Pelajaran 12 Triwulan I 2015, Berita Misi dan Penuntun Guru

BERITA MISI

SEPATU HARI SABAT
21 Maret– Virginia Barat
Dwight Mc Keever

Seorang wanita muda mema­suki toko sepatu tempat saya bekerja. Saya mengenalinya, karena keluarganya adalah pelang­gan di sana. Tampaknya, ada sesu­atu yang berbeda dengan dia, tapi saya butuh beberapa waktu untuk mengetahui bahwa si wanita itu ti­dak berdandan atau menggunakan perhiasan. Namun, ia tampak bersi­nar dengan daya tarik yang sehat.
Saya membawakannya sepatu untuk dicobanya, dan ia mene­mukan sepasang sepatu yang dia sukai. Tapi kami tidak punya ukuran kakinya. Tidak masalah, aku me­yakinkannya. Kita bisa memesan sepatu tersebut dan mendapatkan-nya di toko dalam waktu tiga hari
lagi. Becky memesan sepatu itu, dan saya mengatakan kepadanya untuk bisa memperolehnya pada hari Rabu sore ."Itu tidak masalah," katanya. "Aku nanti akan membu­tuhkan sepatu itu dan memakainya pada hari Sabtu."
Sepatu yang Hilang
Becky kembali Rabu sore, tapi sepatunya belum tiba. Saya me­minta maaf atas ketidaknyamanan dan meyakinkannya bahwa sepatu itu akan tersedia pada keesokan harinya. Tapi ketika kiriman tiba pada hari Kamis, ternyata sepatu Becky tidak kelihatan di sana. Saya segera menelepon perusahaan dan bertanya apa yang terjadi. Manajer menjelaskan bahwa sepatu pasti akan tiba pada keesokan harinya.
Ketika Becky berhenti untuk mengambil sepatunya, saya menje­laskan masalahnya, dan dia dengan anggun menerima permintaan maaf saya. "Saya tidak tinggal jauh," katanya. "Saya bisa datang besok. Anda yakin sepatu akan tiba besok? "Tanyanya."saya membutuhkan se­patu itu pada hari Sabtu pagi."
Pada hari Jumat ketika Becky tiba, saya menyambutnya dengan wajah yang memerah. Pengiriman belum tiba. Saya memintanya untuk menunggu beberapa menit, yang pasti sopir akan datang setiap saat. Tapi Becky mengatakan dia harus buru-buru pulang.
"Mengapa Anda perlu sepatu besok?" Saya bertanya dan menco­ba untuk menunda keberangkat­annya.
"Saya pemain organ, dan sepatu lama saya agak usang. Sudah wak­tunya untuk membeli sepasang se­patu baru, "jawabnya singkat. Becky menunggu beberapa menit, lalu dia bilang dia harus pergi. Meskipun ia sangat sopan, saya tahu dia kecewa. Sekali lagi saya meminta maaf atas keterlambatan. Hanya 15 menit setelah ia meninggalkan toko, sopir itu tiba dengan sepatu dan daf­tar alasan mengapa ja terlambat. Cepat-cepat saya menelepon Becky dan mengatakan kepadanya bahwa sepatunya telah tiba dan meng­undangnya untuk kembali untuk mengambil sepatunya.
Tapi mengejutkan saya, Becky menjawab, "Tidak apa-apa. Saya akan memakai sepatu lama saya be­sok dan mengambil yang baru pada Sabtu malam."
Penolakan yang Aneh
Saya mencoba untuk mendo­rong dia datang dan mengambil sepatunya malam itu, tapi dia terus menolak. Akhirnya saya menu­tup telepon, kecewa dan frustrasi bahwa saya tidak bisa memberikan sepatu padanya tepat waktu.
Bayangkan keterkejutan saya ketika Becky memasuki toko bebe­rapa menit kemudian. Dia bilang dia datang untuk meyakinkan saya bahwa dia sama sekali tidak marah kalau sepatunya belum tiba pada waktunya, dan dia terkesan pada usaha saya untuk memecahkan ma­salah. Lalu ia berbalik untuk pergi.
"Tapi bagaimanakah dengan sepatu Anda?" Saya bertanya. Dia bilang dia tidak datang untuk mengambil sepatu dan akan kem­bali untuk mengambilnya pada hari Sabtu malam. Saya menawarkan untuk meminjamkannya uang ka­rena sepatu itu, tapi dia tersenyum dan menolak. "Jangan khawatir," ka­tanya. "Saya akan datang besok dan memperolehnya." Lalu dia berjalan keluar dari toko.
Saya bertanya-tanya. Saatnya saya harus tahu jawabannya. Saya berlari keluar dari toko dan menda­patkan Becky. "Tolong, katakan saja padaku mengapa Anda tidak akan mengambil sepatu hari ini,"Saya bertanya kepadanya."Saya tahu Anda menginginkan sepatu itu be­sok, dan sekarang sepatu itu telah ada namun Anda tidak membawa­nya. Ini tidak masuk akal."
Dengan merasa ragu dia berka­ta Saya seorang Kristen."
"Tapi saya seorang Kristen, juga," kataku."Apa hubungan dengan mengaku sebagai seorang Kristen dengan tidak mengambil sepatu hari ini?"Sekarang saya benar- benar bingung.
"Jika Anda adalah seorang Kris­ten," jawabnya sambil tersenyum, "maka Anda tahu bahwa Sepuluh Perintah Allah memberitahukan kita untuk mengingat hari Sabat dan menguduskannya. Itu berarti kita tidak harus membeli atau men­jual atau bekerja pada hari Sabat Tuhan."
"Tapi itu baru hari Jumat,"kata saya dengan keyakinan. "Hari Sabat adalah hari Minggu."
"Tidak,"dia tersenyum lagi. "Hari Sabat adalah hari ketujuh dalam minggu itu, bukan hari pertama. Periksa kalender Anda.
Saya mengundangnya untuk kembali bersama saya ke toko sepa­tu di mana saya memiliki kalender di meja. Kami berjalan kembali ke toko, dan saya menunjuk ke ka­lender. "Lihat?" Kataku yakin. Lalu saya melihat lagi. Sabtu adalah hari ketujuh, bukan Minggu. Bagaima­nakah saya bisa mengabaikan ini selama 25 tahun? Gumamku dalam hati. Lalu saya mengatakan kepada­nya, "Tapi hari ini masih Jumat, tidak Sabtu. Anda masih bisa mendapat­kan sepatu Anda."
Sebuah Undangan untuk Mema­hami
"Saya masih akan menunggu untuk membeli sepatu sampai besok malam,"katanya."Ini sedikit lebih rumit dari itu, tetapi Alkitab menjelaskan dengan cukup baik. Apakah Anda akan tertarik untuk belajar tentang hal itu? Acara gereja yang saya akan ikuti pada besok hari adalah Seminar Wahyu dibawakan oleh seorang penginjil yang berkunjung. Dia akan berbicara tentang nubuatan Alkitab yang akan mencakup sebuah pembelajaran lengkap tentan masalah hari Sabat dan Minggu. Jika Anda tidak kebe­ratan untuk belajar kebenaran dari Alkitab, saya ingin Anda datang."
"Tidak, saya tidak keberatan," kataku dengan berani. "Faktanya adalah kitab Wahyu benar-benar membingungkan, dan saya belum pernah mendengar seorangpun yang mencoba untuk menjelaskan semua simbol dan binatang dan ke- rajaan, dan sejenisnya. Ya, saya pikir saya akan pergi."
Jadi keesokan harinya saya mengendarai sepeda motor saya ke rumah Becky dan mengikutinya bersama keluarganya ke gereja. Pada satu titik di sepanjang perja­lanan saya berpikir, Apa yang aku lakukan dengan orang asing untuk pertemuan keagamaan di gereja yang belum pernah saya dengar? Ini bisa membuang-buang wak­tu dan membosankan, atau lebih buruk. Mereka bahkan mungkin mengucilkan saya! Saya bergumul dengan pikiran-pikiran ini selama beberapa menit. Pikiran lain muncul kepada saya: Saya bisa ambil jalan keluar berikutnya dan melupakan kebodohan ini.
Saya meminta Tuhan untuk membantu saya memutuskan, dan tiba-tiba perasaan luar biasa damai menguasaiku. Saya memutuskan untuk menghadiri seminar. Kebe­naran Alkitab yang saya pelajar! di sana mengejutkan saya, dari saya menghabiskan tujuh tahun berikut-nya mencoba untuk menyangkal mereka. Bagaimanakah bisa begitu banyak orang menguduskan hari Minggu-apakah meeka salah? Aku beralasan.Tetapi semakin saya belajar, semakin saya menyadari bahwa saya tidak bisa membantah kebenaran yang saya pelajari di gereja Advent. Akhirnya saya tidak bisa menyangkal kebenaran lagi. Saya berhenti mempertahankan ke­yakinan saya dan menjadi Advent.
Saya memuji Tuhan untuk seo­ rang wanita muda yang menolak untuk mengompromikan imannya untuk membeli sepatu ia sangat inginkan. Imannya membawa saya ke kebenaran Alkitab yang saya belum pernah dengar, kebenaran yang saya cintai saat ini. Untuk itu, saya berterima kasih kepada wanita muda tersebut.


PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE-12
Kerendahan Hati Orang Berhikmat
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Ams. 30; Luk. 18:9-14; Ayb. 38-40:2; 1 Yoh. 1:9; Why. 3:14-18; Mzm. 104:24.
AYA T HAFALAN: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Al­lah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (M atius 5:3).
Di dalam Alkitab, kerendahan hati dianggap sebagai sifat baik yang penting. Yang terbesar dari antara para nabi, Musa, dinyatakan sebagai orang yang paling rendah hati yang pernah hidup (Bil. 12:3). Menurut Mikha 6:8, tugas utama yang Tuhan harapkan dari manusia adalah "hidup de­ngan rendah hati di hadapan Allahmu." Yesus, juga, menegaskan bahwa ke­rendahan hati adalah satu cita-cita yang orang Kristen harus miliki: "Barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga" (Mal. 18:4).
Bagaimana pun juga, apa yang seseorang harus sombongkan? Setiap napas, setiap detak jantung, setiap pemberian, setiap talenta, datang hanya dari Allah, yang di dalamnya "kita hidup, kita bergerak, kita ada" (Kisah 17:28). Dan di dalam terang salib, bahkan semua kebenaran kita adalah seperti "kain kotor" (Yes. 64:6): bagaimanakah, kemudian, kita bisa sombong?
Pekan ini Amsal melihat pada kerendahan hati; mempertimbangkan situasi kita, seberapa bodohkah menjadi sesuatu tetapi rendah hati?
* Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 21 Maret.

Siapakah Anda Pikir Diri Anda?- Minggu 15 Maret
Bacalah Amsal 30:1-3, 32, 33. Bersama-sama, apakah yang ayat-ayat ini sampaikan?
Amsal 30:1-3, 32, 33
30:1 Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis tenagaku.
30:2 Sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain, pengertian manusia tidak ada padaku.
30:3 Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal Yang Mahakudus.
30:32 Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!
30:33 Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul.

