BERITA MISI
SEPATU HARI SABAT
21 Maret– Virginia Barat
Dwight Mc Keever
Seorang
wanita muda memasuki toko sepatu tempat saya bekerja. Saya mengenalinya,
karena keluarganya adalah pelanggan di sana. Tampaknya, ada sesuatu yang
berbeda dengan dia, tapi saya butuh beberapa waktu untuk mengetahui bahwa si
wanita itu tidak berdandan atau menggunakan perhiasan. Namun, ia tampak bersinar
dengan daya tarik yang sehat.
Saya membawakannya sepatu untuk dicobanya, dan ia menemukan sepasang
sepatu yang dia sukai. Tapi kami tidak punya ukuran kakinya. Tidak masalah, aku
meyakinkannya. Kita bisa memesan sepatu tersebut dan mendapatkan-nya di toko
dalam waktu tiga hari
lagi.
Becky memesan sepatu itu, dan saya mengatakan kepadanya untuk bisa
memperolehnya pada hari
Rabu sore ."Itu tidak masalah," katanya. "Aku nanti akan membutuhkan
sepatu itu dan memakainya pada hari Sabtu."
Sepatu yang Hilang
Becky kembali Rabu sore, tapi sepatunya belum tiba. Saya meminta maaf atas
ketidaknyamanan dan meyakinkannya bahwa sepatu itu akan tersedia pada keesokan
harinya. Tapi ketika kiriman tiba pada hari Kamis, ternyata sepatu Becky tidak
kelihatan di sana. Saya segera menelepon perusahaan dan bertanya apa yang
terjadi. Manajer menjelaskan bahwa sepatu pasti akan tiba pada keesokan
harinya.
Ketika Becky berhenti untuk mengambil sepatunya, saya menjelaskan
masalahnya, dan dia dengan anggun menerima permintaan maaf saya. "Saya
tidak tinggal jauh," katanya. "Saya bisa datang besok. Anda yakin
sepatu akan tiba besok? "Tanyanya."saya membutuhkan sepatu itu pada
hari Sabtu pagi."
Pada hari Jumat ketika Becky tiba, saya menyambutnya dengan wajah yang
memerah. Pengiriman belum tiba. Saya memintanya untuk
menunggu beberapa menit, yang pasti sopir akan datang setiap saat. Tapi
Becky mengatakan dia harus buru-buru pulang.
"Mengapa Anda perlu sepatu besok?" Saya bertanya dan mencoba
untuk menunda keberangkatannya.
"Saya pemain organ, dan sepatu lama saya agak usang. Sudah waktunya untuk
membeli sepasang sepatu baru, "jawabnya singkat. Becky menunggu beberapa
menit, lalu dia bilang dia harus pergi. Meskipun ia sangat sopan, saya tahu dia
kecewa. Sekali lagi saya meminta maaf atas keterlambatan. Hanya 15 menit
setelah ia meninggalkan toko, sopir itu tiba dengan sepatu dan daftar alasan
mengapa ja terlambat. Cepat-cepat saya menelepon Becky dan mengatakan kepadanya
bahwa sepatunya telah tiba dan mengundangnya untuk kembali untuk mengambil
sepatunya.
Tapi
mengejutkan saya, Becky menjawab, "Tidak apa-apa. Saya akan memakai sepatu
lama saya besok dan mengambil yang baru pada Sabtu malam."
Penolakan yang Aneh
Saya mencoba untuk mendorong dia datang dan mengambil sepatunya malam itu,
tapi dia terus menolak. Akhirnya saya menutup telepon, kecewa dan frustrasi
bahwa saya tidak bisa memberikan sepatu padanya tepat waktu.
Bayangkan
keterkejutan saya ketika Becky memasuki toko beberapa menit kemudian. Dia
bilang dia
datang untuk meyakinkan saya bahwa dia sama sekali tidak marah kalau sepatunya
belum tiba pada waktunya, dan dia terkesan pada usaha saya untuk memecahkan masalah.
Lalu ia berbalik untuk pergi.
"Tapi bagaimanakah dengan sepatu Anda?" Saya bertanya. Dia bilang
dia tidak datang untuk mengambil sepatu dan akan kembali untuk mengambilnya
pada hari Sabtu malam. Saya menawarkan untuk meminjamkannya uang karena sepatu
itu, tapi dia tersenyum dan menolak. "Jangan khawatir," katanya.
"Saya akan datang besok dan memperolehnya." Lalu dia berjalan keluar
dari toko.
Saya bertanya-tanya. Saatnya saya harus tahu jawabannya. Saya berlari
keluar dari toko dan mendapatkan Becky. "Tolong, katakan saja padaku
mengapa Anda tidak akan mengambil sepatu hari ini,"Saya bertanya
kepadanya."Saya tahu Anda menginginkan sepatu itu besok, dan sekarang
sepatu itu telah ada namun Anda tidak membawanya. Ini tidak masuk akal."
Dengan merasa ragu dia berkata “Saya
seorang Kristen."
"Tapi saya seorang Kristen, juga," kataku."Apa hubungan
dengan mengaku sebagai seorang Kristen dengan tidak mengambil sepatu hari
ini?"Sekarang saya benar- benar bingung.
"Jika
Anda adalah seorang Kristen," jawabnya sambil tersenyum, "maka Anda
tahu bahwa Sepuluh Perintah Allah memberitahukan kita untuk mengingat hari
Sabat dan
menguduskannya. Itu berarti kita tidak harus membeli atau menjual atau bekerja
pada hari Sabat Tuhan."
"Tapi itu baru hari Jumat,"kata saya dengan keyakinan. "Hari
Sabat adalah hari Minggu."
"Tidak,"dia tersenyum lagi. "Hari Sabat adalah hari ketujuh
dalam minggu itu, bukan hari pertama. Periksa kalender Anda.
