Pelajaran 1 Triwulan III, 2013

Kebangunan: Kebutuhan Kita yang Besar
Sabat Petang
Bacalah Untuk Pelajaran Pekan Ini: Why. 3:14-21, Ibr. 12:7-11, Mat. 25:1-13, Za. 3:1-5, Pkh. 5:2-5.
AYAT HAFALAN: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama de­ngan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Why 3:20).
Laodikia adalah jemaat terakhir dalam urutan tujuh jemaat di buku Wahyu. ClJ Laodikia berarti "orang-orang yang dihakimi." Itu juga merupakan simbol yang tepat bagi umat Allah di akhir zaman. Laodikia terletak di sebuah lembah terbuka di barat daya Turki. Itu adalah pusat keuangan yang penting, kiblat dari mode, pusat pendidikan dan medis. Penduduknya hidup mandiri, percaya diri, dan kaya.
Satu sumber daya alam yang tidak dimiliki kota itu, bagaimanapun juga, adalah air. Air dialirkan melalui saluran pipa-pipa air Roma dari mata air yang berjarak lima mil arah selatan kota. Pada saat air tiba di Kota Laodikia, air te­lah menjadi suam-suam kuku. Yesus menggunakan gambaran itu untuk meng­gambarkan kondisi suam dari gereja-Nya di akhir zaman, yang digambarkan sebagai yang percaya pada diri sendiri, merasa puas, apatis, dan tidak peduli terhadap agama. Ini adalah gereja yang telah kehilangan semangat. Itu adalah gereja yang memerlukan kebangunan rohani.
Namun demikian, pekabaran Laodikia dipenuhi oleh pengharapan. Kristus berbicara kepada umat-Nya dalam kasih, menawarkan kebutuhan hati mereka dan menghidupkan kerinduan rohani mereka yang terdalam.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 6 Juli
Minggu 30 Juni
PENGHARAPAN BAGI ORANG LAODIKIA YANG SUAM
Yesus menegur masing-masing ketujuh jemaat dalam buku Wahyu 2 dan 3 dengan gelar diri-Nya sendiri yang cocok dengan kondisi kerohanian mereka. Gelar-gelar yang Yesus gunakan dalam pekabaran-Nya kepada jemaat Laodikia mendengung dengan jaminan pembaruan rohani bagi semua yang mengin­dahkan panggilan-Nya.
Bacalah ayat-ayat berikut (Why. 3:14, 15; 2 Kor. 1:20; Yoh. 3:10, 11; Kol. 1:13-17). Menurut saudara, mengapakah Yesus menggunakan gelar: "Amin," Saksi yang setia dan benar," dan "permulaan dari ciptaan Allah" untuk menegur jemaat Laodikia?
Why. 3:14, 15;
3:14. "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
3:15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!

2 Kor. 1:20;
1:20 Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

Yoh. 3:10, 11;
3:10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
3:11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami.

Kol. 1:13-17
1:13 Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;
1:14 di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.
1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
1:16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
1:17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

                Dalam Wahyu 3:14, kata Yunani untuk "awal" adalah arche. Ini bisa ber­arti "permulaan," dalam arti bahwa pribadi/oknum kepada siapa kata itu ditu­jukan adalah orang yang memulai sebuah peristiwa atau tindakan. Dalam kon­teks ini, arche menunjuk kepada Yesus sebagai Yang Memulai, atau penyebab pertama dari semua ciptaan. Dengan kata lain, Dia adalah Pencipta (Yoh. 1:1-3; Ef. 3:8, 9).
Hal ini sangat teramat penting. Yesus, Oknum yang berbicara dan dunia- dunia menjadi ada, Oknum yang menciptakan dunia, Oknum yang menyatakan kehidupan menjadi ada—Yesus yang sama yang menyampaikan pengharapan kepada jemaat Laodikia. Sang Pencipta Yang Mahakuasa dapat menciptakan kehidupan baru. Dia dapat menciptakan kembali kerinduan rohani yang baru dalam hati kita. Dia bisa mengubah kehidupan rohani kita.
Bacalah 2 Korintus 5:17 dan Galatia 6:14,15. Apakah makna ayat-ayat ini kepada saudara secara pribadi?
2 Korintus 5:17
5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Galatia 6:14,15
6:14 Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.
6:15 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.