Penyangkalan diri yang terlihat dalam ayat-ayat tersebut sungguh-sungguh sebuah terobosan dari kebiasaan meninggikan diri raja-raja-Timur Dekat kuno, yang sering suka menyombongkan hikmat mereka, prestasi-prestasi, dan ke­menangan militer. Salomo sendiri dicatat melebihi "semua raja di bumi dalam kekayaan dan hikmat" (1 Raj. 10:23; Pkh. 2:9). Dan kemudian, tentu saja, ada Nebukadnezar, yang menyatakan: "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Dan. 4:30).
Karena penulis kita memahami kebodohannya sendiri, ia menyebut mem­bual itu "bodoh." Kata Ibrani untuk "bodoh" di sini adalah nabal. yang ada­lah nama dari Nabal, yang perilakunya menunjukkan kesombongan yang bo­doh juga (I Sani. 25). Membual seperti itu, yang menyiratkan kesombongan, juga membawa potensi untuk penghinaan dan dengan demikian, menimbulkan amarah dan perselisihan. Rasul Paulus juga menyebut beberapa anggota jema­atnya "bodoh" yang menganggap diri mereka sendiri berhikmat dan, bahkan lebih buruk, membual hal itu (2 Kor. 11:18, 19).
Bacalah Lukas 19:9-14. Mengapa lebih mudah menjadi seperti orang Farisi daripada yang orang mungkin pikirkan? Bagaimanakah kita bisa merasa pasti bahwa kita tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama bah­kan dalam cara yang paling halus?
Lukas 19:9-14
19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.
19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
19:11 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.
19:12 Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.
19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.
19:14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.

Anda harus merasa kasihan terhadap orang-orang yang membual (bi­asanya itu untuk menutupi rasa tidak aman); itu menunjukkan betapa menipu diri sendiri dan bebalnya mereka.



Pengetahuan Allah?- Senin 16 Maret
Kesombongan muncul pada mereka yang tidak mengenal Tuhan secara pri­badi. Sebaliknya, orang yang hidup dalam persekutuan dengan Allah akan ren­dah hati, karena ia terus-menerus berhubungan dengan Dia yang jauh lebih hebat daripada kita. Ketika kita berpikir tentang ukuran alam semesta dan me­nyadari bahwa kita menyembah Dia yang menciptakan alam semesta itu, dan bahwa Allah yang sama ini menderita di dalam diri Yesus di kayu salib bagi kita, maka sulit untuk membayangkan bagaimana kita bisa bergumul dengan kesombongan sementara menjaga pemikiran ini di hadapan kita.

Bacalah Amsal 30:3-6. Apakah yang ayat-ayat ini katakan kepada kita tentang kuasa, keagungan, dan misteri Allah?
Amsal 30:3-6
30:3 Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal Yang Mahakudus.
30:4 Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!
30:5 Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.
30:6 Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta.

Ungkapan "pengetahuan Allah" harus dipahami sebagai arti "pengetahuan tentang Allah." Lima pertanyaan retoris (yang. tidak perlu dijawab) kemudian ditanyakan, yang memaksa kita untuk menyadari betapa banyak tentang Allah yang kita benar-benar tidak mengerti.

Bacalah pertanyaan-pertanyaan itu dalam Amsal 30:4. Apakah tan­tangan yang mereka berikan kepada kita?
Amsal 30:4
30:4 Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!

Karena Allah adalah Pencipta (empat pertanyaan pertama). Ia tetap jauh me­lampaui pemahaman kita (pertanyaan kelima). Dalam buku Ayub, Allah' me­nantang Ayub dengan pertanyaan serupa sehingga Ayub menyadari bahwa ia tidak bisa memahami Allah atau jalan-jalan-Nya (Ayb. 38-40:2).
Fakta bahwa Allah adalah Pencipta, dan bahwa kita tidak dapat sepenuhnya memahami Dia, memberi kita pelajaran penting tentang bagaimana kita harus menerima wah\ u-Nva yang tertulis, yang para ahli selalu ragukan. Siapakah kita- yang pemahaman bahkan hal-hal yang paling sederhana di alam ada­lah gelap dan penuh misteri—menantang Firman Allah, bahkan bagian-bagian yang membingungkan atau mengganggu kita?
Tetap pada keagungan dan misteri ciptaan itu sendiri. Apakah yang hal ini nyatakan kepada kita tentang keagungan dan misteri Sang Peneipta? Mengapa keagungan dan misteri ini harus memberi kita ketenangan dan pengharapan?

Tidak Terlalu Banyak Juga Tidak Terlalu Sedikit - Selasa 17 Maret
Ayat ini (Arns. 30:7-9) berisi satu-satunya doa dalam kitab Amsal. Ini bukan­lah secara kebetulan bahwa permohonan ini segera mengikuti penegasan Allah sebagai Pcncipta Agung (Ams. 30:4) dan janji kesetiaan-Nya (Ams, 30:5).

Bacalah Amsal 30:7-9. Mengapakah seseorang seharusnya meminta hal-hal tersebut?

Amsal 30:7-9
30:7 Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:
30:8 Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
30:9 Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.