Saya
mengundangnya untuk kembali bersama saya ke toko sepatu di mana saya memiliki
kalender di meja. Kami berjalan kembali ke toko, dan saya menunjuk ke kalender.
"Lihat?" Kataku yakin. Lalu saya melihat lagi. Sabtu adalah hari
ketujuh, bukan Minggu. Bagaimanakah saya bisa mengabaikan ini selama 25 tahun?
Gumamku dalam hati. Lalu saya mengatakan kepadanya, "Tapi hari ini masih
Jumat, tidak Sabtu. Anda masih bisa mendapatkan sepatu Anda."
Sebuah Undangan untuk Memahami
"Saya
masih akan menunggu untuk membeli sepatu sampai besok
malam,"katanya."Ini sedikit lebih rumit dari itu, tetapi Alkitab
menjelaskan dengan cukup baik. Apakah Anda akan tertarik untuk belajar tentang
hal itu? Acara gereja yang saya akan ikuti pada besok hari adalah Seminar Wahyu
dibawakan oleh seorang penginjil yang berkunjung. Dia akan berbicara tentang nubuatan
Alkitab yang akan mencakup sebuah pembelajaran lengkap tentan masalah hari
Sabat dan Minggu. Jika Anda tidak keberatan untuk belajar kebenaran dari
Alkitab, saya ingin Anda datang."
"Tidak, saya tidak keberatan," kataku dengan berani.
"Faktanya adalah kitab Wahyu benar-benar membingungkan, dan saya belum
pernah mendengar seorangpun yang mencoba untuk menjelaskan semua simbol dan
binatang dan ke- rajaan, dan sejenisnya. Ya, saya pikir saya akan pergi."
Jadi keesokan harinya saya mengendarai sepeda motor saya ke rumah Becky dan
mengikutinya bersama keluarganya ke gereja. Pada satu titik di sepanjang perjalanan
saya berpikir, Apa yang aku lakukan dengan orang asing untuk pertemuan
keagamaan di gereja yang belum pernah saya dengar? Ini bisa membuang-buang waktu
dan membosankan, atau lebih buruk. Mereka bahkan mungkin mengucilkan saya! Saya
bergumul dengan pikiran-pikiran ini selama beberapa menit. Pikiran lain muncul
kepada saya: Saya bisa ambil jalan keluar berikutnya dan melupakan kebodohan
ini.
Saya
meminta Tuhan untuk membantu saya memutuskan, dan tiba-tiba perasaan luar biasa
damai menguasaiku. Saya memutuskan untuk menghadiri seminar. Kebenaran Alkitab
yang saya pelajar! di sana mengejutkan saya, dari saya menghabiskan tujuh tahun
berikut-nya
mencoba untuk menyangkal mereka. Bagaimanakah bisa begitu banyak orang
menguduskan hari Minggu-apakah meeka salah? Aku
beralasan.Tetapi semakin saya belajar, semakin saya menyadari bahwa saya tidak
bisa membantah kebenaran yang saya pelajari di gereja Advent. Akhirnya saya
tidak bisa menyangkal kebenaran lagi. Saya berhenti mempertahankan keyakinan
saya dan menjadi Advent.
Saya
memuji Tuhan untuk seo rang wanita muda yang menolak untuk mengompromikan imannya untuk membeli
sepatu ia sangat inginkan. Imannya membawa saya ke kebenaran Alkitab yang saya
belum pernah dengar, kebenaran yang saya cintai saat ini. Untuk itu, saya
berterima kasih kepada wanita muda tersebut.
PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE-12
Kerendahan Hati Orang Berhikmat
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini,
Bacalah: Ams. 30; Luk. 18:9-14; Ayb. 38-40:2; 1 Yoh. 1:9; Why. 3:14-18; Mzm. 104:24.
AYA T HAFALAN:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga" (M atius 5:3).
Di dalam Alkitab, kerendahan hati dianggap sebagai sifat baik yang penting.
Yang terbesar dari antara para nabi, Musa, dinyatakan sebagai orang yang paling rendah hati yang pernah hidup (Bil. 12:3). Menurut Mikha 6:8, tugas utama yang Tuhan harapkan
dari manusia adalah "hidup dengan
rendah hati di hadapan Allahmu." Yesus, juga, menegaskan bahwa kerendahan hati adalah satu
cita-cita yang orang Kristen harus miliki: "Barang siapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan
Sorga" (Mal. 18:4).
Bagaimana pun juga, apa yang seseorang harus
sombongkan? Setiap napas, setiap detak jantung, setiap pemberian, setiap
talenta, datang hanya dari Allah, yang di dalamnya "kita hidup, kita
bergerak, kita ada" (Kisah 17:28). Dan di dalam terang salib,
bahkan semua kebenaran kita adalah seperti "kain kotor" (Yes. 64:6): bagaimanakah, kemudian, kita bisa sombong?
Pekan ini Amsal melihat pada kerendahan hati;
mempertimbangkan situasi kita, seberapa bodohkah menjadi sesuatu tetapi rendah
hati?
* Pelajarilah pelajaran pekan ini
sebagai persiapan untuk Sabat, 21 Maret.
Siapakah Anda Pikir Diri Anda?- Minggu 15 Maret
Bacalah Amsal
30:1-3, 32, 33. Bersama-sama, apakah yang ayat-ayat ini sampaikan?
Amsal 30:1-3,
32, 33
30:1 Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku
berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis tenagaku.
30:2 Sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain, pengertian
manusia tidak ada padaku.
30:3 Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal
Yang Mahakudus.
30:32 Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir,
tekapkanlah tangan pada mulut!
30:33 Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung
ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul.