Mengapakah pekabaran Laodikia adalah pekabaran pengharapan? Apakah pendahuluan dari pekabaran teguran yang keras ini mendorong saudara? Manakah dari tiga gelar Yesus yang saudara lebih sukai mara pribadi, dan mengapa?

Senin 1 Juli
SUATU TEGURAN KASIH

Bacalah Wahyu 3:15,16. Mengapakah Yesus memberikan teguran yang begitu keras kepada jemaat Laodikia? Apakah arti menjadi suam? Apa­kah kata-kata lain yang mungkin Yesus dapat gunakan sebagai pengganti "suam?"
Wahyu 3:15,16
3:15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
3:16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

                Mengomentari Wahyu 3:15,16, Ellen G. White menyatakan: "Pekabaran ke­pada jemaat Laodikia berlaku paling nyata atas mereka yang pengalaman ke- rohaniannya hambar, yang tidak menghasilkan kesaksian nyata sesuai dengan kebenaran."—The SDA Bible Commentary, jld. 7, hlm. 962. Ini adalah sebuah pernyataan yang sangat menarik. Pengalaman kerohanian yang hambar adalah sesuatu yang tidak memiliki nyawa. Itu memiliki kulit luar Kekristenan tetapi tidak memiliki pokok Kekristenan. Itu memiliki bentuk luar tetapi tidak memi­liki daya hidup. OVang Laodikia bukanlah biSat atau fanatik yang berapi-api, mereka hanya acuh tak acuh secara rohani. Orang Laodikia tampaknya orang- orang yang bermoral baik. Mereka memiliki apa yang Paulus sebut, "suatu bentuk kesalehan tetapi menyangkal kekuatannya" (2 Tim. 3:5, NKJV). Yesus berbicara mengenai orang-orang beragama di zaman-Nya yang "datang dekat kepada-Nya dengan mulut mereka dan memuliakan Dia dengan bibir mereka, tetapi hati mereka jauh dari pada-Nya" (Mat. 15:8).

Bacalah Ibrani 12:7-11; Ayub 5:17-19; Mazmur 94:12;dan Amsal 29:15, 17, dan jelaskanlah maksud Allah dalam teguran-Nya?
Ibrani 12:7-11;
12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Ayub 5:17-19;
5:17. Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.
5:18 Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.
5:19 Dari enam macam kesesakan engkau diluputkan-Nya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka.

Mazmur 94:12;
94:12. Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu,

Amsal 29:15, 17
29:15. Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.

Tuhan kita terlalu mengasihi umat-Nya untuk membiarkan mereka pergi de­ngan mudah menuju kebinasaan. Dia akan melakukan apa pun untuk menyala­kan kembali api kerohanian dalam hati mereka. Teguran-Nya yang kuat adalah karena cinta-Nya yang lebih kuat. Hukuman-Nya adalah hanya karena Ia rindu menyembuhkan kita. Nabi Hosea menggemakan perasaan ini dengan panggilan kepada pertobatan: "Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita" (Hos. 6:1).
Pernahkah Allah menggunakan pengalaman-pengalaman yang menya­kitkan, bahkan memalukan, untuk membuat saudara menjadi rendah hati dan menarik saudara lebih dekat kepada-Nya? Apakah yang saudara pelajari dari pengalaman-pengalaman itu, idealnya, agar memastikan sau­dara tidak perlu menjalaninya lagi?