Sebelum kita meminta apa pun kepada Allah, penting untuk memastikan hu­bungan kita dengan Dia adalah teguh. Jika kita berdusta, maka kita bertindak seolah-olah Allah, yang mengetahui segala sesuatu, bahkan tidak ada. Inilah sebabnya mengapa pengakuan.dosa kita merupakan prasyarat untuk pengam­punan (1 Yoh. 1:9). Kita tidak bisa menipu Allah; Dia melihat kita persis se­bagaimana kita ada. Ketika kita berdoa, gerakan dramatis bersujud, berbaring dalam debu seperti orang mati (Ral. 3:29), mengungkapkan bukan hanya rasa hormat dan kerendahan hati kita, tetapi menunjukkan kesadaran akan ketclan- jangan rohani kita di hadapan-Nya.
Dalam Amsal 30:8, penulis meminta Allah untuk "memberikan" bukan ke­miskinan dan bukan kekayaan. Pertama kali kata kerja "memberikan" digu­nakan dalam Alkitab dalam kaitannya dengan manusia, itu berkaitan dengan karunia Allah berupa makanan (Kcj. 1:29). Inilah sebabnya dalam banyak bu­daya makanan secara tradisi dikaitkan dengan doa. Kebutuhan dasar ini, yang membuat kita begitu bergantung pada Allah Pencipta, menempatkan penga­laman berdoa pada inti kelangsungan hidup kita.
Kedua permintaan tidak bertujuan hanya pada keseimbangan karakter ma­nusia. Mereka menyatu dalam satu tujuan: Kemuliaan Allah. Jika kita menda­pat terlalu sedikit, kita bisa saja mencuri dan menghina Allah; jika mendapat terlalu banyak, kita tidak merasakan kebutuhan akan Allah dan bahkan mung­kin menyangkal keberadaan-Nya. Bagaimana pun, perlu dicatat, bahwa hanya keadaan yang terakhir yang bisa menuntun kepada putus hubungan dari Allah; yang pertama kemungkinan akan membuat kita tetap berhubungan dengan- Nya.
Doa Bapa Kami membawa dua perhatian ganda: (1) "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat 6:11) menyediakan untuk ke­butuhan kita dan tidak lebih; dan (2) "Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan" (Mat. 6:33) mengurusi kebutuhan kita dan tidak kurang.

Pikirkan tentang betapa bergantungnya Anda pada Allah. Bagaimana­kah men jaga fakta yang sebenarnya itu selalu di dalam pikiran Anda bisa menolong Anda bertumbuh di dalam iman? Apakah bahaya-bahaya yang datang ketika kita melupakan ketergantungan ini?


Tindakan-tindakan yang Sombong- Rabu 18 maret
Sebagaimana kerendahan hati adalah positif dan membawa berkat, kurang­nya kerendahan hati berbahaya dan membawa kutuk. Setelah mendorong ke­utamaan kerendahan hati oleh menunjukkan pahala dan buahnya, Amsal 30 memberikan peringatan keras tentang bahaya yang datang dari kesombongan.
Mengutuki orangtuamu (Anis. 30:11, 17). Agur mulai dengan kategori ini, karena itu merupakan tindakan yang paling serius dari kesombongan, ketika anak-anak membenci sumber hidup mereka. Secara signifikan, menghormati dan memberkati orangtua adalah satu-satunya perintah yang terkait dengan janji kehidupan (Kel. 20:12; Ef. 6:2, 3), ketika hukuman kematian dijelaskan bagi pelanggarannya (Kel. 21:15, 17).
Kebenaran diri sendiri (Ams. 30:12, 20). Keadaan orang-orang berdosa yang menganggap diri mereka sendiri orang benar adalah buruk, karena me­reka akan tinggal dalam dosa mereka, percaya bahwa mereka murni dan tidak membutuhkan pengampunan. Ini sebabnya mengapa pengakuan dosa begitu mendasar untuk mendapatkan pengampunan (1 Yoh. 1:9). Jemaat Laodikia, yang mengaku bahwa mereka kaya, cerdas, dan berpakaian (meskipun tidak menyadari bahwa mereka miskin, buta, dan telanjang), dinasihati untuk mem­peroleh dari Allah alat-alat untuk memperbaiki kondisi mereka yang menye­dihkan (Why. 3:14-18).
"Di sini ditunjukkan mereka yang membanggakan diri mereka sendiri da­lam kepemilikan mereka akan pengetahuan dan keuntungan-keuntungan ro­hani. Tetapi mereka tidak menanggapi berkat-berkat yang tak terhingga yang Allah telah anugerahkan kepada mereka. Mereka telah penuh dengan pembe­rontakan, rasa tidak berterima kasih, dan melupakan Allah; dan Dia masih ber­urusan dengan mereka sebagai yang penuh kasih, ayah pemaaf yang berurusan dengan yang tidak tahu berterima kasih, anak bandel. Mereka telah menolak kasih karunia-Nya, menyalahgunakan hak-hak istimewa-Nya, meremehkan kesempatan-Nya, dan telah dipuaskan untuk tenggelam ke dalam kepuasan, dalam rasa tidak berterima kasih yang menyedihkan, formalisme kosong, dan kemunafikan ketidaktulusan hati." -Ellen G. White, Faith and Works, hlm. 83.
Penghinaan (Ams. 30:13, 14). Gambaran kesombongan yang disajikan di sini tidak menarik. Meskipun mereka memiliki tampilan sombong di wajah mereka, kesombongan tidak hanya tinggal di situ saja: Itu diwujudkan dalam penghinaan yang mereka sampaikan kepada yang mereka anggap di bawah mereka. Gambaran "gigi geligi" dan "gigi" (Ams. 30:14) menunjukkan betapa buruk tindakan mereka.

Pikirkan bagaimana Anda memperlakukan orang lain, terutama mere­ka kepada siapa Anda mungkin merasa superior (banyak di antara kita memiliki perasaan seperti itu beberapa kali, bukan? Bagaimanakah Anda bisa membuatnya benar? Bagaimanakah Anda dapat menampilkan ke­rendahan hati yang diperlukan untuk membuatnya benar?