Penyangkalan diri yang terlihat dalam ayat-ayat tersebut sungguh-sungguh
sebuah terobosan dari kebiasaan meninggikan diri raja-raja-Timur Dekat kuno,
yang sering suka menyombongkan hikmat mereka, prestasi-prestasi, dan kemenangan
militer. Salomo sendiri dicatat melebihi "semua raja di bumi dalam
kekayaan dan hikmat" (1 Raj. 10:23; Pkh. 2:9). Dan
kemudian, tentu saja, ada Nebukadnezar, yang menyatakan: "Bukankah itu Babel
yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku
telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Dan. 4:30).
Karena penulis kita memahami kebodohannya sendiri, ia menyebut membual itu
"bodoh." Kata Ibrani untuk "bodoh" di sini adalah nabal. yang adalah nama dari Nabal, yang perilakunya menunjukkan
kesombongan yang bodoh juga (I Sani. 25). Membual seperti itu, yang
menyiratkan kesombongan, juga membawa potensi untuk penghinaan dan dengan
demikian, menimbulkan amarah dan perselisihan. Rasul Paulus juga menyebut
beberapa anggota jemaatnya "bodoh" yang menganggap diri mereka
sendiri berhikmat dan, bahkan lebih buruk, membual hal itu (2 Kor. 11:18, 19).
Bacalah Lukas 19:9-14. Mengapa
lebih mudah menjadi seperti orang Farisi
daripada yang orang mungkin pikirkan? Bagaimanakah kita bisa merasa pasti bahwa
kita tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama bahkan dalam cara yang paling
halus?
Lukas 19:9-14
19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi
keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.
19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan
yang hilang."
19:11 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus
melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat
Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.
19:12 Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke
sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu
baru kembali.
19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh
mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang
kembali.
19:14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu
mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini
menjadi raja atas kami.
Anda harus
merasa kasihan terhadap orang-orang yang membual (biasanya itu untuk menutupi
rasa tidak aman); itu menunjukkan betapa menipu diri
sendiri dan bebalnya mereka.
Pengetahuan Allah?- Senin
16 Maret
Kesombongan muncul pada mereka yang tidak mengenal Tuhan secara pribadi.
Sebaliknya, orang yang hidup dalam persekutuan dengan Allah akan rendah hati,
karena ia terus-menerus berhubungan dengan Dia yang jauh lebih hebat daripada
kita. Ketika kita berpikir tentang ukuran alam semesta dan menyadari bahwa
kita menyembah Dia yang menciptakan alam semesta itu, dan bahwa Allah yang sama
ini menderita di dalam diri Yesus di kayu salib bagi kita, maka sulit untuk
membayangkan bagaimana kita bisa bergumul dengan kesombongan sementara menjaga
pemikiran ini di hadapan kita.
Bacalah Amsal
30:3-6. Apakah yang ayat-ayat ini katakan kepada kita tentang kuasa, keagungan,
dan misteri Allah?
Amsal 30:3-6
30:3 Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal
Yang Mahakudus.
30:4 Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah
mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan
kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa
nama anaknya? Engkau tentu tahu!
30:5 Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi
orang-orang yang berlindung pada-Nya.
30:6 Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya
dan dianggap pendusta.
Ungkapan "pengetahuan Allah" harus dipahami
sebagai arti "pengetahuan tentang Allah." Lima pertanyaan retoris
(yang. tidak perlu dijawab) kemudian ditanyakan, yang memaksa kita untuk
menyadari betapa banyak tentang Allah yang kita benar-benar tidak mengerti.
Bacalah
pertanyaan-pertanyaan itu dalam Amsal 30:4. Apakah tantangan yang mereka
berikan kepada kita?
Amsal 30:4
30:4 Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah
mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan
kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa
nama anaknya? Engkau tentu tahu!
Karena Allah adalah Pencipta (empat pertanyaan pertama). Ia tetap jauh melampaui
pemahaman kita (pertanyaan kelima). Dalam buku Ayub, Allah' menantang Ayub
dengan pertanyaan serupa sehingga Ayub menyadari bahwa ia tidak bisa memahami
Allah atau jalan-jalan-Nya (Ayb. 38-40:2).
Fakta bahwa Allah adalah Pencipta, dan bahwa kita tidak dapat sepenuhnya
memahami Dia, memberi kita pelajaran penting tentang bagaimana kita harus
menerima wah\ u-Nva yang tertulis, yang para ahli selalu ragukan. Siapakah
kita- yang pemahaman bahkan hal-hal yang paling sederhana di alam adalah gelap
dan penuh misteri—menantang Firman Allah, bahkan bagian-bagian yang
membingungkan atau mengganggu kita?
Tetap pada keagungan
dan misteri ciptaan itu sendiri. Apakah yang hal ini nyatakan kepada kita
tentang keagungan dan misteri Sang Peneipta? Mengapa keagungan dan misteri ini
harus memberi kita ketenangan dan pengharapan?
Tidak Terlalu Banyak Juga Tidak
Terlalu Sedikit - Selasa 17 Maret
Ayat ini (Arns. 30:7-9) berisi satu-satunya doa dalam kitab Amsal. Ini
bukanlah secara kebetulan bahwa permohonan ini segera mengikuti penegasan
Allah sebagai Pcncipta Agung (Ams. 30:4) dan janji kesetiaan-Nya (Ams, 30:5).
Bacalah Amsal
30:7-9. Mengapakah seseorang seharusnya meminta hal-hal tersebut?
Amsal 30:7-9
30:7 Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku
mati, yakni:
30:8 Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan
berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan
yang menjadi bagianku.
30:9 Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan
berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan
nama Allahku.
Sebelum kita meminta apa pun kepada Allah, penting untuk memastikan hubungan
kita dengan Dia adalah teguh. Jika kita berdusta, maka kita bertindak
seolah-olah Allah, yang mengetahui segala sesuatu, bahkan tidak ada. Inilah
sebabnya mengapa pengakuan.dosa kita merupakan prasyarat untuk pengampunan (1 Yoh. 1:9). Kita tidak bisa menipu Allah; Dia melihat kita
persis sebagaimana kita ada. Ketika kita berdoa, gerakan dramatis bersujud, berbaring
dalam debu seperti orang mati (Ral. 3:29), mengungkapkan bukan hanya rasa
hormat dan kerendahan hati kita, tetapi menunjukkan kesadaran akan ketclan-
jangan rohani kita di hadapan-Nya.