Selasa 2 Juli
PERSEPSI DAN REALITAS
Ada kesenjangan antara apa yang Laodikia katakan dan lakukan. Bahkan ada suatu kesenjangan yang lebih besar antara pengalaman rohani yang Laodi­kia pikir ia miliki dan apa yang sesungguhnya ia miliki.
Bacalah Wahyu 3:17. Apakah evaluasi Laodikia tentang dirinya sen­diri? Apakah penilaian Tuhan tentang dia? Menurut saudara, bagaima­nakah orang bisa begitu buta dengan kondisi rohani mereka yang sebe­narnya? Dalam hal apakah kita mungkin buta terhadap kondisi rohani kita sendiri?
Wahyu 3:17
3:17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Salah satu tipuan Setan yang fatal adalah membuat kita buta terhadap re­alitas kebutuhan rohani kita. Beberapa pemimpin agama di zaman Yesus buta terhadap kemiskinan rohani mereka sendiri. Mereka adalah pembaca Alkitab, pemelihara hari Sabat, anggota jemaat yang membayar persepuluhan yang se­dang menanti kedatangan Mesias. Namun, banyak berada dalam kegelapan se­hubungan dengan bentuk kerajaan rohani yang la akan bawa. Yesus menyebut mereka "pemimpin-pemimpin buta" (Mat. 23:24). Paulus menulis kepada je­maat di Korirrtus tentang mereka "yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini" (2 Kor. 4:4). Inilah sebabnya mengapa Yesus berkata bahwa Ia da­tang untuk "pemulihan penglihatan bagi orang buta" (Luk. 4:19). Yesus akan memulihkan penglihatan

rohani kita yang telah hilang jika kita mengizinkan- Nya. Setiap kali Yesus mencelikkan mata yang buta dalam Perjanjian Baru, Dia mengungkapkan keinginan-Nya untuk membuka mata pikiran kita agar kita mampu melihat Dia dengan jelas.
Bacalah Matius 25:1-13. Apakah persamaan-persamaan wanita-wanita yang bodoh dan anggota-anggota jemaat di Laodikia?
Matius 25:1-13
25:1. "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Cara apakah yang engkau temukan agar tetap waspada secara rohani? Menurut saudara, mengapa begitu mudah untuk menjadi acuh tak acuh secara rohani? Cara-cara apakah dapat digunakan untuk melawan sikap apatisme agama?

Rabu 3 Juli
OBAT ILAHI
Ada harapan bagi Laodikia, sebagaimana masih ada harapan bagi semua yang dipengaruhi oleh kerohanian yang apatis dan acuh tak acuh. Tuhan kita mempunyai obat Ilahi. Kenyataan bahwa Tuhan berbicara kepada jemaat ini menunjukkan bahwa harapan bagi jemaat itu ada jika umat-Nya menerima dan mengikuti nasihat-Nya.
Renungkanlah nasihat Yesus dalam Wahyu 3:18,19. Apa yang Yesus maksudkan ketika Ia berbicara tentang "emas yang dimurnikan di dalam api" mengenakan "pakaian putih" dan mata kita diminyaki dengan "salep mata?" (Lihat juga I Ptr. 1:7; Za. 3:1-5; Why. 19:7-9; Ef. 4:30).
I Ptr. 1:7;
1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya

Za. 3:1-5;
3:1. Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.
3:2 Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: "TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?"
3:3 Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu,
3:4 yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: "Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya." Dan kepada Yosua ia berkata: "Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta."
3:5 Kemudian ia berkata: "Taruhlah serban tahir pada kepalanya!" Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ.