Pelajaran dari Alam- Kamis 19 Maret
Di seluruh Alkitab, gambaran dari alam lelah digunakan untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran rohani. Di sini, juga, menggunakan alam, amsal menga­jarkan kita pelajaran tentang kerendahan hati.
Bacalah Amsal 30:18, 19. Apakah yang disampaikan di sini, juga, ten­tang batas-batas pemahaman manusia?
Amsal 30:18, 19

Agur melihat misteri bahkan dalam banyak hal-hal'yang "umum." Ini ada­lah suatu campuran misteri-misteri yang menarik yang ia hadirkan di sini. Dua yang pertama adalah dari binatang, elang yang melayang melintasi langit, ular perlahan bergerak di bumi. Dia kemudian bergeser kepada dua tindakan ma­nusia: Sebuah kapal di laut. dan seorang pria dengan seorang wanita. Bahkan saat ini, dengan semua pengetahuan ilmiah kita, masih begitu banyak misteri. Betapa pentingnya agar kita tidak pernah kehilangan apresiasi kita terhadap kedalaman dan keagungan hidup. Sikap itu pasti akan menolong kita tetap ren­dah hati di hadapan Allah.
Bacalah Amsal 30:24-28. Apakah misteri-misteri lain dari alain mena­rik perhatian penulis yang terpesona?
Amsal 30:24-28
30:24 Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan:
30:25 semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,
30:26 pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,
30:27 belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur,
30:28 cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.
Sungguh menarik bahwa ayat-ayat sebelumnya (Ams. 30:20-23) berkaitan dengan kebodohan manusia, kesombongan, dan perbuatan jahat. Dia kemudi­an bergeser ke dunia hewan, menunjuk kepada makhluk-makhluk kecil dan rendah hati, meskipun dia menggunakan kata Ibrani yang sama untuk "hik­mat" dalam referensi untuk mereka (makhluk-makhluk) yang digunakan da­lam referensi kepada manusia (Ams. 3:13) dan bahkan Allah sendiri (Ayb. 12:13; Mzm. 104:24). Bahkan saat ini, dengan semua kemajuan kita dalam ilmu pengetahuan, bagaimana makhluk-makhluk ini melakukan apa yang me­reka lakukan tetap di luar pemahaman kita sepenuhnya. Betapa lagi tindakan- tindakan mereka pasti telah membingungkan orang berhikmat ini di zaman­nya. Dan dia memang berhikmat, karena salah satu bukti utama dari hikmat adalah mengakui betapa sedikitnya yang kita tahu, bahkan hal-hal yang umum.
Pikirkan beberapa hal-hal "sederhana" di alam: Daun pohon; setetes air; kulit kerang. Bagaimanakah seharusnya fakta bahwa hal-hal yang penuh misteri ini membuat kita tetap rendah hati?

Jumat 20 Maret

Pendalaman: "Kita harus menghormati firman Allah. Terhadap buku yang tercetak itu kita harus menunjukkan penghormatan, jangan sekali-kali meng­gunakannya secara umum, atau memegangnya dengan tidak hati-hati. Dan ja­ngan sekali-kali Alkitab dikutip untuk lelucon atau kelakar, atau menafsirkan­nya untuk menunjukkan perkataan jenaka. 'Semua firman Allah adalah murni;' 'bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah' (Ams. 30:5; Mzm. 12:7)." - Ellen G. White, Membina Pendidikan Se­jati, hlm. 228, 229.
"Perkataan yang pertama yang diucapkan Kristus di atas bukit itu adalah kata bahagia. Berbahagialah mereka, kata-Nya, yang merasa dirinya miskin rohani dan yang merasa perlu akan keselamatannya. Injil itu harus disebar­kan kepada orang miskin. Bukan menyombongkan kerohanian, mereka yang mengaku dirinya kaya dan yang tidak memerlukan pertolongan, melainkan bagi mereka yang rendah hati dan yang menyesal.... Tuhan tidak dapat berbuat sesuatu untuk memulihkan manusia sampai manusia itu mengakui kelemah­annya, dan mengukir segala kesombongan diri, dan menyerahkan dirinya ke bawah pengawasan Tuhan. Kemudian barulah ia dapat menerima pemberian Allah yang sudah siap untuk dicurahkan. Dari jiwa yang merasakan kebutuh­annya, tidak ada yang ditahankan. la tidak dihalangi datang kepada Dia di da­lam siapa berdiam segala kesempurnaan." -Klien G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 319.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.    Pikirkan rencana keselamatan dan apa yang diperlukan untuk me­nyelamatkan kita. Artinya, kita begitu jatuh, begitu korup, begi­tu jahat, bahwa regenerasi saja tidak akan cukup untuk menebus kita dari dosa. Tidak peduli berapa banyak kita diubahkan dan dipulihkan, bahwa regenerasi dan pemulihan tidak dapat menyela­matkan kita. Kita butuh pengganti, seseorang yang secara hukum berdiri di tempat kita dan kebenarannya saja sudah cukup untuk membuat kita benar di hadapan Allah. Apakah yang realitas ini sendiri seharusnya nyatakan kepada kita tentang mengapa kesom­bongan dan kebanggaan pasti men jadi beberapa dosa terburuk da­lam makhluk-makhluk berdosa seperti kita?
2.     Apakah beberapa cara berbeda tentang keberadaan kita bergan­tung pada Allah? Apakah hal-hal di alam itu sendiri yang menun­jukkan kepada kita bagaimana Allah menopang keberadaan kita?
3.     Pikirkan lebih lanjut doa dalam Amsal 30:7-9. Lihatlah keseim­bangan di sana. Bagaimanakah kita menemukan keseimbangan dalam semua yang kita lakukan? Mengapakah ini sangat penting?