Dalam Amsal 30:8, penulis meminta Allah untuk "memberikan" bukan
kemiskinan dan bukan kekayaan. Pertama kali kata kerja "memberikan"
digunakan dalam Alkitab dalam kaitannya dengan manusia, itu berkaitan dengan
karunia Allah berupa makanan (Kcj. 1:29). Inilah sebabnya dalam banyak budaya
makanan secara tradisi dikaitkan dengan doa. Kebutuhan dasar ini, yang membuat
kita begitu bergantung pada Allah Pencipta, menempatkan pengalaman berdoa pada
inti kelangsungan hidup kita.
Kedua permintaan tidak bertujuan hanya pada keseimbangan karakter manusia.
Mereka menyatu dalam satu tujuan: Kemuliaan Allah. Jika kita mendapat terlalu
sedikit, kita bisa saja mencuri dan menghina Allah; jika mendapat terlalu
banyak, kita tidak merasakan kebutuhan akan Allah dan bahkan mungkin
menyangkal keberadaan-Nya. Bagaimana pun, perlu dicatat, bahwa hanya keadaan
yang terakhir yang bisa menuntun kepada putus hubungan dari Allah; yang pertama
kemungkinan akan membuat kita tetap berhubungan dengan- Nya.
Doa Bapa Kami membawa dua
perhatian ganda: (1) "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat 6:11) menyediakan untuk kebutuhan
kita dan tidak lebih; dan (2) "Janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan" (Mat. 6:33) mengurusi kebutuhan kita dan tidak kurang.
Pikirkan
tentang betapa bergantungnya Anda pada
Allah. Bagaimanakah men jaga fakta
yang sebenarnya itu selalu di dalam pikiran Anda bisa menolong Anda bertumbuh
di dalam iman? Apakah bahaya-bahaya yang datang ketika kita melupakan
ketergantungan ini?
Tindakan-tindakan yang Sombong- Rabu 18
maret
Sebagaimana kerendahan hati adalah positif dan membawa berkat, kurangnya
kerendahan hati berbahaya dan membawa kutuk. Setelah mendorong keutamaan
kerendahan hati oleh menunjukkan pahala dan buahnya, Amsal 30 memberikan
peringatan keras tentang bahaya yang datang dari kesombongan.
Mengutuki orangtuamu (Anis. 30:11, 17). Agur mulai
dengan kategori ini, karena itu merupakan tindakan yang paling serius dari
kesombongan, ketika anak-anak membenci sumber hidup mereka. Secara signifikan,
menghormati dan memberkati orangtua adalah satu-satunya perintah yang terkait
dengan janji kehidupan (Kel. 20:12; Ef. 6:2, 3), ketika
hukuman kematian dijelaskan bagi pelanggarannya (Kel. 21:15, 17).
Kebenaran diri sendiri (Ams. 30:12, 20). Keadaan
orang-orang berdosa yang menganggap diri mereka sendiri orang benar adalah
buruk, karena mereka akan tinggal dalam dosa mereka, percaya bahwa mereka
murni dan tidak membutuhkan pengampunan. Ini sebabnya mengapa pengakuan dosa
begitu mendasar untuk mendapatkan pengampunan (1 Yoh. 1:9). Jemaat Laodikia, yang mengaku
bahwa mereka kaya, cerdas, dan berpakaian (meskipun tidak menyadari bahwa mereka
miskin, buta, dan telanjang), dinasihati untuk memperoleh dari Allah alat-alat
untuk memperbaiki kondisi mereka yang menyedihkan (Why. 3:14-18).
"Di sini ditunjukkan mereka yang membanggakan diri mereka sendiri dalam
kepemilikan mereka akan pengetahuan dan keuntungan-keuntungan rohani. Tetapi
mereka tidak menanggapi berkat-berkat yang tak terhingga yang Allah telah
anugerahkan kepada mereka. Mereka telah penuh dengan pemberontakan, rasa tidak
berterima kasih, dan melupakan Allah; dan Dia masih berurusan dengan mereka
sebagai yang penuh kasih, ayah pemaaf yang berurusan dengan yang tidak tahu
berterima kasih, anak bandel. Mereka telah menolak kasih karunia-Nya,
menyalahgunakan hak-hak istimewa-Nya, meremehkan kesempatan-Nya, dan telah
dipuaskan untuk tenggelam ke dalam kepuasan, dalam rasa tidak berterima kasih
yang menyedihkan, formalisme kosong, dan kemunafikan ketidaktulusan hati."
-Ellen G. White, Faith and
Works, hlm. 83.
Penghinaan (Ams. 30:13,
14). Gambaran kesombongan yang
disajikan di sini tidak menarik. Meskipun mereka memiliki tampilan sombong di
wajah mereka, kesombongan tidak hanya tinggal di situ saja: Itu diwujudkan
dalam penghinaan yang mereka sampaikan kepada yang mereka anggap di bawah
mereka. Gambaran "gigi geligi" dan "gigi" (Ams. 30:14) menunjukkan betapa buruk tindakan mereka.
Pikirkan
bagaimana Anda memperlakukan orang lain, terutama mereka kepada siapa Anda
mungkin merasa superior (banyak di antara kita memiliki perasaan seperti itu
beberapa kali, bukan? Bagaimanakah Anda bisa membuatnya benar? Bagaimanakah
Anda dapat menampilkan kerendahan hati yang diperlukan untuk membuatnya benar?