Why. 19:7-9;
19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
19:9 Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Ef. 4:30
4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

"Yesus pergi dari pintu ke pintu, berdiri di depan setiap kaabah jiwa, me­ngumandangkan, 'Aku berdiri di depan pintu, dan mengetok.' Dan sebagai pe­dagang surgawi, Ia membuka harta-Nya, dan berseru, 'beli dari padaku emas yang sudah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya; dan pakaian pu­tih, agar engkau memakainya, sehingga rasa malu karena ketelanjanganmu ti­dak muncul.' Emas yang Ia tawarkan adalah tanpa campuran, lebih berharga daripada Ophir; karena itu adalah iman dan kasih."
"Pakaian putih yang Ia undang setiap jiwa untuk kenakan adalah jubah kebenaran-Nya sendiri, dan minyak untuk pengurapan adalah minyak kasih karunia-Nya, yang akan memberikan penglihatan rohani bagi jiwa yang berada dalam kebutaan dan kegelapan, agar mereka dapat membedakan antara pekerjaan Roh Allah dan roh musuh. Bukalah pintumu, kata pedagang besar itu, pemilik dari semua kekayaan rohani, dan bertransaksilah dengan-Ku. Ini Aku, Penebusmu, yang menasihati engkau untuk membeli daripada-Ku."—Ellen G. White, The Advent Review and Sabbath Herald, Aug. 7, 1894.
Ellen G. White mengutip Wahyu 3:20, perkataan Yesus, "'Aku berdiri di pintu, dan mengetok.'" Yesus mengetok; Dia tidak mendobrak pintu dan memaksa untuk masuk. Maksudnya adalah, pada akhirnya, terlepas dari apa yang Allah mau lakukan bagi kita, kita harus membuat pilihan untuk mengizinkan Dia masuk. Tanyakan pada dirimu sendiri, "bagaimanakah kita menolak untuk membuka pintu bagi-Nya? Jika saudara merasa berat, tanyakan dirimu sendiri, "mengapa?" Apakah yang menghalangi saudara? Dosa apa,kesenangan apa, yang saudara tidak mau lepaskan, atau apakah yang saudara temukan yang begitu sulit untuk melepaskannya?

Kamis 4 Juli
KASIH YANG TIADA HENTI

Bandingkanlah Wahyu 3:20 dengan Kidung Agung 5:2-5. Apakah persamaan-persamaan yang saudara temukan dalam kedua contoh tersebut? Apakah yang ayat-ayat ini nyatakan tentang kasih Allah?

Wahyu 3:20
3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Kidung Agung 5:2-5
5:2. Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
5:3 "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
5:4 Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
5:5 Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.

Makan malam di Timur Tengah dulu dan sekarang masih merupakan se­suatu yang sangat penting. Ketika pekerjaan sepanjang hari telah selesai dan orang-orang kembali dari ladang untuk makan malam, seluruh keluarga ber­kumpul di sekeliling meja. Dalam banyak contoh keluarga-keluarga yang lain juga tinggal bersama-sama. Jumlah orang yang akan makan malam akan ber­tambah banyak. Kakek dan nenek, saudara laki-laki dan perempuan, bibi dan paman, keponakan dan sepupu, orang dewasa dan anak-anak mungkin hadir. Dalam reuni besar setelah kerja keras sepanjang hari ini, cerita-cerita akan di­sampaikan, pengalaman-pengalaman akan dibagikan, dan nasihat diberikan. Itu adalah saat persekutuan. Itu adalah waktu kehangatan dan keintiman keluarga. Yesus juga rindu memiliki persekutuan seperti ini dengan kita.
Bagaimanakah janji Kristus dalam Wahyu 3:21 mengungkapkan keinginan-Nya yang tulus bagi masing-masing kita?
Wahyu 3:21
3:21 Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
Buku Wahyu menyebutkan Takhta Allah sebanyak 37 kali. Ini lebih banyak dari semua buku yang ada di dalam Alkitab. Pada Takhta Allah, kita bergabung dengan paduan suara surgawi dan dengan gembira menyatakan: "'Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian'" (Why 5:12). Dia berjanji bahwa kita dapat berpartisipasi dalam perayaan sukacita yang besar ini ketika kisah panjang dari dosa berakhir.
Kristus menggunakan motivasi-Nya yang terbesar bagi umat-Nyayang acuh tak acuh di akhir zaman. Kasih-Nya telah menyediakan keabadian bagi kita. Kita memiliki darah bangsawan yang mengalir di dalam pembuluh darah kita. Kita adalah putra dan putri Raja Alam Semesta. Kita dapat memerintah bersama Dia, duduk di atas takhta-Nya selamanya. Motivasi terbesar untuk membangunkan kita dari tidur rohani adalah kasih Yesus yang tidak berkeputusan, karena Dia rindu untuk menjalani masa kekekalan bersama kita. Jika itu belum cukup untuk mengeluarkan kita dan sikap apatis rohani kita, apa lagi? Jika itu belum cukup untuk membawa kita bertelut mencari kebangunan, adakah yang lain?
Kristus rindu untuk berada dalam persekutuan dengan saudara. Se­berapa inginkah saudara untuk berada dalam persekutuan dengan Dia? Jawabannya adalah sederhana. Berapa banyakkah waktu yang saudara gunakan dalam doa dan persekutuan dengan Tuhan? Apakah jawabanmu memberitahu saudara tentang dirimu sendiri dan, mungkin, betapa suamnya saudara?

