahami dengan semestinya “misteri” ini sebagaimana yang kita pahami?

2. Pikirkanlah mengenai apa yang terjadi di Bukit Pemuliaan. Peristiwa dalam sejarah keselamatan yang luar biasa ini akan segera terjadi, dan apakah yang pertama dilakukan oleh murid-murid pilihan yang datang ke bukit bersama Dia? Tidur! Dalam cara bagaimanakah hal ini menjadi perumpamaan bagi kita, sebagai umat percaya secara pribadi, atau bagi kita sebagai sebuah jemaat yang hidup dekat dengan peristiwa besar lain dalam sejarah keselamatan: kedatangan Yesus yang kedua kali?

3. Bacalah beberapa hal yang Yesus katakan mengenai diri-Nya. Jadi, mengapakah, pendapat bahwa Yesus semata-mata seorang manusia hebat, seorang nabi besar, atau pemimpin rohani yang besar, secara logika cacat? Mengapakah kita seharusnya tidak menerima bahwa Ia adalah apa yang Ia katakan mengenai diri-Nya, atau bahwa Dia adalah seorang yang fanatik dan seorang yang sangat menipu mengenai diri-Nya? Mengapakah tidak ada pilihan lain bagi kita sehubungan dengan identitas Yesus?

No comments:

Post a Comment