Pelajaran
dari Alam- Kamis 19 Maret
Di seluruh Alkitab, gambaran dari
alam lelah digunakan untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran rohani. Di sini,
juga, menggunakan alam, amsal mengajarkan kita pelajaran tentang kerendahan
hati.
Bacalah Amsal 30:18, 19. Apakah yang disampaikan di sini, juga, tentang
batas-batas pemahaman manusia?
Amsal 30:18, 19
Agur melihat misteri bahkan dalam banyak hal-hal'yang "umum." Ini
adalah suatu campuran misteri-misteri yang menarik yang ia hadirkan di sini.
Dua yang pertama adalah dari binatang, elang yang melayang melintasi langit,
ular perlahan bergerak di bumi. Dia kemudian bergeser kepada dua tindakan manusia:
Sebuah kapal di laut. dan seorang pria dengan seorang wanita. Bahkan saat ini,
dengan semua pengetahuan ilmiah kita, masih begitu banyak misteri. Betapa
pentingnya agar kita tidak pernah kehilangan apresiasi kita terhadap kedalaman
dan keagungan hidup. Sikap itu pasti akan menolong kita tetap rendah hati di
hadapan Allah.
Bacalah Amsal 30:24-28. Apakah misteri-misteri lain dari alain menarik
perhatian penulis yang terpesona?
Amsal 30:24-28
30:24 Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat
cekatan:
30:25 semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan
makanannya di musim panas,
30:26 pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di
bukit batu,
30:27 belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris
dengan teratur,
30:28
cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di
istana-istana raja.
Sungguh menarik bahwa ayat-ayat
sebelumnya (Ams.
30:20-23) berkaitan dengan kebodohan
manusia, kesombongan, dan perbuatan jahat. Dia kemudian bergeser ke dunia
hewan, menunjuk kepada makhluk-makhluk kecil dan rendah hati, meskipun dia
menggunakan kata Ibrani yang sama untuk "hikmat" dalam referensi
untuk mereka (makhluk-makhluk) yang digunakan dalam referensi kepada manusia (Ams. 3:13) dan bahkan Allah sendiri (Ayb. 12:13; Mzm. 104:24). Bahkan saat ini, dengan semua kemajuan kita dalam
ilmu pengetahuan, bagaimana makhluk-makhluk ini melakukan apa yang mereka
lakukan tetap di luar pemahaman kita sepenuhnya. Betapa lagi tindakan- tindakan
mereka pasti telah membingungkan orang berhikmat ini di zamannya. Dan dia
memang berhikmat, karena salah satu bukti utama dari hikmat adalah mengakui
betapa sedikitnya yang kita tahu, bahkan hal-hal yang umum.
Pikirkan beberapa hal-hal "sederhana" di alam: Daun pohon;
setetes air; kulit kerang. Bagaimanakah seharusnya fakta bahwa hal-hal yang
penuh misteri ini membuat kita tetap
rendah hati?
Jumat 20 Maret
Pendalaman: "Kita harus menghormati
firman Allah. Terhadap buku yang tercetak itu kita harus menunjukkan
penghormatan, jangan sekali-kali menggunakannya secara umum, atau memegangnya
dengan tidak hati-hati. Dan jangan sekali-kali Alkitab dikutip untuk lelucon
atau kelakar, atau menafsirkannya untuk menunjukkan perkataan jenaka. 'Semua
firman Allah adalah murni;' 'bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan
dalam dapur peleburan di tanah' (Ams. 30:5; Mzm. 12:7)." - Ellen G. White, Membina
Pendidikan Sejati, hlm. 228, 229.
"Perkataan yang pertama yang
diucapkan Kristus di atas bukit itu adalah kata bahagia. Berbahagialah mereka,
kata-Nya, yang merasa dirinya miskin rohani dan yang merasa perlu akan
keselamatannya. Injil itu harus disebarkan kepada orang miskin. Bukan
menyombongkan kerohanian, mereka yang mengaku dirinya kaya dan yang tidak
memerlukan pertolongan, melainkan bagi mereka yang rendah hati dan yang
menyesal.... Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk memulihkan manusia sampai
manusia itu mengakui kelemahannya, dan mengukir segala kesombongan diri, dan
menyerahkan dirinya ke bawah pengawasan Tuhan. Kemudian barulah ia dapat
menerima pemberian Allah yang sudah siap untuk dicurahkan. Dari jiwa yang
merasakan kebutuhannya, tidak ada yang ditahankan. la tidak dihalangi datang
kepada Dia di dalam siapa berdiam segala kesempurnaan." -Klien G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 319.
Pertanyaan-pertanyaan
untuk Didiskusikan:
1. Pikirkan rencana keselamatan dan apa yang
diperlukan untuk menyelamatkan kita. Artinya, kita begitu jatuh, begitu korup,
begitu jahat, bahwa regenerasi saja tidak akan cukup untuk menebus kita dari
dosa. Tidak peduli berapa banyak kita diubahkan dan dipulihkan, bahwa
regenerasi dan pemulihan tidak dapat menyelamatkan kita. Kita butuh pengganti,
seseorang yang secara hukum berdiri di tempat kita dan kebenarannya saja sudah
cukup untuk membuat kita benar di hadapan Allah. Apakah yang realitas ini
sendiri seharusnya nyatakan kepada kita tentang mengapa kesombongan dan
kebanggaan pasti men jadi beberapa dosa terburuk dalam makhluk-makhluk berdosa
seperti kita?
2. Apakah beberapa cara berbeda tentang keberadaan
kita bergantung pada Allah? Apakah hal-hal di alam itu sendiri yang menunjukkan
kepada kita bagaimana Allah menopang keberadaan kita?
3. Pikirkan lebih lanjut doa dalam Amsal 30:7-9.
Lihatlah keseimbangan di sana. Bagaimanakah kita menemukan keseimbangan dalam
semua yang kita lakukan? Mengapakah ini sangat penting?