Penuntun Guru
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Amsal 30
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Belajar menghargai dengan sungguh-sungguh sumber hikmat Ilahi yang ditemukan dalam diri Pencipta dan menghargai seluruh hikmat dari Ilahi yang memberikan petunjuk berharga supaya sukses dalam kehi­dupan sekarang.
Merasakan: Keinginan untuk mempelajari cara-cara Allah di alam dan me­nemukan berkat-Nya di sana serta merasa termotivasi untuk menerapkan nasihat Allah yang praktis bagi kehidupan sehari-hari yang sukses. Melakukan: Berdoa agar kila menghidupkan di dalam diri hikmat dan ku­asa Allah sebagai cetakan biru dari Firinan-Nya, yang membedakan "mana­kah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), bukan sesuai asumsi budaya sekular.

Garis Besar Pelajaran:
I.     Mengetahui: Sumber Berharga yang Ditemukan Saat Dunia
Diciptakan Allah
A.  Bagaimanakah bisa pelajaran dari alam mengajarkan kita tentang karakter Sang Pencipta?
B. Melalui dosa telah banyak mengubah "kebaikan" dari pencipta- an mula-mula, bagaimana kita bisa menafsirkan dengan benar apa yang sekarang kita lihat di sana?
II.   Merasakan: Pentingnya Menafsirkan Alam Melalui Kitab Suci
A.    Meskipun Salomo dan Agur (penulis banyak dari kitab Amsal) ju­ga tinggal di dunia yang penuh dosa, bagaimana mereka mampu te­tap percaya pada kebaikan Sang Pencipta dan tidak terhalang oleh keburukan di dunia?
B.    Bagaimanakah keseluruhan teori evolusi menurunkan nilai hewan- hewan dan alam?
III.  Melakukan: berkomunikasi dengan Pencipta Alam: Suatu Berkat Hari Sabat
A.    Bagaimanakah Sabat membantu kita untuk belajar tentang "keba­ikan" Pcnciptaan?
B.    Bagaimanakah keyakinan dalam Pcnciptaan harfiah dunia ini (Ke­jadian I, 2) perlindungan terhadap interpretasi palsu asal usul kita?
Rangkuman: Amsal 30 menyajikan cara hidup yang didasarkan pada cetakan biru Sang Pencipta, termasuk berkat-berkat yang dihasilkan, meng­ingatkan bahwa persekutuan kita dengan Sang Pencipta adalah kehidupan terbaik,, bahkan di hadapan surga.
Siklus Belajar
LANGKAH 1 - Memotivasi Fokus Alkitab: Amsal 31:1-6
Kunc:i Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Kita bisa percaya sepenuhnya pada keandalan dan kebenaran dari Firman yang dinyatakan Allah.
Untuk Guru: Amsal 30 menginstruksikan bahwa ketidakpastian moral dan relativisme akhirnya tidak bekerja. Batasan benar dan salah, baik dan buruk, kebenaran dan kepalsuan tidak bisa dihapus tidak peduli seberapa besar tekad dari masyarakat pasca modern untuk mencoba. Toleransi terhadap kejahatan dan ketidakpedulian moral juga tidak memberikan kebajikan atau tanggapan yang memadai, sesuai dengan Kitab Amsal.
Aktivitas Pembuka: Sudahkah kelas Anda mempertimbangkan berapa ba­nyak masalah serius di masyarakat modern dapat dihubungkan dengan meng­abaikan ajaran Allah. Apakah bedanya dalam masyarakat jika semua pasangan setia satu sama lain dan tidak ada perzinaan? Apakah bedanya jika tidak ada pencuri, jika semua orang selalu jujur di rumah dan di tempat kerja?
Pertimbangkanlah: Kitab Amsal tidak hanya melampirkan pengetahuan tentang Allah kepada sistem hikmat sekular lainnya. Sebaliknya, ajaran Allah mendominasi hikmat Alkitablah, sumber sejali dari hikmat dan pemahaman serta standar segala sesuatu yang dinilai. Selain itu, hubungan pribadi dengan Tuhan adalah obat untuk kebodohan manusia. Mengapakah begitu sulit bagi hati dan pikiran untuk mengakui ketidaktahuan manusia?
LANGKAH 2-Menyelidiki
Untuk Guru: Pasal 30 dimulai dengan Aguryang mengakui bahwa dia sen­diri tidak dapat menemukan hikmat (ay. 2, 3), kemudian, dengan pertanya­an retoris, ia menginstruksikan bahwa Tuhan sendiri yang memiliki hikmat (ay.) dan bahwa Dia rela membagikan hikmat melalui Firman-Nya (ay. 5). Akhirnya, Amsal memperingatkan bahwa Firman Tuhan tidak boleh dirusak dengan: "Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta" (ay. 6), sentimen ini diberikan oleh penulis Alkitab lainnya (Musa dan Yohanes).
Komentar Alkitab
I. Pengetahuan Allah
(Tinjau Kembali Amsal 30:3-6 Bersama kelas.)
Ajaran Alkitab tentang Penciptaan harfiah berdasarkan buku hikmat. Al­lah sendiri, dalam pidato terpanjang-Nya dalam Alkitab (kepada Ayub, dalam Ayub 38-4 I), mengacu pada sukacita menciptakan dunia ini.
Memercayai pernyataan Penciptaan Alkitab, yang dijunjung di seluruh Al­kitab, akan menginformasikan dan memperluas perspektif manusia terhadap karakter dan pekerjaan Tuhan. "'Alkitab tidak mengatakan bahwa Allah adalah pengampunan, meskipun ia adalah pengampun, atau bahwa Allah adalah pe­ngetahuan, meskipun Tuhan mengetahui segala sesuatu, atau bahwa Allah ada­lah penguasa, meskipun ia berkuasa atas segala sesuatu. Semua, atribut lainnya, seperti sisi pada berlian, jendela yang bersinar ke dalam hati Tuhan" — Timothy R. Jennings, Ml), The God-shaped Brain: How Changing Your View o/God Transforms Your Life (Downers Grovc, Illinois: InterVarsity Press, 2013) hlm. 22.
Menurut Agur dan semua penulis Alkitab, pengetahuan yang benar berasal dari penyerahan dengan sukacita kepada Pencipta langit dan bumi, karena Dia yang layak. Ketidaktahuan manusia tentang Tuhan dan kuasa penciptaari-Nya menyebabkan perlawanan kepada Allah, sebagai catatan Salomo: '"Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah lelah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih'" (Pkk 7:29). Karena dosa manusia, ha­nya sebagian dari Penciptaan yang mengungkapkan tatanan ilahi. Selain itu, pemahaman manusia telah menjadi rusak karena dosa dan dengan demikian tidak cukup sepenuhnya memahami semua realitas.
Pertimbangkanlah: Apakah praduga manusia yang mendasari banyak pe­mikiran palsu tentang karakter Allah dan pekcrjaan-Nya? Apakah yang Alkitab katakan bagaimana kondisi prasyarat atau sikap untuk menerima pengetahuan yang benar?