Jumat 5 Juli
Pendalaman: "Sebuah kebangunan dan pembaruan harus berlangsung di bawah tuntunan pelayanan Roh Kudus. Kebangunan dan pembaruan adalah dua hal yang berbeda. Kebangunan menandakan pembaruan hidup rohani, memper­cepat kuasa pikiran dan hati, kebangkitan dari kematian rohani. Pembaruan me­nandakan reorganisasi, perubahan ide-ide dan teori-teori, kebiasaan-kebiasaan dan praktik-praktik. Pembaruan tidak akan menghasilkan buah kebenaran yang baik kecuali itu dihubungkan dengan kebangunan Roh. Kebangunan dan pem­baruan adalah melakukan pekerjaan yang telah ditentukan bagi mereka, dan da­lam melaksanakan pekerjaan ini keduanya harus disatukan."—Ellen G. White, The Advent Review and Sabbath Herald, Feb. 25, 1902.
"Nasihat dari Saksi Yang Setia adalah penuh dengan dorongan dan kele­gaan. Gereja-gereja mungkin belum memperoleh emas kebenaran, iman, dan kasih/dan menjadi kaya dalam harta surgawi. 'Belilah dari padaku emas su­paya engkau menjadi kaya dan pakaian putih supaya engkau kenakan, agar rasa malu atas ketelanjanganmu tidak akan muncul.' Pakaian putih adalah kebenaran Kristus yang dapat ditempa ke dalam karakter. Kesucian hati, kemurnian mo­tif, akan menandai setiap orang yang mencuci jubahnya, dan menjadikannya putih di dalam darah Anak Domba."—Ellen G: White, The Advent Review and Sabbath Herald, July 24, 1888.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.       Apakah yang sangat berbahaya tentang menjadi suam? Mengapa itu dapat menuntun kita begitu mudah kepada penipuan terhadap diri sendiri secara rohani?
2.        Mengapakah beberapa orang Kristen kelihatannya begitu bercahaya dan yang lain begitu acuh tak acuh? Apakah ini menyangkut masa­lah kepribadian yang berbeda, atau ada sesuatu yang lebih dalam? Jika demikian, apa?
3.       Diskusikan dengan kelasmu cara-cara untuk menghindari menjadi acuh tak acuh secara rohani? Bagaimanakah kita dapat menjaga pengalaman kerohanian kita bersemangat dan berkembang? Hal-hal apakah yang dapat kita lakukan sebagai satu tubuh, secara keselu­ruhan, untuk menjaga diri kita sendiri dari menjadi "suam?"
4.        Menurut saudara, mengapa Allah lebih suka kita "dingin" daripada "suam?" Tidakkah menjadi suam lebih baik daripada menjadi di­ngin sama sekali? Petunjuk: Manakah yang lebih nyaman, menjadi suam atau dingin?

No comments:

Post a Comment