Penuntun Guru
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Amsal 30
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Belajar menghargai dengan sungguh-sungguh sumber
hikmat Ilahi yang ditemukan dalam diri Pencipta dan menghargai seluruh hikmat
dari Ilahi yang memberikan petunjuk berharga supaya sukses dalam kehidupan
sekarang.
Merasakan: Keinginan untuk mempelajari cara-cara Allah di alam dan menemukan
berkat-Nya di sana serta merasa termotivasi untuk menerapkan nasihat Allah yang
praktis bagi kehidupan sehari-hari yang sukses. Melakukan: Berdoa agar
kila menghidupkan di dalam diri hikmat dan kuasa Allah sebagai cetakan biru
dari Firinan-Nya, yang membedakan "manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), bukan sesuai asumsi budaya
sekular.
Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Sumber Berharga yang Ditemukan Saat
Dunia
Diciptakan
Allah
A. Bagaimanakah bisa pelajaran dari alam mengajarkan
kita tentang karakter Sang Pencipta?
B. Melalui dosa telah banyak mengubah
"kebaikan" dari pencipta- an mula-mula, bagaimana kita bisa
menafsirkan dengan benar apa yang sekarang kita lihat di sana?
II.
Merasakan:
Pentingnya Menafsirkan Alam Melalui Kitab Suci
A. Meskipun Salomo dan Agur (penulis banyak dari kitab
Amsal) juga tinggal di dunia yang penuh dosa, bagaimana mereka mampu tetap
percaya pada kebaikan Sang Pencipta dan tidak terhalang oleh keburukan di
dunia?
B. Bagaimanakah keseluruhan teori evolusi menurunkan
nilai hewan- hewan dan alam?
III. Melakukan: berkomunikasi dengan Pencipta Alam:
Suatu Berkat Hari Sabat
A.
Bagaimanakah Sabat membantu kita
untuk belajar tentang "kebaikan" Pcnciptaan?
B. Bagaimanakah keyakinan dalam Pcnciptaan harfiah
dunia ini (Kejadian I,
2) perlindungan terhadap interpretasi palsu asal usul
kita?
Rangkuman: Amsal 30 menyajikan cara hidup yang didasarkan
pada cetakan biru Sang Pencipta, termasuk berkat-berkat yang dihasilkan, mengingatkan
bahwa persekutuan kita dengan Sang Pencipta adalah kehidupan terbaik,, bahkan
di hadapan surga.
Siklus Belajar
LANGKAH 1 - Memotivasi Fokus Alkitab: Amsal 31:1-6
Kunc:i Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Kita bisa percaya sepenuhnya pada keandalan dan
kebenaran dari Firman yang dinyatakan Allah.
Untuk Guru: Amsal 30 menginstruksikan bahwa ketidakpastian moral dan
relativisme akhirnya tidak bekerja. Batasan benar dan salah, baik dan buruk,
kebenaran dan kepalsuan tidak bisa dihapus tidak peduli seberapa besar tekad
dari masyarakat pasca modern untuk mencoba. Toleransi terhadap kejahatan dan
ketidakpedulian moral juga tidak memberikan kebajikan atau tanggapan yang
memadai, sesuai dengan Kitab Amsal.
Aktivitas Pembuka: Sudahkah kelas Anda mempertimbangkan berapa banyak masalah serius di
masyarakat modern dapat dihubungkan dengan mengabaikan ajaran Allah. Apakah
bedanya dalam masyarakat jika semua pasangan setia satu sama lain dan tidak ada
perzinaan? Apakah bedanya jika tidak ada pencuri, jika semua orang selalu jujur
di rumah dan di tempat kerja?
Pertimbangkanlah: Kitab Amsal tidak hanya
melampirkan pengetahuan tentang Allah kepada sistem hikmat sekular lainnya.
Sebaliknya, ajaran Allah mendominasi hikmat Alkitablah, sumber sejali dari
hikmat dan pemahaman serta standar segala sesuatu yang dinilai. Selain itu,
hubungan pribadi dengan Tuhan adalah obat untuk kebodohan manusia. Mengapakah
begitu sulit bagi hati dan pikiran untuk mengakui ketidaktahuan manusia?
LANGKAH 2-Menyelidiki
Untuk Guru: Pasal 30 dimulai
dengan Aguryang mengakui bahwa dia sendiri tidak dapat menemukan hikmat (ay. 2, 3), kemudian, dengan pertanyaan retoris, ia
menginstruksikan bahwa Tuhan sendiri yang memiliki hikmat (ay.) dan bahwa Dia rela membagikan hikmat melalui Firman-Nya (ay. 5). Akhirnya, Amsal memperingatkan bahwa Firman Tuhan
tidak boleh dirusak dengan: "Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau
tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta" (ay. 6), sentimen ini diberikan oleh
penulis Alkitab lainnya (Musa dan Yohanes).
Komentar Alkitab
I. Pengetahuan Allah
(Tinjau Kembali Amsal 30:3-6
Bersama kelas.)
Ajaran Alkitab tentang Penciptaan harfiah berdasarkan buku hikmat. Allah
sendiri, dalam pidato terpanjang-Nya dalam Alkitab (kepada Ayub, dalam Ayub
38-4 I), mengacu pada sukacita menciptakan dunia ini.
Memercayai pernyataan Penciptaan
Alkitab, yang dijunjung di seluruh Alkitab, akan menginformasikan dan
memperluas perspektif manusia terhadap karakter dan pekerjaan Tuhan.
"'Alkitab tidak mengatakan bahwa Allah adalah pengampunan, meskipun ia adalah
pengampun, atau bahwa Allah adalah pengetahuan, meskipun Tuhan mengetahui
segala sesuatu, atau bahwa Allah adalah penguasa, meskipun ia berkuasa atas
segala sesuatu. Semua, atribut lainnya, seperti sisi pada berlian, jendela yang
bersinar ke dalam hati Tuhan" — Timothy R. Jennings, Ml), The God-shaped
Brain: How Changing
Your View o/God Transforms Your Life (Downers
Grovc, Illinois: InterVarsity Press, 2013) hlm. 22.