II.   Kesombongan
(Tinjau kembali Amsal 30:10-31 bersama kelas.)
Amsal 30:10-31 mendaftarkan perilaku yang memutarbalikkan tatanan so­sial. Lebih buruk lagi, perilaku seperti menolak perspektif ilahi (berbicara ten­tang asumsi manusia, bukan kemampuan mental). Sangat kurang menghormati kebenaran Allah. Kitab Amsal menggambarkan hal ini seperti lebih memilih hidup dengan ilusi, mengadopsi perspektif yang berdosa sebagai standar mo­ral- mengingatkan kita bahwa masalah masyarakat bukan hasil dari defisiensi mental tetapi dari kesombongan rohani.
Dalam Amsal, orang yang melakukan ini dijuluki "sederhana" atau "bodoh" dan digambarkan sebagai mudah tertipu, tidak bertanggung jawab, berkepala kosong, tak berpengalaman, hanyut ke dalam pencobaan, dan tidak menerima disiplin, teguran, atau koreksi.
Pertimbangkanlah': Prinsip pertama hikmat dalam Amsal adalah takut akan Tuhan. Ini bukan hanya salah satu aspek dari belajar tetapi tempat dari mana mencari hikmat harus dimulai. Keputusan seperti itu akan menentukan pertumbuhan apa pun dari hikmat, termasuk dimensi moral. Semua penulis Alkitab bekerja dengan asumsi yang sama ini. Bagaimanakah bisa seseorang yakin bahwa prinsip pertama ini benar? Mengingat sifat dari prinsip pertama, apakah langkah pertama yang perlu ambil seseorang dalam mencari hikmat?.