Menurut Agur dan semua penulis Alkitab, pengetahuan yang benar berasal dari
penyerahan dengan sukacita kepada Pencipta langit dan bumi, karena Dia yang
layak. Ketidaktahuan manusia tentang Tuhan dan kuasa penciptaari-Nya
menyebabkan perlawanan kepada Allah, sebagai catatan Salomo: '"Lihatlah,
hanya ini yang kudapati: bahwa Allah lelah menjadikan manusia yang jujur,
tetapi mereka mencari banyak dalih'" (Pkk 7:29). Karena dosa manusia, hanya
sebagian dari Penciptaan yang mengungkapkan tatanan ilahi. Selain itu,
pemahaman manusia telah menjadi rusak karena dosa dan dengan demikian tidak
cukup sepenuhnya memahami semua realitas.
Pertimbangkanlah: Apakah
praduga manusia yang mendasari banyak pemikiran palsu tentang karakter Allah
dan pekcrjaan-Nya? Apakah yang Alkitab katakan bagaimana kondisi prasyarat atau
sikap untuk menerima pengetahuan yang benar?
II.
Kesombongan
(Tinjau kembali Amsal 30:10-31
bersama kelas.)
Amsal 30:10-31 mendaftarkan perilaku yang memutarbalikkan tatanan sosial.
Lebih buruk lagi, perilaku seperti menolak perspektif ilahi (berbicara tentang
asumsi manusia, bukan kemampuan mental). Sangat kurang menghormati kebenaran
Allah. Kitab Amsal menggambarkan hal ini seperti lebih memilih hidup dengan
ilusi, mengadopsi perspektif yang berdosa sebagai standar moral- mengingatkan
kita bahwa masalah masyarakat bukan hasil dari defisiensi mental tetapi dari
kesombongan rohani.
Dalam Amsal, orang yang melakukan ini dijuluki "sederhana" atau
"bodoh" dan digambarkan sebagai mudah tertipu, tidak bertanggung
jawab, berkepala kosong, tak berpengalaman, hanyut ke dalam pencobaan, dan
tidak menerima disiplin, teguran, atau koreksi.
Pertimbangkanlah': Prinsip pertama hikmat dalam
Amsal adalah takut akan Tuhan. Ini bukan hanya salah satu aspek dari belajar
tetapi tempat dari mana mencari hikmat harus dimulai. Keputusan seperti itu
akan menentukan pertumbuhan apa pun dari hikmat, termasuk dimensi moral. Semua
penulis Alkitab bekerja dengan asumsi yang sama ini. Bagaimanakah bisa
seseorang yakin bahwa prinsip pertama ini benar? Mengingat sifat dari prinsip
pertama, apakah langkah pertama yang perlu ambil seseorang dalam mencari hikmat?.
III. Pelajaran
dari Alam
(Tinjau kembali Amsal 30:18, 19,
24-31 bersama kelas.)
Menurut Amsal, salah satu cara terbaik untuk
belajar tentang Tuhan dan jalan-Nya
adalah melalui dunia yang diciptakan yang dijadikan-Nya. Meskipun banyak orang
berpikir tentang binatang hanya dalam hal bagaimana mereka mencicipi,
pelajaran pekan ini, bersama dengan banyak ayat lain dalam Amsal, mengajarkan
kepada kita bahwa binatang dapat menjadi guru kepada kita: "Hai pemalas,
pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak" (Amsal 6:6) diikuti dengan deskripsi ketekunan mereka).
Begitu banyak yang sedang dipelajari tentang keajaiban dari semua kehidupan,
termasuk kecerdasan hewan. Sebagai contoh, jika ada yang bertanya- tanya
mengapa Tuhan "memerintahkan gagak" untuk memberi makan Elia (1 Raja-raja 17:4), buku Crows: Wise Guys of the Avian World, oleh Candace Savage (Vancouver, British Columbia, Kanada: Greystone Book 2005), memberikan
penjelasan. Berhubungan dengan kehidupan hewan dapat bermanfaat dalam
melembutkan hati kita, karena hewan memiliki perasaan dan kasih sayang, EUen
White mencatat: "Banyak binatang dungu tetapi kecerdasan yang
ditunjukkannya nyaris mendekati kecerdasan manusia, hal mana merupakan satu
rahasia. Binatang-binatang itu melihat dan mendengar dan mengasihi serta takut
dan menderita. Mereka menggunakan organ tubuh mereka itu jauh lebih setia
daripada manusia menggunakan tubuh mereka. Binatang menyatakan rasa simpatisan
kelembutan terhadap pasangannya pada saat menderita. Banyak binatang yang
menunjukkan kasih sayang kepada manusia yang mengurus mereka, jauh melebihi
kasih sayang yang ditunjukkan oleh sebagian umat manusia. Hewan-hewan itu
menjalin ikatan dengan manusia yang tidak akan terputus tanpa menimbulkan
penderitaan besar di pihak hewan itu.
"Manusia manakah dengan hati manusiawinya, yang pernah memelihara hewan
jinak, dapat memandang ke dalam mata hewan itu dengan penuh kepercayaan dan
kasih sayang, lalu tega menyerahkan hewan itu untuk digorok tukang jagal?
Bagaimanakah dia dapat menikmati dagingnya bagaikan sepotong kue yang
lezat?"—Membina
Keluarga Sehat, hlm. 287. Setelah semua, baik
manusia dan hewan terbuat dari "bahan yang sama" (Kej. 2:7, 19).
Yesus sendiri menghargai hal-hal yang dibuat dari tangan-Nya sendiri:
"Dan mengapa kamu khawatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di
ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu:
Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari
bunga itu" (Matius 6:28,
29). Ellen G. White juga membawa
perhatian kita pada keajaiban alam dunia ini: "Sementara kita mendekat
pada inti alam, kehadiran-Nya adalah nyata di hadapan kita dan berbicara ke
dalam hati kita tentang damai sejahtera dan kasih-Nya."—Membina Kehidupan Abadi, hlm. 17.
Seorang psikolog pendidikan
berpendapat bahwa jika anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu dalam
kekuatan penyembuhan alam daripada stimulasi yang tidak alami melalui
teknologi elektronika, maka hanya sedikit masalah dan pemberontakan dalam
sistem sekolah (lihat Richard Louv, Last C h i l d in ihe Woods: Saving Our Childran From Nature-deficit
Disorder (Chapel
Hill, NC : Algonquin Books of Chapel Hill, 2008)
Pertimbangkanlah: Semakin kita mengerti tentang dunia alam—tumbuhan,
hewan, komposisi air dan kebugaran yang tepat untuk hidup (apalagi kebutuhan
untuk hidup), udara yang kita hirup, jarak yang tepat dari matahari yang kita
perlukan untuk hidup, dan sebagainya—lebih limpah kekaguman kita kepada Sang
Pcncipta. Pengendaliannya atas waktu (menciptakan tujuh hari pertama
Penciptaan dan kemudian membungkuk bersama mereka ke dalam pekan pertama) juga
memberikan bukti kekuasaan dan kasih-Nya. Apakah yang telah menyebabkan manusia
menjadi begitu terasing dari hewan dan alam?
LANGKAH 3-Aplikasi
Untuk Guru: Jika kita pernah mengetahui
hikmat, kita harus diajar oleh Allah, yang memiliki pengetahuan yang benar.
Sikap inilah, yang mendasari seluruh kitab Amsal, menyangkal rasionalisme
pencerahan, yang berpendapat bahwa tanpa bantuan, hikmat manusia bisa mencapai
kebenaran. Pemikiran ini telah terbukti menjadi kegagalan besar-besaran. Ya,
gereja abad pertengahan memiliki catatan berdarah, tetapi ateisme modern bahkan
lebih brutal. Sayangnya, bagaimanapun, kegagalan sikap pencerahan telah
menyebabkan penyesatan pada kesimpulan pasca modern - bahwa tidak ada yang
absolut (kecuali itu!). Kitab Amsal menekankan pada perspektif alternatif:
keandalan dan kebenaran yang Allah terungkap dalam Firman.
Pertanyaan untuk Dipikirkan: Apakah
bukti dari kitab Amsal yang mengingatkan kita bahwa meskipun dunia sekarang
berdosa, Tuhan tidak menyendiri, jauh, dingin, dan terlarang, melainkan intim,
pribadi, hangat, dan menguatkan?
Pertanyaan Aplikasi:
Apakah beberapa alasan mengapa kita begitu lambat
untuk menghargai keajaiban alam dan juga Pencipta alam?
Jeajahilah alasan mengapa teori evolusi telah
merendahkan nilai alam.
LANGKAH 4-Kreativitas
Untuk Guru: Solomon, seperti ayahnya. Daud,
terkesan dengan penciptaan dunia. Temukanlah.beberapa mazmur di mana Daud
meninggikan Sang Pencipta dengan memuji-Nya untuk karya ciptaan-Nya (misalnya, Mazmur 19, 33, 104). Mintalah kelas untuk berbagi beberapa pengalaman
mereka di alam yang telah menarik mereka lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Aktivitas: Bawalah ke kelas artikel dan
buku tentang binatang yang berbeda yang mengungkapkan kecerdasan mereka, kasih
sayang, dan kerja keras. Atau bagikanlah contoh dari interaksi Anda sendiri,
atau pengamatan dengan, hewan yang mengungkapkan kccerdasan, kasih sayang, dan
kerja keras mereka. Sejumlah situs web juga memuat video burung terbang dalam
gerak lambat, menangkap kemegahan terbang dan bulu ekor mereka dalam gerakan,
yang mata berdosa hanya samar-samar saat kita melihat seperti kepakan
sederhana.
Pelajaran 13
Perempuan dan Anggur
SABAT PETANG
Untuk
Pelajaran Pekan Inl, Bacalah": Ams. 31; Ayb. 29:15; Ams. 8; 1 Kor. 1:21;
Wiiy. 14:13.
AYAT HAFALAN: "Jangan
berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan
yang membinasakan raja-raja. Tidaklah pantas bagi raja, hai I.emuel, tidaklah
pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman
keras" (Amsal 31:3,
4).
Kitab Amsal mulai dengan pengajaran-pengajaran
dari seorang ayah (Ams. 1:1, 8:
4:1) dan berakhir dengan
pengajaran-pengajaran dari seorang ibu (Ams. 31:1). Nama Lemucl mungkin
menyinggung kepada Salomo; jika demikian, maka ibu Lemucl adalah ibu Salomo,
dan ia mengamarkan anaknya terhadap dua ancaman paling serius bagi sang raja:
anggur dan wanita.
Hubungan anggur dan hikmat adalah disengaja. Untuk menjadi efisien sebagai
penguasa, sang raja harus berhati-hati terhadap pengaruh-pengaruh yang ia
hadapi, dan kedua faktor ini bisa sangat berkuasa. Meskipun wanita yang tepat
dapat bermanfaat, alkohol hanyalah masalah.
Pendahuluan sang ayah berkaitan dengan pemahaman
rohani hikmat. Sekarang kesimpulan sang ibu berkaitan dengan penerapan hikmat
dalam kehidupan nyata. Untuk prinsip-prinsip rohani yang diajarkan sang ayah
tidak akan berarti apa-apa jika nasihat praktis yang ditawarkan sang ibu tidak
diikuti.
* Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 28 Maret.
No comments:
Post a Comment