III.  Pelajaran dari Alam
(Tinjau kembali Amsal 30:18, 19, 24-31 bersama kelas.)
Menurut Amsal, salah satu cara terbaik untuk belajar tentang Tuhan dan jalan-Nya adalah melalui dunia yang diciptakan yang dijadikan-Nya. Meski­pun banyak orang berpikir tentang binatang hanya dalam hal bagaimana me­reka mencicipi, pelajaran pekan ini, bersama dengan banyak ayat lain dalam Amsal, mengajarkan kepada kita bahwa binatang dapat menjadi guru kepada kita: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak" (Amsal 6:6) diikuti dengan deskripsi ketekunan mereka).
Begitu banyak yang sedang dipelajari tentang keajaiban dari semua kehi­dupan, termasuk kecerdasan hewan. Sebagai contoh, jika ada yang bertanya- tanya mengapa Tuhan "memerintahkan gagak" untuk memberi makan Elia (1 Raja-raja 17:4), buku Crows: Wise Guys of the Avian World, oleh Candace Savage (Vancouver, British Columbia, Kanada: Greystone Book 2005), mem­berikan penjelasan. Berhubungan dengan kehidupan hewan dapat bermanfaat dalam melembutkan hati kita, karena hewan memiliki perasaan dan kasih sa­yang, EUen White mencatat: "Banyak binatang dungu tetapi kecerdasan yang ditunjukkannya nyaris mendekati kecerdasan manusia, hal mana merupakan satu rahasia. Binatang-binatang itu melihat dan mendengar dan mengasihi ser­ta takut dan menderita. Mereka menggunakan organ tubuh mereka itu jauh le­bih setia daripada manusia menggunakan tubuh mereka. Binatang menyatakan rasa simpatisan kelembutan terhadap pasangannya pada saat menderita. Ba­nyak binatang yang menunjukkan kasih sayang kepada manusia yang mengu­rus mereka, jauh melebihi kasih sayang yang ditunjukkan oleh sebagian umat manusia. Hewan-hewan itu menjalin ikatan dengan manusia yang tidak akan terputus tanpa menimbulkan penderitaan besar di pihak hewan itu.
"Manusia manakah dengan hati manusiawinya, yang pernah memelihara he­wan jinak, dapat memandang ke dalam mata hewan itu dengan penuh keperca­yaan dan kasih sayang, lalu tega menyerahkan hewan itu untuk digorok tukang jagal? Bagaimanakah dia dapat menikmati dagingnya bagaikan sepotong kue yang lezat?"—Membina Keluarga Sehat, hlm. 287. Setelah semua, baik manu­sia dan hewan terbuat dari "bahan yang sama" (Kej. 2:7, 19).
Yesus sendiri menghargai hal-hal yang dibuat dari tangan-Nya sendiri: "Dan mengapa kamu khawatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepada­mu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu" (Matius 6:28, 29). Ellen G. White juga membawa perha­tian kita pada keajaiban alam dunia ini: "Sementara kita mendekat pada inti alam, kehadiran-Nya adalah nyata di hadapan kita dan berbicara ke dalam hati kita tentang damai sejahtera dan kasih-Nya."—Membina Kehidupan Abadi, hlm. 17.
Seorang psikolog pendidikan berpendapat bahwa jika anak-anak mengha­biskan lebih banyak waktu dalam kekuatan penyembuhan alam daripada sti­mulasi yang tidak alami melalui teknologi elektronika, maka hanya sedikit masalah dan pemberontakan dalam sistem sekolah (lihat Richard Louv, Last C h i l d in ihe Woods: Saving Our Childran From Nature-deficit Disorder (Chapel Hill, NC : Algonquin Books of Chapel Hill, 2008)
Pertimbangkanlah: Semakin kita mengerti tentang dunia alam—tumbuh­an, hewan, komposisi air dan kebugaran yang tepat untuk hidup (apalagi kebu­tuhan untuk hidup), udara yang kita hirup, jarak yang tepat dari matahari yang kita perlukan untuk hidup, dan sebagainya—lebih limpah kekaguman kita ke­pada Sang Pcncipta. Pengendaliannya atas waktu (menciptakan tujuh hari per­tama Penciptaan dan kemudian membungkuk bersama mereka ke dalam pekan pertama) juga memberikan bukti kekuasaan dan kasih-Nya. Apakah yang telah menyebabkan manusia menjadi begitu terasing dari hewan dan alam?
LANGKAH 3-Aplikasi
Untuk Guru: Jika kita pernah mengetahui hikmat, kita harus diajar oleh Allah, yang memiliki pengetahuan yang benar. Sikap inilah, yang mendasari seluruh kitab Amsal, menyangkal rasionalisme pencerahan, yang berpendapat bahwa tanpa bantuan, hikmat manusia bisa mencapai kebenaran. Pemikiran ini telah terbukti menjadi kegagalan besar-besaran. Ya, gereja abad pertengahan memiliki catatan berdarah, tetapi ateisme modern bahkan lebih brutal. Sayang­nya, bagaimanapun, kegagalan sikap pencerahan telah menyebabkan penye­satan pada kesimpulan pasca modern - bahwa tidak ada yang absolut (kecuali itu!). Kitab Amsal menekankan pada perspektif alternatif: keandalan dan kebe­naran yang Allah terungkap dalam Firman.
Pertanyaan untuk Dipikirkan: Apakah bukti dari kitab Amsal yang meng­ingatkan kita bahwa meskipun dunia sekarang berdosa, Tuhan tidak menyen­diri, jauh, dingin, dan terlarang, melainkan intim, pribadi, hangat, dan mengu­atkan?
Pertanyaan Aplikasi:
Apakah beberapa alasan mengapa kita begitu lambat untuk menghargai keaja­iban alam dan juga Pencipta alam?
Jeajahilah alasan mengapa teori evolusi telah merendahkan nilai alam.
LANGKAH 4-Kreativitas
Untuk Guru: Solomon, seperti ayahnya. Daud, terkesan dengan penciptaan dunia. Temukanlah.beberapa mazmur di mana Daud meninggikan Sang Pen­cipta dengan memuji-Nya untuk karya ciptaan-Nya (misalnya, Mazmur 19, 33, 104). Mintalah kelas untuk berbagi beberapa pengalaman mereka di alam yang telah menarik mereka lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Aktivitas: Bawalah ke kelas artikel dan buku tentang binatang yang ber­beda yang mengungkapkan kecerdasan mereka, kasih sayang, dan kerja ke­ras. Atau bagikanlah contoh dari interaksi Anda sendiri, atau pengamatan de­ngan, hewan yang mengungkapkan kccerdasan, kasih sayang, dan kerja keras mereka. Sejumlah situs web juga memuat video burung terbang dalam gerak lambat, menangkap kemegahan terbang dan bulu ekor mereka dalam gerak­an, yang mata berdosa hanya samar-samar saat kita melihat seperti kepakan sederhana.

Pelajaran 13
Perempuan dan Anggur
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Inl, Bacalah": Ams. 31; Ayb. 29:15; Ams. 8; 1 Kor. 1:21; Wiiy. 14:13.
AYAT HAFALAN: "Jangan berikan kekuatanmu kepada perempu­an, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja. Tidaklah pantas bagi raja, hai I.emuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini mi­numan keras" (Amsal 31:3, 4).
Kitab Amsal mulai dengan pengajaran-pengajaran dari seorang ayah (Ams. 1:1, 8: 4:1) dan berakhir dengan pengajaran-pengajaran dari se­orang ibu (Ams. 31:1). Nama Lemucl mungkin menyinggung kepada Salomo; jika demikian, maka ibu Lemucl adalah ibu Salomo, dan ia menga­markan anaknya terhadap dua ancaman paling serius bagi sang raja: anggur dan wanita.
Hubungan anggur dan hikmat adalah disengaja. Untuk menjadi efisien seba­gai penguasa, sang raja harus berhati-hati terhadap pengaruh-pengaruh yang ia hadapi, dan kedua faktor ini bisa sangat berkuasa. Meskipun wanita yang tepat dapat bermanfaat, alkohol hanyalah masalah.
Pendahuluan sang ayah berkaitan dengan pemahaman rohani hikmat. Seka­rang kesimpulan sang ibu berkaitan dengan penerapan hikmat dalam kehidup­an nyata. Untuk prinsip-prinsip rohani yang diajarkan sang ayah tidak akan berarti apa-apa jika nasihat praktis yang ditawarkan sang ibu tidak diikuti.
* Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 28 Maret.







No comments:

Post a Comment